Tak banyak kendaraan roda dua dan empat lalu lalang siang itu, selain dua sepeda motor, yang satu di antaranya dikendarai Serda Budi Kurnia, anggota Babinsa Posramil Pante Ceureumen bersama rekannya Kopda Muhammad Nazer.

Suara sepeda motor dinas yang ditunggangi pria asal Lampung yang telah bertugas selama 16 tahun di Aceh tersebut memecah nyanyian burung di hutan yang mengapit jalanan menuju Lereng Munggok, Kabupaten Aceh Barat.

Ayah dari dua anak tersebut terlihat fokus dan penuh hati-hati mengendarai sepada motor dengan "ban cangkul" yang dirancang khusus untuk melewati medan bebatuan yang menutup badan jalan yang belum terjamah aspal, terlebih saat cuaca sedang tidak bersahabat atau hujan mengguyur kawasan perbukitan.

Dengan kuda besinya, ayah Balqis Marella Kurnia itu bersama rekannya terlihat tenang kala mendaki Gunung Tukpong yang licin dan menggunakan jembatan darurat beralaskan kayu dan pokok pinang yang dibuat warga menuju gampong/Desa Sikundo, Kemukiman Lango, Kecamatan Pante Ceureumen, Kabupaten Aceh Barat.

Bagi pria yang bertugas di Gampong Jambak dan warga yang bermukim di lereng Gunung Monggok, medan yang kadang mendaki dan juga melewati jalan tebing sungai yang kapan saja bisa tergerus erosi serta anak sungai yang tidak bisa dilalui langsung saat hujan mengguyur daerah itu, seakan menjadi hal biasa.

Di tengah infrastruktur yang butuh perhatian serius dari pemerintah, tidak membuat nasionalisme warga yang bermukim di lereng gunung tersebut luntur. Mereka juga ikut terlibat aktif dalam pesta demokrasi yang berlangsung setiap lima tahun, termasuk pada 17 April 2019.

"Kami selalu menyambut pesta demokrasi dengan penuh suka cita. Semua warga yang telah memiliki hak pilih pulang ke kampung halaman untuk memberikan hak suaranya," kata Keuchik/Kepala Desa Sikundo Muhammad Jauhari saat disambangi Antara di kediamannya.

Pesta Demokrasi pemilihan legislatif, senator dan pemilihan presiden dan wakil presiden akan berlangsung serentak di seluruh Tanah Air, termasuk di daerah tempat 138 warga itu bermukim.

Spanduk, bendera partai juga terpasang di sejumlah jalan gampong dan rumah warga, pertanda di sana juga ada tim sukses, simpatisan partai atau calon anggota legislatif, seperti halnya di daerah lainnya.

Suasana pemilu tetap terlihat di daerah lereng bukit Munggok, Kabupaten Aceh Barat, yang saat ini didiami 39 kepala keluarga yang saban hari menggantungkan hidupnya pada hasil pertanian dan perkebunan.
Seorang perempuan mendulang emas dengan cara tradisional di sungai Desa Sikundo, Aceh Barat,. (ANTARA/Syifa Yulinnas)


Bagi mereka, pesta demokrasi adalah sebuah harapan baru yang akan mengubah arah kebijakan, terutama pembangunan yang menyentuh masyarakat yang tinggal di daerah yang jauh dari pusat ibu kota provinsi, kabupaten hingga kecamatan, seperti gampong yang dipimpinnya saat ini.

Tak banyak permintaan dan harapan dari warga yang mendiami penghujung gampong di Kecamatan Pante Ceureumen, Kabupaten Aceh Barat, itu pada wakil rakyat dan pemimpin terpilih pada Pemilu 2019 selain tersedianya infrastruktur yang memadai menuju Gampong Sikundo.

"Kami hanya berharap adanya pembangunan infrastruktur yang memadai, seperti jalan, pembuatan tebing sungai dan juga jembatan atau gorong-gorong pada sejumlah anak sungai," kata ayah dari dua anak tersebut.

Pria kelahiran 3 April 1986 itu menuturkan kala pesta demokrasi bergulir setiap lima tahun, semua masyarakat yang telah memiliki hak pilih pulang ke kampung tersebut untuk memberikan suaranya kepada wakil rakyat dan pemimpin sesuai dengan hati nurani masing-masing.

"Saya tidak pernah mengintervensi warga untuk pilih si A atau si B dan partai tertentu. Semua kembali kepada masing-masing individu. Kami sangat menjunjung tinggi demokrasi, kecuali hanya memberikan penjelasan terhadap tara cara memilih agar tidak menjadi suara rusak," kata pria tamatan sekolah menengah kejuruan (SMK) jurusan pariwisata itu.

Hari pemilihan, seperti layaknya lebaran atau libur tiba, di mana semua warga, baik tua maupun muda, pulang ke gampong yang memiliki 25 unit rumah berkontruksi semi permanen dan kayu.

Ayah dari Muhammad Alif Khadafi tersebut juga mengatakan dalam waktu dekat akan mengumpulkan warga guna memberikan pemahaman tentang tata cara pencoblosan.
"Alhamdulillah pemilu yang sudah dilaksanakan di Sikundo berjalan aman dan lancar," katanya.

Sebelum geliat Sikundo seperti saat ini, Jauhari menuturkan bahwa warga gampong tersebut sempat meninggalkan tanah kelahirannya pada tahun 2002 ke Gampong Tambang. Mereka baru kembali saat perjanjian damai antara Pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka.

Konflik berkepanjangan di provinsi ujung paling barat Indonesia itu berakhir setelah kesepakatan bersama (MoU) antara Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka, di Helsinki, Finlandia, pada 15 Agustus 2005.

