Santri Dayah Insan Qurani Aceh Besar Neisya Shabina berhasil khatamkan hafalan Al Quran 30 juz di usianya yang masih 15 tahun, dalam kurun waktu tujuh bulan.
Remaja kelahiran 11 Juni 2004 silam tersebut mulai menghafal Al Quran sejak akhir Juli tahun lalu, kemudian Neisya berhasil merampungkan hafalannya tepat pada Kamis (5/3) kemarin, dalam program kelas tahfiz khusus di pesantrennya.
"Selesai sekolah, Neisya ingin jadi dokter yang hafalan Al Qurannya lancar 30 juz," katanya di Aceh Besar, Jumat.
Ayah Neisya, Bahrum diketahui sehari-harinya bekerja sebagai buruh bangunan. Sedangkan ibunya Fitriani berprofesi sebagai penjual kue.
Meski kondisi ekonomi keluarganya serba pas-pasan, namun tidak menyurutkan semangat bocah itu untuk mewujudkan keinginannya menjadi penghafal Al Quran, bahkan cita-cita jadi dokter yang dekat dengan Al Quran.
Neisya tidak sanggup menahan tangis usai khatamkan hafalannya, cita-cita yang sangat diidamkan. Menurutnya, prestasi itu tidak terlepas dari dukungan serta keinginan orang tuanya yang menginginkan dirinya untuk menjadi seorang hafizah.
"Neisya ingin sekali membanggakan ayah dan mama. Neisya ingin membuat mereka tersenyum di dunia dan akhirat dengan memberikan mahkota surga untuk mereka berdua. Neisya ingin bisa masuk surga bersama-sama dengan orang tua," katanya dengan suara terisak-isak.
Ia mengatakan trik untuk menghafal Alquran ialah dengan cara membaca berulang-ulang lembaran Alquran hingga melekat dalam ingatannya.
Remaja asal Desa Gunung Lagan, Rimo, Kabupaten Aceh Singkil itu juga memiliki waktu khusus untuk menghafal Alquran, yang biasanya usai shalat subuh menyetor hafalannya kepada ustazah. Kemudian melanjutkan hafalan ketika waktu dhuha hingga menjelang siang.
Bahkan, ketika waktu istirahat siang usai shalat dzuhur dirinya juga memanfaatkannya untuk membuka lembaran Alquran, dan aktivitas itu biasa dilakukan hingga menjelang waktu shalat ashar.
Ditambah lagi usai shalat ashar hingga menjelang maghrib Neisya juga melakukan murajaah hafalannya. Aktivitas yang sama juga dilakukan usai magrib dan isya, semua itu dengan tujuan agar hafalannya semakin lancar. Bahkan dia juga tidak pernah meninggalkan shalat tahajud selama menghafal.
"Neisyah berpesan agar semua para penghafal Al Quran untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, dan jangan pernah mengecewakan orang tua," katanya.
Sementara itu, Pengurus Dayah Insan Qurani Ustaz Raihan menyampaikan apresiasi terhadap Neisya atas prestasi yang diraihnya di usia yang masih sangat muda. Ia berharap Neisya untuk istiqamah dengan Alquran dan menjadikan Alquran sebagai pelita dalam hidup.
"Insya Allah akan menjadi penolong kedua orang tuamu di hadapan mahkamah Allah SWT. Terima kasih untuk ustaz dan ustazah atas bimbingannya kepada anak kita semoga setiap usaha ustaz dan ustazah akan bernilai pahala di sisi Allah," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020
Remaja kelahiran 11 Juni 2004 silam tersebut mulai menghafal Al Quran sejak akhir Juli tahun lalu, kemudian Neisya berhasil merampungkan hafalannya tepat pada Kamis (5/3) kemarin, dalam program kelas tahfiz khusus di pesantrennya.
"Selesai sekolah, Neisya ingin jadi dokter yang hafalan Al Qurannya lancar 30 juz," katanya di Aceh Besar, Jumat.
Ayah Neisya, Bahrum diketahui sehari-harinya bekerja sebagai buruh bangunan. Sedangkan ibunya Fitriani berprofesi sebagai penjual kue.
Meski kondisi ekonomi keluarganya serba pas-pasan, namun tidak menyurutkan semangat bocah itu untuk mewujudkan keinginannya menjadi penghafal Al Quran, bahkan cita-cita jadi dokter yang dekat dengan Al Quran.
Neisya tidak sanggup menahan tangis usai khatamkan hafalannya, cita-cita yang sangat diidamkan. Menurutnya, prestasi itu tidak terlepas dari dukungan serta keinginan orang tuanya yang menginginkan dirinya untuk menjadi seorang hafizah.
"Neisya ingin sekali membanggakan ayah dan mama. Neisya ingin membuat mereka tersenyum di dunia dan akhirat dengan memberikan mahkota surga untuk mereka berdua. Neisya ingin bisa masuk surga bersama-sama dengan orang tua," katanya dengan suara terisak-isak.
Ia mengatakan trik untuk menghafal Alquran ialah dengan cara membaca berulang-ulang lembaran Alquran hingga melekat dalam ingatannya.
Remaja asal Desa Gunung Lagan, Rimo, Kabupaten Aceh Singkil itu juga memiliki waktu khusus untuk menghafal Alquran, yang biasanya usai shalat subuh menyetor hafalannya kepada ustazah. Kemudian melanjutkan hafalan ketika waktu dhuha hingga menjelang siang.
Bahkan, ketika waktu istirahat siang usai shalat dzuhur dirinya juga memanfaatkannya untuk membuka lembaran Alquran, dan aktivitas itu biasa dilakukan hingga menjelang waktu shalat ashar.
Ditambah lagi usai shalat ashar hingga menjelang maghrib Neisya juga melakukan murajaah hafalannya. Aktivitas yang sama juga dilakukan usai magrib dan isya, semua itu dengan tujuan agar hafalannya semakin lancar. Bahkan dia juga tidak pernah meninggalkan shalat tahajud selama menghafal.
"Neisyah berpesan agar semua para penghafal Al Quran untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, dan jangan pernah mengecewakan orang tua," katanya.
Sementara itu, Pengurus Dayah Insan Qurani Ustaz Raihan menyampaikan apresiasi terhadap Neisya atas prestasi yang diraihnya di usia yang masih sangat muda. Ia berharap Neisya untuk istiqamah dengan Alquran dan menjadikan Alquran sebagai pelita dalam hidup.
"Insya Allah akan menjadi penolong kedua orang tuamu di hadapan mahkamah Allah SWT. Terima kasih untuk ustaz dan ustazah atas bimbingannya kepada anak kita semoga setiap usaha ustaz dan ustazah akan bernilai pahala di sisi Allah," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020