Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh menyatakan orang utan diberi nama Hope dengan puluhan peluru di tubuh menjalani berhasil menjalani operasi patah tulang bahu.

"Operasi melibatkan dokter hewan YEL-SOCP dan dokter spesialis tulang dari Swiss. Operasi dilakukan pada Minggu (17/3), berlangsung selama tiga jam," kata Kepala BKSDA Aceh Sapto Aji Prabowo di Banda Aceh, Senin.

Operasi berlangsung di Pusat Karantina dan Rehabilitasi Orang Utan di Sibolangit, Sumatera Utara, Hope saat ini dalam perawatan Tim Sumatran Orangutan Conservation Programme atau SOCP.

Untuk rencana operasi pengambilan peluru, sebut Sapto Aji, ditunda dengan mempertimbangkan kondisi Hope. Saat ini, konsentrasi operasi adalah pemasangan plat pada bahu yang patah.

"Penanganan saat ini masih fokus dan intensif mengobati luka trauma yang infeksi. Hope sudah sadar setelah proses pembiusan," ungkap Sapto Aji Prabowo.

Sebelumnya, BKSDA Aceh mengevakuasi Hope dan anaknya yang berusia satu bulan. Namun, bayi orang utan tersebut akhirnya meninggal dunia ketika dibawa ke pusat karantina di Sibolangit. Bayi orang utan tersebut meninggal dunia karena kekurangan nutrisi.

Sapto Aji Prabowo mengatakan, orang utan tersebut dievakuasi dari kebun warga di Desa Bunga Tanjung, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, Provinsi Aceh.

"Evakuasi berlangsung pada Minggu (10/3). Kondisi induk saat dievakuasi memprihatinkan. Begitu juga anak orang utan tersebut, kekurangan nutrisi, sehingga menyebabkan satwa dilindungi tersebut mati saat dalam perjalanan ke lokasi karantina," sebut dia.

Sapto Aji menyebutkan, induk orang utan saat dievakuasi memprihatinkan dengan kondisi luka kaki dan jari tangan. Mata induk orang utan tersebut buta terkena peluru senapan angin serta ditemukan 74 butir peluru senapan angin. 

"Kami berkomitmen membantu penegak hukum mengungkap kasus penganiayaan dan penembakan orang utan dan anaknya. Kami juga berterima kasih kepada tim medis yang telah mengoperasi Hope," kata Sapto Aji Prabowo. ***1***

Pewarta: M.Haris SA

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019