Praktisi dakwah muslim asal Vietnam, Mach Du Soh berbagi cerita tentang bagaimana kehidupan muslim minoritas dalam menjalani aktivitas sosial dan perekonomian serta pengembangan dakwah yang ada di negeri tersebut.

Ia mengatakan, total penduduk Vietnam saat ini berkisar pada angka 100 juta jiwa. Artinya, muslim disana hanya berada dibawah 1% dari total populasi penduduk Vietnam secara keseluruhan.

“Penduduk muslim sekarang ini berada pada angka sekitar 80 ribu jiwa di seluruh Vietnam,” katanya dalam bahasa Melayu saat memaparkan materi pada Seminar Internasional bertajuk “Dakwah muslim minoritas di Asia Tenggara” yang berlangsung di Aula Pasca Sarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Kamis (19/9).

Ia mengatakan hidup di negara dengan jumlah penduduk muslim yang minoritas itu tidaklah mudah. Di sana memilki banyak tantangan yang berat.

Mach Du Soh mengungkapkan, muslim di Vietnam sangat sulit ketika mengembangkan diri untuk mendapatkan pekerjaan halal karena kontradiksi dengan budaya yang ada dalam Islam.

“Banyak pekerjaan tetapi penggunaan pakaiannya tidak tertutup aurat bagi perempuan,” sebutnya.

Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa untuk saat ini muslim minoritas sulit untuk bekerja di pemerintahan dan banyak dari mereka yang harus membuka usaha sendiri atau bekerja sebagai kuli bangunan.

Praktisi dakwah asal Vietnam yang merupakan lulusan dari salahsatu perguruan tinggi di Indonesia ini juga mengatakan terus berupaya membangun hubungan kerjasama dalam meningkatkan kualitas SDM muslim Vietnam dengan program-program beasiswa ke negeri-negara muslim.

“Setelah mereka menempuh pendidikan Islam di negara muslim, kemudian mereka harus kembali untuk membantu mengembangkan dakwah dan meningkatkan perekonomian muslim-muslim di daerah kami,” jelas Mach Du Soh.

Sementara itu, Dekan FDK UIN Ar-Raniry, Dr Fakhri dalam sambutannya mengatakan seminar ini merupakan timbal balik dari lawatannya ke beberapa negara dengan penduduk muslim minoritas di Asia Tenggara.

Dalam diskusi tersebut juga turut membahas perkembangan dan tantangan yang dihadapi para pelaku dakwah yang ada di Asia Tenggara.

“Dalam sejarah perkembangan Islam di Dunia Melayu, antara Kamboja, Vietnam, Thailand (Pattani), Indonesia dan Malaysia telah memiliki hubungan erat baik bahasa, agama, intelektual dan ekonomi,” katanya.

Ia mengatakan cendekiawan muslim di Asia Tenggara ini perlu bersatu dan saling bersinergi untuk memperkuat penyebaran Islam.

Dr Fakhri juga memaparkan bahwa kedepannya program pendidikan untuk muslim-muslim minoritas di beberapa negara Asia Tenggara tersebut perlu dibangun.

Acara tersebut juga dihadiri oleh pemateri dari beberapa negara di ASEAN seperti akademisi dari Thailand, Dr Noorodin Abdulloh Dagorha, Ustaz Rashid Abdul Hamid Ketua Jabatan Pendidikan Muslim Coorperative Kamboja, Masrukhin Marzoki, President of Rumah Wargaemas Warisan Kaseh Malaysia serta Dr Basri Abu Bakar, Forsimas Indonesia dan Dr Juhari Hasan dari FDK UIN Ar-Raniry.

Pewarta: Mabrur

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019