‎Hakikat kehidupan manusia di dunia ini sebagai suatu negeri yang sementara terasa sangatlah singkat, dan bukan menjadi tempat keabadian untuk hidup selamanya.

Meski hidup sementara di dunia ini sebagai tempat persinggahan sambil menunggu kematian, namun konsekwensi dari apa saja yang kita perbuat di dunia ini baik sangatlah berdampak besar bagi kehidupan kekal dan selamanya di akhirat kelak, baik itu perbuatan amal saleh sebagai bentuk ketaatan kepada Allah maupun perbuatan dosa dan maksiat sebagai bentuk keingkaran kepada Allah.

Jika kita memanfaatkan dunia dan menyibukkannya dengan ketaatan kepada Allah Subhanahu Wata’ala, maka kita akan memetik hasilnya di akhirat kelak dengan penuh kegembiraan dan kebahagiaan abadi. Adapun jika kita menyibukkannya dengan syahwat, dosa dan maksiat maka kita akan merugi, menderita selamanya di akhirat tanpa ada kesempatan lagi kembali ke dunia untuk berbuat kebaikan ataupun memperbaiki kesalahan.

Demikian antara lain disampaikan Ketua Dewan Tanfidziyah Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Masjid Haji Keuchik Leumiek (KL) Gampong Lamseupeung, Banda Aceh, Rabu (10/4/2019) malam.

"Intinya yang harus kita sadari, kehidupan manusia di dunia ini sangat singkat, tapi dengan masa hidup yang singkat ini, kita akan akan mendapat balasan selamanya di akhirat kelak, apakah selamanya bahagia atau selamanya menderita penuh kesengsaraan. Tinggal kita memilihnya saja," ujar ulama yang akrab disapa Tu Sop ini pada pengajian KWPSI yang dipandu Tgk. H. Ridwan Ibrahim, Imuem Chik Masjid Haji Keuchik Leumiek.

Pimpinan Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb, Bireuen ini menambahkan, sebagai manusia yang cerdas, setiap muslim dan mukmin pasti akan memilih kehidupan yang membahagiakan di akhirat kelak, dengan menyibukkan diri dalam ibadah, bersusah payah dalam beramal saleh dan berbuat berbagai kebaikan untuk bekalnya di akhirat yang akan hidup untuk selamanya.

Seorang muslim dan mukmin yang sadar pasti tidak akan mau menukar kehidupan dunia yang sementara untuk bersenang-senang dalam memperturutkan hawa nafsunya, yang dampaknya bisa menjadi Mmalapetaka di akhirat.‌‎

"Orang-orang yang menyibukkan dunia dengan sesuatu yang akan bermanfaat untuknya kelak di sisi Allah, mereka adalah orang-orang yang beruntung, baik di dunia dan di akhirat. Dia beruntung di dunia karena menyibukkan diri dalam amal kebaikan. Demikian pula, dia beruntung di akhirat karena telah membekali diri dengan berbagai amal saleh. Kehidupan dunianya tidak akan memperdaya kepentingan akhiratnya. Malah hidupnya di dunia ini akan menjadi tabungan untuk sukses akhiratnya," jelas Tu Sop yang juga Imam Besar Barisan Muda Ummat (BMU).

Ditegaskannya, bagi orang cerdas hidup adalah perjalanan menuju syurga, bukan hidup sebagai jalan tol ke neraka. Karenanya, ‎semua sisi kehidupannya harus membawa kepentingan agama di depan, bernilai ibadah, menghasilkan kebaikan.

"Beragama dalam semua aspek kehidupan setiap muslim adalah kuncinya, tidak ada yang bebas dari nilai agama dalam hidupnya,‎ memisahkan agama dari kehidupan justru akan menjadi malapetaka. ‎Apakah profesinya seorang pedagang‎, guru, politisi, aparatur pemerintah, maupun rakyat biasa semuanya harus membawa kepentingan agama dan akhiratnya di depan," jelasnya.‎

Bagi muslim ada aturan hukum halal haram yang harus dipatuhi dan diikuti‎ sebagai pedoman. Jangan sampai kita seorang muslim tidak tahu batasan halal haram dalam beragama pada semua aspek kehidupan.

"Jangan kita beribadah dan beragama hanya ketika berada di dalam masjid saja, tapi di pasar, kantor dan dalam pergaulan sehari-hari tidak membawa nilai agama dan ajaran Islam‎. Itu sama saja mengabaikan akhirat untuk mengejar dunia sesaat," sebutnya.

Tu Sop juga menyebutkan, beragama dan beramal saleh juga tidak ditentukan saat seseorang sedang beribadah di masjid‎. 

"Tidak selamanya ibadah amal saleh dan ibadah yang berada di masjid, tapi juga yang di luar masjid juga dapat beramal saleh. Jika kita berada di masjid dan beribadah hanya untuk pencitraan dan pamer kepada manusia untuk dianggap baik dalam kehidupan dunia bukan semata karena Allah, itu tidak akan bernilai amal saleh. Karena beragama itu bukan untuk pencitraan," pungkasnya.

Pewarta: Humas KWPSI

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019