Washington (ANTARA) - Pasukan Amerika Serikat di Kabul bersiap menghadapi lebih banyak serangan ISIS sambil menyelesaikan misi evakuasi, kata para pejabat AS, ketika tentara AS yang tewas dalam serangan Kamis (26/8) di Kabul bertambah menjadi 13 orang.
Seorang pejabat AS mengatakan kepada Reuters bahwa jumlah personel AS yang tewas kemungkinan akan bertambah lagi. Belasan orang terluka dalam serangan itu.
Sementara itu, militer AS mengatakan bahwa, selain 13 tentara tewas, ada 18 orang yang terluka. Mereka sedang akan dievakuasi dengan pesawat angkut militer C-17 --yang memiliki fasilitas bedah, kata militer.
Serangan pada Kamis menandai pertama kalinya korban berjatuhan di pihak militer AS di Afghanistan sejak Februari 2020 dan merupakan insiden paling mematikan bagi pasukan Amerika di negara itu dalam satu dekade.
Setidaknya dua ledakan menghantam kerumunan orang, yang memadati gerbang Bandara Internasional Hamid Karzai dan panik berusaha meninggalkan Afghanistan sejak Taliban merebut kekuasaan hampir dua minggu lalu.
Kepadatan di bandara Kabul masih berlangsung menjelang tenggat 31 Agustus Presiden AS Joe Biden menarik pasukan Amerika --setelah berada di negara itu selama dua dekade.
Dalam sebuah pernyataan, ISIS mengaku bertanggung jawab dan mengatakan bahwa salah satu pelaku bom bunuh diri menargetkan "para penerjemah dan orang-orang yang bekerja sama dengan tentara Amerika."
Jenderal Korps Marinir Frank McKenzie, kepala Komando Pusat militer AS, mengatakan dalam acara jumpa pers bahwa ledakan itu diikuti dengan baku tembak.
McKenzie mengatakan ancaman dari ISIS tetap ada di samping "aliran ancaman aktif lainnya."
"Kami yakin keinginan mereka adalah terus melakukan serangan dan kami perkirakan serangan-serangan itu akan terus berlangsung --dan kami sedang melakukan segala upaya untuk bersiap-siap," kata McKenzi.
McKenzie menambahkan bahwa potensi serangan di masa depan dapat mencakup roket yang ditembakkan ke bandara atau bom mobil yang mencoba masuk.
McKenzie mengatakan dia tidak melihat apa pun yang akan meyakinkannya bahwa pasukan Taliban telah membiarkan serangan itu terjadi.
Para pejabat AS mengatakan satu bom diledakkan di dekat Gerbang Biara bandara dan yang lainnya dekat dengan Hotel Baron di dekatnya.
Berpacu dengan Waktu
Upaya besar-besaran untuk menerbangkan keluar para warga negara AS dan negara-negara lainnya beserta keluarga mereka, juga sejumlah besar warga Afghanistan, telah berlangsung sejak satu hari sebelum pasukan Taliban merebut Kabul pada 15 Agustus.
Penguasaan kendali atas Kabul merupakan puncak kemenangan kilat yang dicapai kelompok itu di seluruh negeri
ketika AS dan negara-negara sekutunya sedang menarik pasukan dari Afghanistan.
Amerika Serikat telah berpacu melakukan pengangkutan udara sebelum militernya akan ditarik sepenuhnya dari negara itu pada 31 Agustus. McKenzie mengatakan misi evakuasi tidak akan berhenti.
"Saya pikir kami dapat melanjutkan misi kami, bahkan ketika kami menerima serangan seperti ini," kata McKenzie.
Dia menambahkan bahwa pasukan AS akan "mengejar" para pelaku serangan Kamis.
McKenzie mengatakan ada sekitar 1.000 warga AS yang diperkirakan masih berada di Afghanistan. Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri mengatakan sedikitnya dua pertiga dari orang-orang tersebut memberitahukan bahwa mereka sedang mengambil langkah untuk meninggalkan Afghanistan.
Pejabat kesehatan Afghanistan mengatakan 60 warga sipil tewas, tetapi tidak jelas apakah itu adalah hitungan lengkap.
Video yang diunggah beberapa wartawan Afghanistan memperlihatkan puluhan mayat dan korban luka-luka berserakan di sekitar kanal di pinggir bandara.
Para pejabat AS mengatakan ada sekitar 5.200 tentara Amerika yang menjaga keamanan bandara.
Serangan pada Kamis (26/8) itu terjadi setelah Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya mendesak warga Afghanistan untuk meninggalkan daerah sekitar bandara karena ancaman ISIS.
Kedutaan Besar AS di Kabul sehari sebelumnya telah menyarankan warga Amerika agar jangan pergi ke bandara.
Kedubes AS juga mengatakan mereka yang sudah berada di gerbang bandara harus segera menjauh dari daerah itu, dengan alasan ada "ancaman keamanan" yang tidak teridentifikasi.
Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya telah melakukan salah satu misi evakuasi udara terbesar dalam sejarah, yaitu membawa sekitar 95.700 orang, termasuk 13.400 pada Rabu (25/8), menurut Gedung Putih.
ISIS muncul di Afghanistan sebagai musuh Barat dan Taliban.
Invasi yang dipimpin AS pada 2001 menggulingkan Taliban dari kekuasaan setelah kelompok itu menyembunyikan para milisi Al Qaida yang bertanggung jawab atas serangan 11 September di Amerika Serikat.
Korban tewas di pihak militer AS dalam perang Afghanistan sejak 2001 mencapai sekitar 2.500 orang.
Sumber: Reuters
AS siap hadapi ISIS setelah tentaranya tewas di bandara Kabul
Jumat, 27 Agustus 2021 10:07 WIB