Seorang petani di Kabupaten Aceh Tengah Zaini menemukan konsep tersendiri untuk bisa menghasilkan produksi kopi mencapai dua ton perhektare pertahun.
Zaini mengatakan selama ini hasil produksi kopi petani di Aceh Tengah masih rendah dengan rata-rata produksi hanya di kisaran 700 kilo gram perhektare pertahun.
"Padahal potensi hasil kopi bisa mencapai dua ton bahkan lebih pertahunnya," kata Zaini di Takengon, Jumat.
Menurutnya hal itulah yang membuat petani kopi arabica Gayo di daerah itu saat ini belum bisa dibilang sejahtera.
Dia menuturkan bahwa harus ada konsep yang jelas serta terukur dan juga terarah untuk bisa maksimal meningkatkan produksi kopi sesuai yang diharapkan.
Karena itulah Zaini berniat menawarkan konsepnya agar seluruh petani kopi di Aceh Tengah bisa meningkatkan hasil produksinya.
Namun agar bisa berjalan maksimal kata dia penerapan konsep tersebut harus didukung oleh pemerintah daerah setempat.
"Dari 14 kecamatan di Aceh Tengah, dibuat kebun percontohan. Satu kecamatan dibuat dua hektare kebun contoh. Nanti petani bisa meniru cara bertani di masing-masing kebun contoh. Konsepnya komersil, bukan lagi tradisional," tuturnya.
"Saya berani jamin hasilnya bisa mencapai dua ton lebih, jika dilakukan perlakuan kopi sesuai standar saya. Kita buat di atas materai," tantang Zaini.
Dia menyebut satu lahan kebun dengan berisikan 500 batang kopi akan bisa menghasilkan produksi mencapai 1,5 ton perhektare pertahun, jika menerapkan konsep yang dia tawarkan.
Itu bahkan sudah dihitung untuk hasil kopi biji hijau atau green beans, bukan lagi gelondongan.
"Jadi kita harus meningkatkan SDM petaninya," kata Zaini.
Pengalaman Zaini di bidang budidaya tanaman kopi, khususnya untuk peningkatan produksi, bukan lagi isapan jempol belaka.
Dia sendiri selama ini dikenal sebagai seorang petani kopi sukses di Kabupaten Aceh Tengah.
Zaini bahkan telah mendirikan Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) di Takengon sebagai wadah untuk mengedukasi, sosialisasi, dan berbagi ilmu yang dimiliki dengan cara memberikan pelatihan untuk siapa saja.
Karena kepakarannya Zaini juga pernah selama tiga tahun lebih menjadi penyuluh bagi petani kopi di Tanah Karo, Sumatera Utara.
"Kita juga ada mendirikan Klinik Kopi di Belang Gele Kecamatan Bebesen untuk menjadi tempat berbagi informasi tentang kopi, semacam konsultasi publik," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020
Zaini mengatakan selama ini hasil produksi kopi petani di Aceh Tengah masih rendah dengan rata-rata produksi hanya di kisaran 700 kilo gram perhektare pertahun.
"Padahal potensi hasil kopi bisa mencapai dua ton bahkan lebih pertahunnya," kata Zaini di Takengon, Jumat.
Menurutnya hal itulah yang membuat petani kopi arabica Gayo di daerah itu saat ini belum bisa dibilang sejahtera.
Dia menuturkan bahwa harus ada konsep yang jelas serta terukur dan juga terarah untuk bisa maksimal meningkatkan produksi kopi sesuai yang diharapkan.
Karena itulah Zaini berniat menawarkan konsepnya agar seluruh petani kopi di Aceh Tengah bisa meningkatkan hasil produksinya.
Namun agar bisa berjalan maksimal kata dia penerapan konsep tersebut harus didukung oleh pemerintah daerah setempat.
"Dari 14 kecamatan di Aceh Tengah, dibuat kebun percontohan. Satu kecamatan dibuat dua hektare kebun contoh. Nanti petani bisa meniru cara bertani di masing-masing kebun contoh. Konsepnya komersil, bukan lagi tradisional," tuturnya.
"Saya berani jamin hasilnya bisa mencapai dua ton lebih, jika dilakukan perlakuan kopi sesuai standar saya. Kita buat di atas materai," tantang Zaini.
Dia menyebut satu lahan kebun dengan berisikan 500 batang kopi akan bisa menghasilkan produksi mencapai 1,5 ton perhektare pertahun, jika menerapkan konsep yang dia tawarkan.
Itu bahkan sudah dihitung untuk hasil kopi biji hijau atau green beans, bukan lagi gelondongan.
"Jadi kita harus meningkatkan SDM petaninya," kata Zaini.
Pengalaman Zaini di bidang budidaya tanaman kopi, khususnya untuk peningkatan produksi, bukan lagi isapan jempol belaka.
Dia sendiri selama ini dikenal sebagai seorang petani kopi sukses di Kabupaten Aceh Tengah.
Zaini bahkan telah mendirikan Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) di Takengon sebagai wadah untuk mengedukasi, sosialisasi, dan berbagi ilmu yang dimiliki dengan cara memberikan pelatihan untuk siapa saja.
Karena kepakarannya Zaini juga pernah selama tiga tahun lebih menjadi penyuluh bagi petani kopi di Tanah Karo, Sumatera Utara.
"Kita juga ada mendirikan Klinik Kopi di Belang Gele Kecamatan Bebesen untuk menjadi tempat berbagi informasi tentang kopi, semacam konsultasi publik," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020