Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Aceh Jaya menegaskan bahwa pihaknya tidak akan menangani pasien khususnya kasus virus corona jika tidak ada alat pelindung diri (APD) yang memadai.

"Kita tidak bisa bekerja tanpa APD, karena jika kita memaksakan untuk tetap melayani pasien virus cCorona tanpa adanya perlindungan diri maka itu sama saja bunuh diri. Apalagi lingkungan kerja dokter di Aceh Jaya sudah ada yang ditetapkan sebagai ODP," kata dr Baihaqi, Ketua IDI Cabang Aceh Jaya di Calang, Sabtu (28/3).

Baca juga: Bupati Aceh Jaya minta geusyik sisihkan dana desa untuk penanganan COVID-19

Ia menegaskan saat ini tenaga kesehatan Aceh Jaya dihadapkan dengan kondisi yang mana telah ditetapkan beberapa kasus orang dalam pemantauan (ODP).

Hal ini membuat beban kerja tenaga kesehatan khususnya dokter semakin berat, ditambah lagi tidak lengkapnya atau tidak terstandarnya alat pelindung diri (APD).

Baca juga: Pemkab Aceh Besar alokasikan Rp10 miliar tangani corona

Dr Baihaqi mengatakan sudah banyak dokter-dokter yang bersuara bahwa ketidak sediaannya APD membuat mereka terhambat dalam memberikan pelayanan. Prinsip tidak ada gawat darurat dalam pandemi inilah yang menjadi dasar para dokter di Aceh Jaya mendesak pemerintah terkait untuk menyediakan APD sesuai standar.

Namun demikian, kata dr Baihaqi hingga kini Pemda Aceh Jaya melalui Dinas Kesehatan belum ada tanda-tanda akan menyalurkan APD ke fasilitas kesehatan.

Hal ini sangat membuat para dokter yang berada di garda terdepan khawatir akan keselamatannya.

Baca juga: Lagi, positif COVID-19 bertambah tiga orang di Aceh

"Coba anda bayangkan, petugas medis adalah orang yang sangat beresiko, karena mereka setiap hari berhadapan dengan pasien yang kita tidak tahu apakah pasien tersebut sudah terinfeksi COVID-19 atau belum. Bila semua petugas medis tumbang, bagaimana kita bisa menghadapi wabah ini kedepannya," kata dr Baihaqi.

dr Baihaqi mengatakan saat ini jumlah dokter Indonesia yang gugur dalam pengabdian sejauh ini 7 orang. Selain di Indonesia, jumlah dokter yang gugur dalam pengabdian di wabah COVID-19 berjumlah 9 orang di Filipina, 23 orang di Italia, dan di negara-negara lainnya.

"Kami tidak ingin jumlah dokter yang meninggal karena wabah COVID-19 bertambah, maka itu saya instruksikan kepada semua anggota IDI Cabang Aceh Jaya untuk tidak melakukan pelayanan bila APD tidak ada atau tidak memadai," kata dr Baihaqi.

Selain itu, dr Baihaqi juga meminta agar Pemda memperhatikan beban kerja tenaga dokter agar tidak melebihi 8 (delapan) jam kerja perhari.

Andaipun bila kerja lebih dari 8 jam tidak dapat dihindari, diharapkan untuk memberikan jadwal istirahat yang cukup agar dokter dapat mengembalikan kebugarannya.

Sementara itu Koordinator Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid 19 Aceh Jaya Ns Ernani Wijaya menyampaikan ketersediaan APD di Puskesmas dalam lingkup Aceh Jaya menjadi prioritas pihaknya.

"Kita selalu memprioritaskan pada petugas kesehatan, tidak hanya dokter tetapi juga kepada seluruh petugas yang berhadapan langsung dengan pasien," kata Ns Ernani Wijaya.

Ia menyampaikan bahwa saat ini pihaknya bisa buktikan, setiap  Puskemas hampir seluruh petugas menggunakan masker maupun sarung tangan dan juga mencuci tangan pakai hand scrup atau hand sanitizer.

Namun demikian, ia mengakui  terkait stok baju APD di Dinkes sangat sedikit, sehingga hanya digunakan khusus pada petugas yang menangani COVID-19.

"Untuk penanganan COVID-19 ini, petugas yang berhubungan dengan ODP/PDP wajib menggunakan APD lengkap. Kita sudah memesan baju ke distributor tetapi sampai saat ini belum tersedia. Hal ini juga dialami oleh RSU Teuku Umar yang ketersediaan APD lengkap khususnya baju sangat kurang. Kami sudah meminta bantu pada Dinas Kesehatan Aceh, tetapi disana juga sangat minim sehingga di bantu hanya 6 set untuk RSU Teuku Umar," kata Ns Ernani Wijaya.

Pewarta: Arif Hidayat

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020