Bank Indonesia (BI) memberikan motivasi kepada kepala desa se-Kota Lhokseumawe dalam acara bursa inovasi desa (BID) di Waduk Jeulikat, Kecamatan Blang Mangat, Lhokseumawe.

Kegiatan yang dihadiri para kepala desa, aparatur desa dan tokoh desa se-Lhokseumawe, itu dibuka Wali Kota Lhokseumawe Suaidi Yahya. Turut hadir dalam acara tersebut pimpinan Forkopimda, Kepala SKPK, Perguruan Tinggi dan pihak terkait lainnya.

Baca juga: Politikus Partai Aceh apresiasi kegiatan bursa inovasi desa di Lapang

Kepala Perwakilan (KPw) BI kepada Antara, Sabtu (28/9) mengatakan,  kegiatan BID sangat penting karena akan menentukan fokus Badan Usaha Milik Gampong (BUMG) ke depan yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi Kota Lhokseumawe.

Sumber daya alam (SDA) yang berlimpah di suatu negara/daerah bukan jaminan negara/daerah tersebut menjadi kaya.

Baca juga: Inovasi desa Nagan Raya pamerkan telur asin bakar

"Contohnya saja negara Jepang yang tidak punya SDA, memiliki wilayah yang terbatas, 80 persen pegunungan, tidak cocok untuk pertanian, namun negara ini seperti pabrik terapung yang sangat besar, mengimpor bahan mentah dari seluruh dunia dan mengekspor produk manufaktur," ujar dia.

Berapa banyak mobil dan motor yang dijual oleh perusahaan Jepang tiap harinya, termasuk yang setiap harinya dibawa ke Lhokseumawe, katanya.

Kemudian, kata dia, yang membuat suatu negara/daerah itu bisa kaya karena perilaku dari manusianya, yang dibentuk selama bertahun-tahun oleh pendidikan dan kebudayaan.

"Ketika kita menganalisa perilaku orang-orang dari negara-negara kaya, diamati bahwa mayoritas mereka mematuhi beberapa prinsip-prinsip kehidupan antara lain etika, punya rasa malu, taat hukum/aturan, menghargai dan tepat waktu, dan selalu produktif dan inovatif," ucap Yufrizal.

Selanjutnya, kegiatan BID merupakan bagian dari memperhatikan potensi Kota Lhokseumawe baik laut, darat, objek2 wisata, dan potensi lainnya, maka tidak ada alasan Kota Lhokseumawe tidak maju.

"Di Kota Lhokseumawe ini SDA dan SDM ada, namun ada 3 hal yang harus perlu diketahui oleh para peserta yaitu program yang dibuat harus sesuai dengan potensi desa, bersinergi dan berkolaborasi dengan institusi yang ada dan berkomitmen apa yang telah disepakati," terangnya.

Yufrizal juga menyampaikan harapannya jika selama ini banyak desa yang melakukan studi banding ke desa-desa tertentu di luar Propinsi Aceh, karena berhasil mengelola dana desa melalui BUMG, dengan tekad dan mimpi bersama, dua atau tiga tahun lagi, desa-desa dari seluruh nusantara akan
berbondong-bondong datang ke Lhokseumawe untuk studi banding ke desa yang ada di wilayah Kota Lhokseumawe.

Di akhir sesi dia juga menyampaikan, berdasarkan data dari BI Lhokseumawe, sampai dengan Agustus 2019, uang tunai yang dikeluarkan (outflow) di wilayah kerja BI Lhokseumawe mencapai Rp3 triliun, sementara uang yang masuk kembali ke BI Lhokseumawe (inflow) hanya Rp1,5 triliun sehingga terjadi net outflow sebesar Rp1,5 triliun.

"Kenapa uang itu keluar? Bisa jadi untuk membeli produk yang dibutuhkan tidak tersedia sehingga dibeli ke daerah lain, dan ini tentunya peluang bagi BUMG," tutupnya.

Pewarta: Dedy Syahputra

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019