Jakarta (Antaranews Aceh) - Nilai tukar (kurs) rupiah berpeluang melemah akibat sentimen global, meskipun pada transaksi antarbank di Jakarta, Jumat, rupiah bergerak menguat sebesar 34 poin ke posisi Rp14.268 dibandingkan sebelumnya Rp14.302 per dolar AS.

"Peluang pelemahan pun kembali dapat dimungkinkan jika tidak adanya sentimen yang dapat menahan penurunan yang terjadi, terutama dari pergerakan dolar AS yang cenderung kembali meningkat," kata Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada di Jakarta, Jumat.

Pelemahan rupiah pada pembukaan pagi hari ini melanjutkan pelemahan rupiah hari sebelumnya yang terimbas sentimen global terutama dari ditangkapnya salah satu petinggi Huawei di Kanada.

Adanya kejadian tersebut membuat pelaku pasar khawatir hubungan dagang antara AS dan China sehingga mengantisipasi dengan mengambil posisi pada dolar AS. Akibatnya pergerakan Dolar AS kembali melanjutkan kenaikannya.

Sebelumnya, pelemahan masih terjadi pada rupiah meski dibarengi dengan adanya sejumlah sentimen positif dari internal makroekonomi Indonesia.

Pernyataan yang disampaikan oleh Menkeu yang menyebutkan defisit anggaran hingga November 2018 mencapai Rp287,9 triliun atau 1,95 persen dari PDB atau lebih rendah dari rencana APBN sebesar 2,19 persen dan realisasi belanja negara hingga November 2018 tercatat mencapai Rp1.942,4 triliun atau 87,5 persen dari target APBN 2018 dengan pertumbuhan sebesar 11 persen.

Pernyataan tersebut belum cukup mampu mengangkat laju rupiah. Bahkan optimisme pemerintah terkait pertumbuhan ekonomi di tahun ini dapat mencapai 5,2 persen juga belum mampu membuat rupiah menguat.

Reza memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp14.521 per dolar AS hingga Rp14.509 per dolar AS.

Pewarta: Citro Atmoko

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018