Permintaan bubuk kopi tradisional di Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat sejak sepekan terakhir mengeluh akibat menurunnya permintaan bubuk kopi oleh kalangan pengusaha warung kopi dan konsumen di daerah itu.

Hal ini terjadi setelah adanya instruksi penutupan warung kopi, kafe dan objek wisata di sejumlah kabupaten/kota di Provinsi Aceh, setelah adanya pemberlakuan jam malam untuk mencegah sebaran virus corona (COVID-19).

“Kalau dari segi penurunan juga lumayan banyak, biasanya setiap hari kami mampu menjual bubuk kopi paling sedikit mencapai 60 kilogram, kini menurun menjadi 40 kilogram per hari,” kata Faisal, seorang pengusaha bubuk kopi racikan di kawasan Desa Ujong Kalak, Meulaboh, Selasa.

Dari segi pendapatan, kata dia, juga mengalami penurunan dari omset per hari rata-rata diperoleh berkisar antara Rp4 juta hingga Rp5 juta per hari, kini menurun menjadi Rp3 juta hingga Rp3,5 juta per hari.

Menurutnya, dampak pemberlakukan jam malam dan penutupan sejumlah tempat usaha makanan dan minuman pada malam hari juga menyebabkan pengusaha terpaksa mengurangi jam kerja bagi kalangan pekerja.

Hal ini juga berdampak terhadap pendapatan yang akan diperoleh tenaga kerja, karena produksi kopi tradisional juga harus dikurangi untuk menyesuaikan kebutuhan dan daya beli konsumen.

Ada pun harga jual bubuk kopi tradisional yang dijual berkisar antara Rp65 ribu hingga Rp85 ribu per kilogram tergantung jenis dan ukuran bubuk kopi, seperti bubuk kopi kasar dan bubuk kopi halus.

“Kami berharap wabah corona ini dapat  segera berakhir, sehingga geliat produksi bubuk kopi kembali berjalan lancar dan meningkatkan perekonomian masyarakat,” harap Faisal.

Pewarta: Teuku Dedi Iskandar

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020