Mimpi adalah awal dari awal perubahan. Bung Karno bermimpi untuk memerdekakan Indonesia. Sejak kecil Bung Karno sudah mulai menunjukan bakat kepemimpin dan cita-citanya untuk memerdekakan Indonesia.
Sejak dibangku kuliah, Bung Karno sudah aktif terlibat dalam pergerakan mahasiswa dan aktif dalam sarikat dagang Islam.
Kekuatan tekat tersebut menjadi pembakar semangat untuk mewujudkan sebuah bangsa yang merdeka.
Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Sebagai dasar negara baru Republik Indonesia ditetapkan Pancasila yaitu lima prinsip berbangsa dan bernegara, Pancasila yang digali oleh Bung Karno dari budaya bangsa Indonesia hadir menjembatani berbagai perbedaan yang ada dalam masyarakat Indonesia sehingga dapat diterima sebagai dasar Negara Republik Indonesia dan didalam Pancasila terdapat pemikiran ekonomi pemikiran Bung Karno yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Bung Karno memiliki kisah saat bertemu dengan seorang petani kecil yang secara mandiri dapat mencukupi kebutuhan hidupnya atau berdiri di atas kaki sendiri (seperti yang tertulis dalam buku Cindy Adam “Penyambung Lidah Rakyat’).
Hal ini menjadi inspirasi bagi Bung Karno untuk menjadikan Indonesia yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam kondisi bangsa yang saat ini menghadapi tantangan ekonomi dunia, menjadi sebuah keharusan untuk kembali berpijak pada kemandirian ekonomi yang pernah digagas oleh Bung Karno.
Selain itu, Bung Karno percaya akan kemampuan bangsa Indonesia dalam mengelola sumber daya alam. Bung Karno ingin hasil alam yang ada di Indonesia dapat dikelola oleh tangan-tangan terampil anak bangsa yang nantinya dapat menjadi tenaga ahli di bangsa sendiri.
Pada saat itu, sangat banyak putra/putri bangsa Indonesia yang dikirim menempuh pendidikan ke berbagai negara termasuk ke Jerman untuk memahami kemajuan teknologi bangsa-bangsa di dunia.
Di dalam pergaulan ekonomi dunia, Bung Karno paham bahwa sistem ekonomi kapitalisme dan sistem ekonomi komunisme tidak sesuai dengan semangat dan budaya bangsa Indonesia.
Bung Karno menawarkan sistem ekonomi gotong royong dalam perekonomian yang memungkinkan bangsa Indonesia untuk dapat menikmati pembangunan ekonomi yang berkesinambungan dan berkeadilan.
Hal inilah menjadi ide dan gagasan Bung Karno terhadap corak dan karakteristik perekonomian Indonesia sebagai mana termaktum dalam Undang-Undang
Dasar 1945 pasal 33 ayat 1.
Hal ini menandakan bahwa pemikiran Bung Karno sebagai Founding Father bangsa Indonesia dalam perekonomian dapat diklasifikasikan pada tiga aspek, yaitu berpihak pada rakyat kecil, ekonomi yang berdikari dan ekonomi yang dibangun dengan semangat gotong royong.
Ketiga prinsip tersebut harusnya menjadi bagian dari setiap pengambilan kebijakan oleh pemimpin masa kini baik di level pemerintah kabupaten/kota, pemerintahan provinsi dan hingga pemerintahan nasional.
Bung Karno dan Aceh
Pemimpin selalu dilihat dari dua sisi. Hubungan Bung Karno dan masyarakat Aceh dapat dilihat dari berbagai sisi dan sejarahnya dapat diperdebatkan.
Namun demikian, Bung Karno merupakan salah satu tokoh dunia yang mampu berkomunikasi dengan berbagai level kepemimpinan dan level masyarakat.
Termasuk dengan masyarakat Aceh, Bung Karno berkomunikasi dengan baik dan pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan bagi Aceh yang ditularkan melalui pembangunan kampus Universitas Syiah Kuala pada era kepemimpinan Bung Karno.
Salah satu peninggalan Bung Karno lainnya di Aceh yang saat ini masih dapat dilihat adalah Mobil Land Rover BL 9999 E yang diberikan kepada Habib Muda Seunangan.
Mobil ini diberikan setelah Habib Muda Seunangan diundang ke istana negara dan melalukan ziarah ke makam wali songo di Demak, Jawa Tengah.
Tidak dapat dipungkiri lagi, Aceh adalah permata Indonesia karena letaknya di Nol Kilometer Indonesia dan kontribusinya bagi republik sejak awal berdiri.
Sehingga Aceh membutuhkan pemimpin yang dapat mengaktualisasikan pemikiran Bung Karno tentang keberpihakan kepada rakyat kecil, ekonomi yang berdikari dan ekonomi mememiliki keahlian manajerial yang menglobal.
Baru-baru ini Aceh telah menandatangi MoU dengan Pemerintah India (Aceh and Andaman Trade Agreement) dan juga dengan beberapa negara ASEAN dalam segitiga ekonomi/perdagangan antara Indonesia, Malaysia dan Thailand (IMT-GT).
Letak Geografis Aceh yang strategis di tepi Selat Malaka yang merupakan jalur perdagangan tersibuk di dunia menjadi berkah bagi menciptakan positioning dan uniqueness Aceh.
Dengan menerapkan pemikiran Bung Karno, pengambil keputusan Aceh harus memikirkan grand strategy dalam memanfaatkan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan lokasi Aceh harus mampu memposisikan diri sebagai sebuah ekonomi utama Indonesia di Pulau Sumatra tepian Selat Malaka 2022.
Dalam pembangunan ekonomi yang memiliki karakter Pancasila. Pemimpin Aceh harus menjabarkan pemikiran Bung Karno tentang kepedulian terhadap wong cilik. Dalam mengurangi kemiskinan dan membangun toleransi terhadap keanekaragam agama, suku, ras dan budaya di Aceh.
Pada akhirnya, para pemimpin managerial Aceh harus mampu menjalin kerjasama dengan pemerintahan daerah (government to government), bisnis (business to business) dan masyarakat (people to people) dalam lingkup Sumatera dan ASEAN.
Sehingga ekonomi berdikari dapat terwujud dengan tetap menjalin hubungan yang baik dan saling menguntungkan antar daerah.
Saatnya, para pemimpin di Aceh menghidupkan kembali ide dan gagasan ekonomi Bung Karno yang terwujud melalui pembangunan ekonomi rakyat kecil melalui usaha kecil dan menengah, serta memiliki rasa percaya diri untuk mengelola sumber daya alam dengan terus membekali ilmu pengetahuan, sehingga nantinya akan terwujud suatu keadilan sosial bagi seluruh masyarakat.
Penulis:
Said Achmad Kabiru Rafiie
Dosen FISIP, Univesitas Teuku Umar
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019
Sejak dibangku kuliah, Bung Karno sudah aktif terlibat dalam pergerakan mahasiswa dan aktif dalam sarikat dagang Islam.
Kekuatan tekat tersebut menjadi pembakar semangat untuk mewujudkan sebuah bangsa yang merdeka.
Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Sebagai dasar negara baru Republik Indonesia ditetapkan Pancasila yaitu lima prinsip berbangsa dan bernegara, Pancasila yang digali oleh Bung Karno dari budaya bangsa Indonesia hadir menjembatani berbagai perbedaan yang ada dalam masyarakat Indonesia sehingga dapat diterima sebagai dasar Negara Republik Indonesia dan didalam Pancasila terdapat pemikiran ekonomi pemikiran Bung Karno yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Bung Karno memiliki kisah saat bertemu dengan seorang petani kecil yang secara mandiri dapat mencukupi kebutuhan hidupnya atau berdiri di atas kaki sendiri (seperti yang tertulis dalam buku Cindy Adam “Penyambung Lidah Rakyat’).
Hal ini menjadi inspirasi bagi Bung Karno untuk menjadikan Indonesia yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam kondisi bangsa yang saat ini menghadapi tantangan ekonomi dunia, menjadi sebuah keharusan untuk kembali berpijak pada kemandirian ekonomi yang pernah digagas oleh Bung Karno.
Selain itu, Bung Karno percaya akan kemampuan bangsa Indonesia dalam mengelola sumber daya alam. Bung Karno ingin hasil alam yang ada di Indonesia dapat dikelola oleh tangan-tangan terampil anak bangsa yang nantinya dapat menjadi tenaga ahli di bangsa sendiri.
Pada saat itu, sangat banyak putra/putri bangsa Indonesia yang dikirim menempuh pendidikan ke berbagai negara termasuk ke Jerman untuk memahami kemajuan teknologi bangsa-bangsa di dunia.
Di dalam pergaulan ekonomi dunia, Bung Karno paham bahwa sistem ekonomi kapitalisme dan sistem ekonomi komunisme tidak sesuai dengan semangat dan budaya bangsa Indonesia.
