Hal itu disampaikan Ustadz Masrul Aidi, Lc saat mengisi kajian KWPSI di Sekber Jurnalis, Banda Aceh, Rabu. Kajian yang dihadiri para jurnalis itu mengangkat tema 'Relevansi Rahmatan lil 'alamin Rasulullah SAW'.
Ustadz Masrul Aidi mengatakan, sebahagian ulama berpendapat, Allah SWT mengutus Rasulullah SAW ke muka bumi untuk kedua kelompok, yakni orang yang beriman dan orang yang tidak beriman atau kafir. Hanya saja, bagi yang beriman akan mendapat pahala di dunia sampai di hari akhirat, sedangkan yang kafir hanya mendapat rahmat di dunia tapi tidak mendapatkannya di akhirat.
"Ibaratnya sama seperti air hujan yang Allah turunkan ke permukaan bumi. Ketika hujan itu turun bagi mereka karena mensyukurinya, hujan itu adalah rahmat dan rizki yang sedang Allah limpahkan, tapi bagi mereka yang lalai dan tidak mensyukurinya mungkin dianggap sebagai suatu penghalang atau malah bencana," katanya.
Beliau juga mengatakan, manusia sebagai makhluk yang berinteraksi dengan alam, hal itu merupakan rahmat Allah yang diperuntukkan bagi manusia itu sendiri. Jika mereka saling menjaga dan merawat serta berperilaku baik antar sesama.
Contoh, ketika manusia menebang pohon, yang merasakan dampaknya langsung adalah manusia yaitu banjir. Lalu habitat makhluk lain seperti binatang juga terganggu, populasinya berkurang, maka mereka otomatis berinteraksi langsung dengan manusia, maka terjadilah gangguan binatang buas terhadap manusia.
Ustad Masrul melanjutkan, ketika Rasulullah SAW diutus ke muka bumi beliau menyatakan, Allah menetapkan sikap ihsan itu ada pada segala sesuatu.
"Terhadap interaksi dengan hal-hal di sekitar kita, ada aturan ihsan dan rahmat tersebut yang harus diperhatikan. Maka dalam kehadiran Rasulullah SAW di muka bumi, misi yang beliau utamakan yakni menyempurnakan akhlak mulia, sesungguhnya saya diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak," kata pimpinan Dayah Babul Maghfirah itu sambil mengutip Hadist yang diriwayatkan Abu Hurairah RA.
Relevansi rahmatan lil 'alamin kata Ustadz Masrul, harus mampu menempatkan bahwa praktik perilaku manusia itu dapat dirasakan kemaslahatannya secara umum, bukan secara personal. Maka Islam membatasi hak individu tertentu apabila sudah menyinggung individu lain. Islam melarang berinteraksi dengan binatang, apabila interaksi tersebut menyebabkan mudharat kepada manusia.
"Rahmatan lil 'alamin walaupun sasaran objeknya manusia dan jin tapi implementasinya juga terdampak kepada alam sekitar. Inilah yang harus kita pahami bahwa semua aturan-aturan agama dan syariat itu bermuara ke maslahatan manusia dengan catatan orientasi pencapaian di dunia tanpa melupakan akhirat," jelasnya.
Oleh karenanya, menjaga keseimbangan dalam kehidupan ini merupakan bagian dari rahmatan lil 'alamin yang membawa kemaslahatan antar makhluk di alam semesta ini. Tak hanya itu, Islam juga mengajarkan interaksi baik sesama muslim maupun nonmuslim, baik dalam bermuamalah maupun hubungan sosial dalam kesehariannya.
"Narasi-narasi rahmatan lil 'alamin harus mampu mengubah pandangan kita terhadap penerapan syariat Islam di Aceh yang harus mengedepankan akhlak, agar sebagaimana ruh Islam itu yang datang untuk memperbaiki akhlak manusia sehingga terciptanya kemaslahatan dan ketentraman bagi makhluk di muka bumi ini," tutur Ustad Masrul Aidi.