Banda Aceh (ANTARA) - Setiap orang mukmin di muka bumi selalu mendambakan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Dua kebahagian tersebut sering diutarakan dalam doa yang dibacakan setiap hari usai shalat yang berbunyi "Rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah wa qina 'azabannar".
Hal itu disampaikan Ustadz Aufa Safrijal Putra Lc, MA, dalam kajian KWPSI di di Warkop Solong Jembatan Pango,. Banda Aceh, Rabu malam.
Dalam kesempatan itu, Ustadz Aufa menyampaikan ada beberapa amalan yang dipatenkan Allah SWT agar kebahagiaan dunia akhirat itu mudah dicapai setiap mukmin, yakni dalam Surat Al Laili ayat 5-7.
Allah menyebutkan, ada tiga hal yang perlu dilakukan jika ingin hidup bahagia di dunia maupun di akhirat. pertama, perbanyaklah pemberian (harta di jalan Allah).
Artinya Allah menyuruh hambanya untuk berbagi atau menyisihkan dengan apa yang sudah dimiliki oleh seseorang itu, melalui zakat, infaq maupun shadaqah.
Di samping itu Allah juga melarang seseorang itu enggan mengeluarkan harta kepada orang lain, atau dalam arti kata lain memiliki sifat pelit, bakhil dan sebagainya. Karena sifat tersebut bukan hanya Allah membencinya, malaikat pun mendoakan orang yang pelit dan bakhil itu.
"Kalau sudah ada penyakit pelit ini, maka akan berpotensi lahir sifat jelek lain, seperti pengecut dan malas. Maka ini sangat berbahaya, karena bakhil ini selain dibenci oleh Allah, malaikat, dan sesama manusia juga dibenci oleh binatang, binatang saja membenci orang bakhil pelit ini," katanya.
Oleh karenanya, Ustadz Aufa mengajak untuk memperbanyak memberi agar terhindar dari sifat bakhil dan pelit, karena itu salah satu upay agar bisa memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
"Kalau kita sudah menyenangkan orang lain atau makhluk Allah lain, maka selain manusia itu senang kepada kita juga, Allah juga senang kepada kita," ujarnya.
Kedua, yang membuat seorang mukmin itu bisa bahagia di dunia maupun di akhirat adalah dengan takwa, lebih jelasnya menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan Allah baik dalam keadaan diam atau dalam keadaan ramai.
"Pengertian taqwa ini, satu paket yang harus sejalan dilakukan. Jika hanya menjalankan perintah Allah kemudian berbuat maksiat ini bukan taqwa namanya. Takwa itu tidak boleh dicampuradukkan dengan yang tidak benar, Wala talbisu Haqqa bil bathil," kata Ustadz Aufa sambil mengutip Surah Al-Baqarah ayat 24.
Ketiga, jika ingin bahagia hidup di dunia di akhirat, kata Ustadz Aufa, yakni dengan meyakini janji-janji Allah, seperti balasan dan azab bagi hambaNya untuk yang taat atau yang melanggarnya.
"Kita semua melaksanakan perintah Allah akan mendapat pahala, pahala itu tidak bisa dilihat sekarang, tapi kita yakin akan janji-janjiNya, seperti kita duduk dalam majlis ini, bahwasanya dikatakan, malaikat pun juga bersalawat kepada majelis seperti ini. Kita hadir di majelis ini karena kita yakin dengan janji Allah dan perkataan rasulullah,"
"Di ayat 7 surah Al-Laili, jika kita sudah melakukan tiga hal yang telah disebutkan pada ayat sebelumnya, maka Allah akan permudahkan jalan-jalan yang engkau (hambaNYa) tempuh baik di dunia maupun di akhirat," tutur Ustadz dengan mengutip Surah Al Laili ayat 7.