Jakarta (ANTARA) - PT Bank Central Asia Tbk atau BCA membukukan laba bersih Rp8,1 triliun pada triwulan I-2022 atau tumbuh 14,6 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja dalam Konferensi Pers Paparan Kinerja Triwulan I-2022 di Jakarta, Kamis, mengungkapkan peningkatan laba bersih tersebut didukung oleh pertumbuhan bisnis, antara lain peningkatan aktivitas kredit, transaksi, serta dana giro dan tabungan (CASA).
Seiring dengan pemulihan perekonomian nasional, total kredit BCA naik 8,6 persen (yoy) pada Maret 2022 mencapai Rp637,1 triliun, dengan peningkatan di semua segmen, baik kredit untuk bisnis maupun konsumsi.
Sementara itu, CASA terus tumbuh secara berkelanjutan dan naik hingga 21,7 persen (yoy) mencapai Rp789,2 triliun di Maret 2022, sebagai hasil dari inovasi layanan digital yang konsisten serta ekspansi ekosistem bisnis.
Ia menuturkan deposito juga tumbuh 3,1 persen (yoy) menjadi Rp199,6 triliun, sehingga secara keseluruhan total dana pihak ketiga naik 17,5 persen (yoy) menjadi Rp997,8 triliun dan turut mendorong total aset BCA naik 15,5 persen (yoy) menjadi Rp1.259,4 triliun di akhir Maret 2022.
"Pengembangan solusi digital secara konsisten pada platform perbankan transaksi, ditambah tingkat kepercayaan nasabah yang tinggi, menjadi modal utama untuk memperkokoh kontribusi CASA sebagai dana inti bank," jelasnya.
Di sisi lain, ia menegaskan BCA juga senantiasa memperkuat ekspansi ekosistem digital dan basis nasabah melalui kolaborasi dengan berbagai mitra strategis. Di tiga bulan pertama 2022, total volume transaksi naik 43 persen (yoy) mencapai lebih dari lima miliar transaksi.
Seiring solidnya pertumbuhan likuiditas dan kredit, BCA membukukan pertumbuhan positif pada pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) selama tiga bulan pertama tahun 2022, yakni naik 2,5 persen (yoy) menjadi Rp14,5 triliun.
Pendapatan selain bunga tumbuh 19,5 persen (yoy) menjadi Rp5,9 triliun di periode yang sama, ditopang kenaikan pendapatan fee dan komisi sebesar 15,8 persen (yoy).
Secara total, Jahja menyampaikan pendapatan operasional tercatat sebesar Rp20,4 triliun atau naik 6,9 persen (yoy).
Seiring dengan peningkatan kualitas aset, biaya provisi tercatat menurun 13,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya.