Pemerintah Aceh telah menetapkan salah satu sasaran utama dari pembangunan ekonomi dengan mengurangi defisit perdagangan melalui kebijakan  yang saling melengkapi yakni meningkatkan ekspor dan produksi barang substitusi impor," kata Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah di Banda Aceh, Rabu.

Pernyataan itu disampaikannya dalam pidato tertulis yang dibacakan Asisten II Setda Aceh, T Ahmad Dadek di sela-sela Seminar Nasional "Optimalisasi Peran Ekonomi Daerah dalam Perbaikan Current Account Deficit (CAD)" dengan pembicara utama Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti.

Ia menjelaskan pertumbuhan ekonomi Aceh masih berada di bawah angka pertumbuhan nasional dengan indikator makro ekonomi lainnya seperti tingkat pengangguran dan kemiskinan yang masih berada di bawah capaian nasional.

"Rendahnya pertumbuhan ekonomi di Aceh juga disebabkan oleh tingginya defisit perdagangan, terutama defisit perdagangan antar daerah, di mana Selisih negatif ini sangat besar dan menyebabkan tergerusnya ekonomi Aceh," katanya.

Karena itu dalam upaya mendongkrak pertumbuhan ekonomi adalah dengan meningkatkan ekspor salah satunya yang telah dilakukan dengan ekspor CPO yang telah dilakukan melalui Pelabuhan Calang, Kabupaten Aceh Jaya.

Ia mengatakan Pemerintah Aceh terus berupaya meningkatkan produktifitas komoditas ekspor unggulan dan ada beberapa komoditas yang kualitasnya lebih baik dari daerah lain seperti nilam.

"Nilam Aceh dikenal sebagai nilam terbaik di dunia karena kandungan Patchouli Alcohol nya paling tinggi dibanding nilam dari daerah lain. Komoditas ekspor lainnya yang menjadi target peningkatan produksi dan produktivitas adalah kopi, kakao, pinang, kelapa, rotan, sayur dan buah-buahan serta komoditas perikanan," katanya.

Pihaknya juga menyadari dalam mengatasi defisit transaksi berjalan tidak hanya bertumpu pada ekspor komoditas primer dan volume, namun juga pada nilai dan produk derivative dari komoditas unggulan tersebut.

"Kebijakan hilirisasi melalui penyediaan kawasan peruntukan investasi dan industri, peningkatan daya saing usaha kecil dan menengah (UKM), serta perbaikan iklim investasi, juga menjadi kebijakan prioritas Pemerintah Aceh," katanya.

Ia menambahkan selain industri pengolahan, sektor jasa juga menjadi prioritas pembangunan Aceh terutama sektor pariwisata, karena provinsi tersebut memiliki potensi besar yakni alam yang indah dan kekayaan budaya Aceh yang akan mampu menarik devisa bagi Aceh dan Indonesia.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti mengatakan Aceh harus mencari sumber sumber baru untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan untuk mendongkrak pertumbuhan Aceh memiliki potensi besar.

"Aceh memiliki beberapa komoditas unggulan yang dapat memberikan nilai tambah lebih besar seperti kopi dan juga nilam. Jika komoditas ini diolahnya di Aceh ini juga akan mampu memberikan dampak besar baik penyerapan tenaga kerja dan juga nilai tambah," katanya.

Kegiatan tersebut turut dihadiri Wali Kota Banda Aceh, Aminullah Usman, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh, Zainal Arifin Lubis, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Aceh, Aulia Fadly dan sejumlah pejabat perbankan serta pelaku usaha.

Pewarta: M Ifdhal

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019