Bung Karno menawarkan sistem ekonomi gotong royong dalam perekonomian yang memungkinkan bangsa Indonesia untuk dapat menikmati pembangunan ekonomi yang berkesinambungan dan berkeadilan.
Hal inilah menjadi ide dan gagasan Bung Karno terhadap corak dan karakteristik perekonomian Indonesia sebagai mana termaktum dalam Undang-Undang
Dasar 1945 pasal 33 ayat 1.
Hal ini menandakan bahwa pemikiran Bung Karno sebagai Founding Father bangsa Indonesia dalam perekonomian dapat diklasifikasikan pada tiga aspek, yaitu berpihak pada rakyat kecil, ekonomi yang berdikari dan ekonomi yang dibangun dengan semangat gotong royong.
Ketiga prinsip tersebut harusnya menjadi bagian dari setiap pengambilan kebijakan oleh pemimpin masa kini baik di level pemerintah kabupaten/kota, pemerintahan provinsi dan hingga pemerintahan nasional.
Bung Karno dan Aceh
Pemimpin selalu dilihat dari dua sisi. Hubungan Bung Karno dan masyarakat Aceh dapat dilihat dari berbagai sisi dan sejarahnya dapat diperdebatkan.
Namun demikian, Bung Karno merupakan salah satu tokoh dunia yang mampu berkomunikasi dengan berbagai level kepemimpinan dan level masyarakat.
Termasuk dengan masyarakat Aceh, Bung Karno berkomunikasi dengan baik dan pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan bagi Aceh yang ditularkan melalui pembangunan kampus Universitas Syiah Kuala pada era kepemimpinan Bung Karno.
Salah satu peninggalan Bung Karno lainnya di Aceh yang saat ini masih dapat dilihat adalah Mobil Land Rover BL 9999 E yang diberikan kepada Habib Muda Seunangan.
Mobil ini diberikan setelah Habib Muda Seunangan diundang ke istana negara dan melalukan ziarah ke makam wali songo di Demak, Jawa Tengah.
Tidak dapat dipungkiri lagi, Aceh adalah permata Indonesia karena letaknya di Nol Kilometer Indonesia dan kontribusinya bagi republik sejak awal berdiri.
Sehingga Aceh membutuhkan pemimpin yang dapat mengaktualisasikan pemikiran Bung Karno tentang keberpihakan kepada rakyat kecil, ekonomi yang berdikari dan ekonomi mememiliki keahlian manajerial yang menglobal.
Baru-baru ini Aceh telah menandatangi MoU dengan Pemerintah India (Aceh and Andaman Trade Agreement) dan juga dengan beberapa negara ASEAN dalam segitiga ekonomi/perdagangan antara Indonesia, Malaysia dan Thailand (IMT-GT).
Letak Geografis Aceh yang strategis di tepi Selat Malaka yang merupakan jalur perdagangan tersibuk di dunia menjadi berkah bagi menciptakan positioning dan uniqueness Aceh.
Dengan menerapkan pemikiran Bung Karno, pengambil keputusan Aceh harus memikirkan grand strategy dalam memanfaatkan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan lokasi Aceh harus mampu memposisikan diri sebagai sebuah ekonomi utama Indonesia di Pulau Sumatra tepian Selat Malaka 2022.
Dalam pembangunan ekonomi yang memiliki karakter Pancasila. Pemimpin Aceh harus menjabarkan pemikiran Bung Karno tentang kepedulian terhadap wong cilik. Dalam mengurangi kemiskinan dan membangun toleransi terhadap keanekaragam agama, suku, ras dan budaya di Aceh.
Pada akhirnya, para pemimpin managerial Aceh harus mampu menjalin kerjasama dengan pemerintahan daerah (government to government), bisnis (business to business) dan masyarakat (people to people) dalam lingkup Sumatera dan ASEAN.
Sehingga ekonomi berdikari dapat terwujud dengan tetap menjalin hubungan yang baik dan saling menguntungkan antar daerah.
Saatnya, para pemimpin di Aceh menghidupkan kembali ide dan gagasan ekonomi Bung Karno yang terwujud melalui pembangunan ekonomi rakyat kecil melalui usaha kecil dan menengah, serta memiliki rasa percaya diri untuk mengelola sumber daya alam dengan terus membekali ilmu pengetahuan, sehingga nantinya akan terwujud suatu keadilan sosial bagi seluruh masyarakat.
Penulis:
Said Achmad Kabiru Rafiie
Dosen FISIP, Univesitas Teuku Umar
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019