Ia berkisah, awalnya untuk menuju Gampong Sikundo butuh perjuangan, yakni melewati jembatan seutas tali dan tidak bisa ditempuh langsung dengan menggunakan sepeda motor seperti saat ini dan mobil yang memiliki kemampuan untuk medan mendaki dan bebatuan.

Menuju Sikundo akan melalui beberapa gampong lainnya, meliputi Gampong Pante Ceuremen, Pulo Tengoh, Ketambang, Canggai, Jambak sangat terbatas.

"Terkadang kami harus membawa nasi bungkus untuk pulang ke kampung. Alhamdulilah infrastruktur jalan ke Sikundo sudah ada kemajuan seiring adanya Dana Desa yang digulirkan oleh Pemerintah Pusat dan pembangunan Jembatan Gantung oleh Pemerintah Aceh," katanya.

Dalam waktu dekat, ia mengatakan gampong itu juga akan segera bersinar di malam hari menyusul akan adanya aliran listrik dari PT PLN yang dijadwalkan akan berfungsi pada Juni.

"April katanya pemasangan tiang dan efektif Sikundo terang pada Juni. Selama ini kalau ada kegiatan Gampong pada malam hari kami menggunakan generator, selebihnya aktivitas masyarakat dari pagi sampai sore dan pada malam hari tidak ada lagi selain berdiam diri di rumah," kata pria yang sudah bersahabat dengan alam Sikundo itu.

Sebagain besar masyarakat di daerah tersebut menggantungkan hidupnya pada hasil pertanian, perkebunan, dan juga peternakan serta tangkapan ikan di Sungai Meurebo.

"Kalau untuk peternakan kami juga harus sering memantau, karena banyak binatang pemangsa yang kapan saja bisa memakan ternak milik warga. Kemaren kambing saya tiga mati dimangsa ular piton," kata pria yang bertekad memajukan gampong yang dipimpinnya melalui sektor pariwisata tersebut.


Persiapan Pemilu di Sikundo

Juana, perempuan kelahiran Sikundo 1993 silam yang menjabat Ketua Panitia Pemungutan Suara (PPS) gampong setempat menuturkan dalam menghadapi Pemilu 2019, pihaknya terus berupaya memberikan pemahaman kepada masyarakat.

"Dalam waktu dekat kami akan kembali menggelar pertemuan dengan warga untuk sosialisasi tata cara pemilihan. Ini akan intens dilakukan mengingat umumnya orang tua tidak dapat membaca," kata istri Ruslan tersebut.

Juana bersama dua anggota PPS lainnya Marlianti dan juga Elly Ermawati terus bekerja ekstra untuk menyukseskan pemilihan legislatif dan juga pemilihan presiden dan wakil presiden di daerah yang berjarak sekitar 65 kilometer dari ibu kota kabupaten Aceh Barat, yakni Meulaboh itu.

Ia menuturkan pada pemilihan yang digelar sebelumnya, logistik pemilu dibawa menggunakan sepeda motor dan selanjutnya dibawa ke Gampong Sikundo lalu menyeberang jembatan dengan seutas tali.

"Dulu logistiknya dibawa dengan kendaraan bermotor dan melintas jembatan seutas tali. Alhamdulillah tahun ini logistik dapat dibawa langsung dengan kendaraan bermotor seiring adanya pembangunan jembatan gantung," katanya.

Gampong Sikundo memiliki satu tempat pemungutan suara (TPS) dengan jumlah pemilih sebanyak 70 orang, terdiri dari 37 orang laki-laki dan 33 orang perempuan.

Perempuan tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Meulaboh tersebut mengatakan untuk proses pelaksanan pemilihan akan dilakukan di daerah tersebut yang dipusatkan di areal Masjid Gampong Sikundo.


Tingkatkan sosialisasi

Ketua Divisi Sistem Informasi Pemilu, Partisipasi Masyarakat dan Sumber Daya Manusia (Siparmas) Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh Barat Saiful Asra menjelaskan dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) tidak menyebutkan adanya daerah terpencil sehingga semua pelayanan yang diberikan sama.

"Memang tidak ada dalam PKPU, namun untuk distribusinya tetap ada pengecualian, yakni dengan memberikan prioritas, baik untuk akses distribusi logistik, termasuk juga pengamanan," katanya.

Ia menuturkan untuk pemilihan di daerah, seperti Sikundo, pihaknya memberikan perhatian serius, terutama meningkatkan sosialisasi sehingga masyarakat dapat memberikan hak suaranya pada hari pencoblosan.

"Tingkat partisipasi masyarakat di daerah pedalaman sangat tinggi, termasuk dengan daerah di Sikundo," kata komisioner KIP yang telah menjabat dua periode tersebut.

Ia berkisah pada pemilu sebelumnya untuk mendistribusikan logistik ke Sikundo butuh perjuangan, termasuk membawa logistik dengan melintas jembatan seutas tali dan seiring dengan adanya jembatan gantung tersebut jalur distribusi lebih mudah, tinggal menyesuaikan dengan kondisi cuaca.

Ia menuturkan sebagai orang yang diberi tugas di bidang sosialisasi, dirinya secara intens berkeliling ke 12 kecamatan dalam Kabupaten Aceh Barat guna menyosialisasikan berbagai tahapan, termasuk tata cara pencoblosan surat suara DPR, DPRA, DPRK, DPD dan pemilihan presiden dan wakil presiden pada 17 April 2019.

Kabupaten Aceh Barat memiliki pemilih tetap hasil tambahan tahap kedua sebanyak 133.729 orang yang tersebar di 12 kecamatan dengan jumlah tempat pemungutan suara (TPS) 628 unit. (*)

Pewarta: Muhammad Ifdhal

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019