Lhokseumawe (ANTARA Aceh) - Produksi udang windu di Kota Lhokseumawe Provinsi Aceh mengalami penurunan sejak memasuki musim hujan dengan intensitas tinggi.
Kepala Seksi (Kasi) Perikanan Dinas Kelautan Peternakan dan Pertanian (DKPP) Kota Lhokseumawe Erwin Mustafa di Lhokseumawe, Senin, mengatakan dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir saat musim penghujan, produksi udang Windu turun dari biasanya.
Tingkat penurunan produksi salah satu usaha budidaya perairan tersebut mencapai sekitar 15 persen dari sebelumnya. Biasanya tiap hektare mampu menghasilkan produksi udang satu ton, kini hanya mampu didapat antara 800 hingga 850 kilogram.
"Berdasarkan laporan petani udang di Kota Lhokseumawe, produksi budidaya udang windu benar-benar turun dari biasanya," ujar Erwin.
Mengenai menurunnya produksi udang windu saat musim hujan, ia mejelaskan karena tingginya kadar air tawar di dalam kolam atau tambak sehingga ikut mempengaruhi pertumbuhan udang.
"Biasanya air tawar yang mengalir dari sungai menuju muara langsung ke laut. Akan tetapi, karena tingginya intensitas hujan dan juga kondisi air pasang tinggi pada bulan Desember, maka tingkat air tawar lebih tinggi di dalam kolam atau tambak jika dibandingkan dengan air asin. Hal ini tidak baik bagi pertumbuhan udang windu, sehingga ikut mempengaruhi jumlah produksinya," jelas Erwin.
Sementara itu mengenai jenis udang lain seperti Vaname, Erwin mengatakan tidak terlalu berpengaruh terkait musim hujan karena umumnya jenis udang dimaksud dibudidayakan dengan tempat terbatas dan kondisi airnya dapat dikendalikan.
Sebagian wilayah Kota Lhokseumawe adalah wilayah pesisir yang dimanfaatkan sebagai kolam atau tambak. Sebagian kolam atau tambak ikan tersebut, ada yang membudidayakan udang dan ada juga yang membudidayakan bandeng.