Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap umat Islam dan salah satu ilmu terpenting adalah bagaimana tata cara seorang hamba dalam melaksanakan ibadah kepada Allah kata Ustad Masrul Aidi LC MA.

“Ibadah seseorang tidak akan diterima Allah apabila dilaksanakan tidak sesuai dengan tata cara yang benar,” kata Ustaz Masrul Aidi Lc MA dalam pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Warung Kupi Rumoh Aceh, Jeulingke, Banda Aceh, Selasa malam.

Ia menjelaskan dalam mendidik seseorang dalam menuntut ilmu agama harus menggunakan metode yang tepat sehingga orang tersebut dapt mengimplementasikan ilmunya. 

Ia mencontohkan metode pengajaran Al Quran dan belajar agama menggunakan kitab arab jawi. 

Zaman dulu Al Quran diajarkan menggunakan metode Al-Baghdadi dengan pengajian huruf hijaiyah dan juz ama. 

Metode tersebut juga dikenal dengan metode alif, ba, ta. Sayangnya, pengajaran metode Al-Baghdadi dan pengunaan kitab arab jawi dalam pendidikan agama semakin pudar di Aceh. Padahal, metode tersebut merupakan warisan dan budaya.

Di sisi lain, keberkahan ilmu sangat bergantung kepada keikhlasan pendidiknya. 

“Ulama pengarang kitab zaman dulu mengarang kitab penuh keikhlasan demi menyebarkan dakwah tanpa mengharapkan royalti dari kitab karangannya. Bahkan ada di antara mereka tidak mencantumkan nama dalam kitabnya,” katanya.

Ia memgatakan Ilmu itu sesuai keikhlasan gurunya. Mengapa di dayah berkah, karena keikhlasan gurunya.

Ia menambahkan, melalui ilmu juga seorang hamba bisa mengenal Allah serta mengimani sifat-sifatnya. Iman tersebut dibagikan menjadi dua yakni iman mujmal dan iman mufasal.

Iman mujmal dapat diasah salah satunya dengan mentadabburi ayat-ayat Alquran dan hadist. Rasulullah menyatakan bahwa umatnya tidak akan tersesat apabila berpegang kepada dua hal tersebut. 

Namun demikian, seseorang memerlukan guru mempelajarinya karena membutuhkan ilmu pengetahuan lainnya agar bisa memahami makna dalam Alquran serta hadis.

Sementara iman mufasal maknanya lebih terperinci, yakni mentadabburi sifat-sifat Allah, mempelajari akhlak Rasulullah, mensyukuri nikmat Allah, berupaya menjadi pribadi yang ihsan dan lainnya. Ihsan bermakna apabila seseorang beribadah maka seolah-olah ia melihat Allah, jika tidak mampu, maka ia meyakini bahwa Allah melihatnya.
 

Pewarta: M Ifdhal

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019