Banda Aceh (ANTARA) - Balai Bahasa Provinsi Aceh (BBPA) meluncurkan 60 buku cerita anak berbahasa daerah, serta satu kamus bergambar bahasa Gayo-Inggris-Indonesia sebagai upaya meningkatkan literasi generasi muda dan melestarikan bahasa ibu.
“Dengan membaca buku-buku ini, kosa kata yang sebelumnya tidak dikenal dapat dipahami melalui terjemahan yang tersedia,” kata Kepala BBPA, Umar Solikhan, di Banda Aceh, Minggu.
Dirinya mengatakan, buku-buku tersebut ditujukan untuk generasi muda Aceh dengan harapan dapat memperkaya kosakata bahasa ibu mereka di tengah menurunnya jumlah penutur muda.
Produk yang diluncurkan tidak hanya bertujuan untuk memperkenalkan kosakata bahasa daerah, tetapi juga menguatkan identitas budaya masyarakat Aceh.
"Kamus bergambar bahasa Gayo dan buku cerita ini dirancang agar mudah dipahami dan menarik bagi tunas-tunas muda," ujarnya.
Baca juga: Sejarah Himne Aceh, lirik lengkap dan terjemahan dalam bahasa Indonesia
Umar menyampaikan, buku-buku tersebut tersedia secara gratis dalam bentuk digital melalui laman Balai Bahasa Aceh. Masyarakat dapat mengunduh dan memperbanyaknya sendiri.
Untuk versi cetak, Balai Bahasa hanya menyediakan dalam jumlah terbatas melalui perpustakaan dan lembaga pendidikan tertentu.
"Jika ada sekolah yang ingin mencetak buku-buku ini, kami persilakan untuk mencetaknya sendiri. File digitalnya juga siap kami bagikan," katanya.
Ia menuturkan, melalui program ini, Balai Bahasa Aceh berharap dapat mendukung upaya pelestarian bahasa dan budaya daerah di Aceh, sekaligus memfasilitasi akses literasi yang lebih luas.
Dalam kesempatan ini, Umar juga menyebutkan beberapa capaian yang berhasil diraih Balai Bahasa Provinsi Aceh sepanjang 2024. Salah satunya pengajuan 830 kosakata baru ke Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Adapun ragam kosakata yang diajukan itu meliputi 431 kosakata dari Bahasa Aceh, 300 dari Bahasa Gayo, 76 dari Bahasa Alas, dan 8 kosakata dari Bahasa Sigulai (Simeulue).
Baca juga: Festival teater perlu dukungan Pemda demi keberlanjutan bahasa daerah
Di bidang literasi, Balai Bahasa juga mencatat peningkatan signifikan. Jumlah komunitas literasi yang dibina meningkat dari 59 komunitas di 2023 menjadi 110 komunitas pada 2024.
Selain itu, jumlah generasi muda yang terlibat dalam program literasi juga naik dari 508 orang menjadi 710 orang pada periode yang sama.
"Semoga kolaborasi dan kerja sama kita semakin meningkat di tahun mendatang, sehingga keberadaan kami semakin dirasakan manfaatnya oleh masyarakat," demikian Umar Solikhan.
Baca juga: Miris, penutur bahasa Aceh di kalangan generasi kian menurun