Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA)  menyerukan berbagai pihak terkait, terutama masyarakat tempatan untuk menyelamatkan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) akibat terdapat sekitar empat juta jiwa penduduk di Aceh yang tinggal di daerah tersebut.

"Kawasan Ekosistem Leuser merupakan kawasan strategis Nasional karena fungsi lingkungannya. Sangat penting menjaga KEL karena menyediakan air, dan udara bersih. Mitigasi bencana alam, seperti erosi, penanggulangan hama, dan penyerapan karbon (perubahan iklim)," ujar Ketua Yayasan HAkA, Farwiza Farhan di Banda Aceh, Selasa.

Akhir pekan lalu, pihaknya telah mengkampayekan perlindungan KEL di "Car Free Day" digelar Pemko Banda Aceh dengan mengundang berbagai kalangan, seperti pemerintah daerah, pemerhati lingkungan, masyarakat Banda Aceh dan sekitar bertema "Selamatkan Kawasan Ekosistem Leuser".

Farwiza mengatakan, masyarakat yang tinggal di provinsi paling barat Indonesia itu sudah berabad-abad lamanya hidup secara berdampingan, dan bahkan menggantungkan hidupnya dari Kawasan Ekosistem Leuser. 

Nenek moyang orang di Aceh, lanjutnya, bisa hidup, karena air dan udara disediakan oleh Leuser.

Mereka turut melestarikan Leuser agar anak cucunya bisa melanjutkan hidup dengan sejahtera, dan sehat. 

Seperti diketahui, terdapat 8500 spesies tumbuhan, 105 spesies mamalia, dan 382 spesies burung berada di dalam area kawasan ini. Bahkan KEL menjadi tempat terakhir bagi badak, orangutan, gajah, dan harimau sumatera hidup secara bersama di alam bebas yang menjadi satwa paling dijaga dari kepunahan di muka bumi ini.

"Sekarang adalah giliran kita untuk menjaga Leuser, bagi anak cucu kita ke depannya," terang dia.

Menurutnya, dewasa ini ekosistem Leuser terus dihancurkan dengan berbagai alasan, seperti pembukaan lahan untuk perkebunan, pembangunan industri, dan pembukaan jalan yang mengakibatkan terancamnya kehidupan terutama empat satwa dilindungi.

Data terakhir HAkA di Januari-Juni 2018 ditemukan kerusakan hutan di KEL Aceh sebesar 3.290 hektare. Dibandingkan periode yang sama tahun 2017, sedikit menurun dan laju kerusakan mencapai 3.780 hektare dari total luas 2,25 juta hektare tersebar pada 13 kabupaten/kota di Aceh, dan sisanya 384.000 hektare berada di Sumatera Utara.

"Kami sadar tidak banyak masyarakat, khususnya Banda Aceh, yang tahu apa itu KEL, sehingga kami tergerak untuk memperkenalkan bentang alam yang luar biasa ini ke masyarakat luas di akhir pekan lalu," kata Farwiza.

Pelaksana tugas Gubernur Aceh Nova Iriansyah pernah memastikan tidak terdapat proyek infrastruktur dibangun di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), dan Pemerintah Aceh berkomitmen menjaga serta melindungi hutan Leuser menjadi prioritas.

"Sesuai RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Aceh, tidak ada pembangunan infrastruktur di dalam kawasan TNGL. Tidak ada suatu upaya sistemik dari Pemerintah Aceh untuk merusak TNGL dan KEL. Silakan tim asing atau UNESCO melihat lebih dekat," tegas Nova.
 

Pewarta: Zahzul Akbar

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018