Banda Aceh (Antaranews AcehARA News) - Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumoh Sejahtera Beujroh Meukarya (RSBM) yang bergerak bidang panti asuhan, tengah melatih 40 orang anak tuna netra dari berbagai daerah di Aceh dengan berbagai ketrampilan supaya berguna ketika kembali ke tengah-tengah masyarakat.
"Saat mereka nanti kembali ke masyarakat, sudah punya modal. Yang kira-kira modal itu memiliki nilai jual bagi mereka sendiri," terang Kepala UPTD RSBM Dinas Sosial Aceh, Fachrial di Aceh Besar, Kamis.
Ia menjelaskan, berbagai macam pelatihan telah diberikan instruktur seperti cara merajut bronjong bagi mereka yang laki-laki, sedangkan perempuan diajarkan cara merajut tas.
Sementara untuk anak-anak binaan tuna netra lainnya, pada jadwal yang bersamaan di salah satu ruangan sedang diajarkan cara menulis, dan membaca huruf braile.
Hasil karya anak-anak binaan UPTD ini, lanjut dia, telah banyak didistribusikan, terutama ke pasar-pasar tradisional, dan dijual ketika ada pameran-pameran yang diikuti Dinas Sosial Aceh baik tingkat lokal maupun nasional.
UPTD RSBM beralamat di Gampong (desa) Ladong, Kecamatan Masjid Raya, Aceh Besar ini, memiliki tugas melaksanakan sebagian kegiatan teknis pelayanan, pembinaan, dan rehabilitasi penyandang tuna netra berasal dari anak-anak keluarga kurang mampu untuk dididik dan dibekali keterampilan.
Mulai sejak pertama kali diasuh, anak-anak tuna netra ini langsung belajar baca buku, baca Al Quran braile, serta belajar menyanyi dan musik.
Kepala Seksi Pelayanan dan Pembinaan UPTD RSBM, Fuadi mengharapkan anak-anak tuna netra tersebut kembali ke masyarakat, maka mereka bisa menerapkan ketrampilan dalam kehidupan sehari-hari atas apa yang telah dipelajari saat masih di panti asuhan ini.
"Insya Allah, panti juga akan memberikan paket-paket usaha ekonomi produktif yang mereka butuhkan. Tentu, disesuaikan dengan pelatihan-pelatihan yang mereka geluti selama masih di panti," katanya.
Untuk batas waktu pengasuhan selama di panti asuhan, ia menjelaskan, pihaknya akan menyesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan anak asuh. "Tempo pengasuhan, kita tidak pukul rata. Karena sangat tergantung dari kecatatan dari mereka," terang dia.
Suryadin (17), anak cacat binaan UPTD RSBM mengaku, setiap hari mereka dilatih berbagai keterampilan, seperti merajut kawat bronjong, anyaman rotan, memijat, menjahit, mengikuti kelas musik, menulis, dan membaca huruf braile.
"Kami merasa sangat senang, karena ini akan menjadi bekal bagi kami, setelah tidak lagi berada di panti dan dipulangkan ke masyarakat nanti," katanya.
Salmi Irham Ramadani (14), penderita disabilitas netra lain mengaku, memiliki cita-cita menjadi seorang hafizah yang dewasa ini telah menguasai baca, dan tulis huruf braile, merajut tas, membuat bunga hias, dan vas bunga.
"Sangat senang, karena banyak kegiatan. Kami di sini dilatih banyak keterampilan, dan ada juga berbagai pelajaran-pelajaran lain," tutur dia.
Rumoh Sejahtera Beujroh Meukarya latih 40 anak tuna netra di Aceh
Jumat, 15 Februari 2019 7:22 WIB