Meulaboh (Antaranews Aceh) - Harga beli buah jernang atau kerap disebut "darah naga" di Kabupaten Aceh Barat sejak dua bulan terakhir anjlok menjadi Rp100.000 dari harga sebelumnya mencapai Rp300 ribu hingga Rp450 ribu/Kg.

"Turunnya harga jual dan beli jernang ini akibat minimnya permintaan pasar dunia, sehingga berimbas pada permintaan di pasar lokal," kata Adnan, seorang petani warga Desa Kuala Bhee, Kecamatan Woyla, Kabupaten Aceh Barat kepada Antara, Jumat (18/1) siang.

Biasanya, permintaan getah tersebut sangat tinggi dari pasar lokal dan kebanyakan dikirim ke luar negeri seperti Hongkong, Singapura, dan Tiongkok.

Baca juga: Masyarakat Aceh Barat budidaya tanaman jernang

Petani menduga turunnya harga jual tersebut disebabkan adanya permainan pasar, sehingga berdampak terhadap harga beli di tingkat petani.

Karena murahnya harga beli maupun harga jual, Adnan bersama petani lainnya memilih untuk menyimpan sementara buah jernang, sambil menunggu naiknya harga di pasaran, karena dinilai akan lebih menguntungkan.

"Kalau dijual harga sekarang ini, sudah pasti kami rugi. Karena tidak sesuai dengan ongkos untuk mencari jernang di hutan," kata Adnan.

Selain itu, risiko yang dialami oleh petani untuk mencari jernang di hutan juga sangat tinggi, karena tanaman tersebut hanya terdapat di dalam hutan, serta khawatir dengan serangan hewan liar yang ada di dalam hutan, ungkapnya.

Baca juga: Jernang jadi primadona baru di Bener Meriah

Hal senada juga diungkapkan Budiman, petani di Kecamatan Woyla, Aceh Barat kepada Antara, Jumat sore.

Akibat murahnya harga jual, mereka saat ini enggan mencari jernang ke dalam hutan lantaran harga jernang yang kini semakin turun, baik di agen pengepul maupun di agen resmi.

Penyebabnya, biaya yang mereka keluarkan untuk mencari tanaman hutan tersebut tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan petani, serta risiko yang dihadapi.

"Kalau harga begini rendah, otomaris tak sesuai biaya pengeluaran dan pendapatan. Sementara biarlah kami dirumah saja. Kalau harga sudah naik nanti, baru kami cari lagi ke hutan," kata Budiman.

Pewarta: Teuku Dedi Iskandar

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019