"Ini prajurit di sini ada yang nakal-nakal gak bapak ibu," tanya Brigjen TNI Legowo WR Jatmiko.

Kalimat itu dilontarkan oleh Jenderal Bintang Satu ini untuk memastikan apakah warga merasa nyaman dengan kehadiran para prajurit TNI di desa mereka.

"Baik-baik Pak," sahut warga kompak.

Ini adalah cerita dari Kampung Wih Ilang dan Kampung Pantan Musara di pedalaman Dataran Tinggi Gayo, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh.

Dua desa bertetangga, di satu kawasan subur nan permai, di tanah penghasil kopi terbaik dunia, Arabica Gayo Coffee. Bagi penikmat kopi, tentulah tak asing dengan nama kopi Gayo. 

Tapi lupakan dulu tentang kopi, di sini kita akan membahas tentang kedua desa yang kedatangan tamu, sepasukan prajurit TNI.

Desa yang selama ini sunyi dan tenang, tiba-tiba menjadi ramai oleh kehadiran ratusan prajurit TNI dari Kodim 0106 Aceh Tengah.

Kali ini Bapak-Bapak TNI hadir membawa secercah harapan, atas impian warga di kedua desa yang sudah lama memendam asa, untuk bisa memiliki jalan desa yang layak dilalui sehari-hari, juga untuk memiliki sebuah jembatan kuat permanen, penghubung antar desa.

Kampung Wih Ilang dan Pantan Musara di Kecamatan Pegasing, Kabupaten Aceh Tengah, menjadi sasaran program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Reguler ke-109 yang dilaksanakan oleh Kodim 0106 Aceh Tengah.

Pada bakti TNI kali ini, para prajurit bangsa bersama warga merehabilitasi jalan desa dengan melakukan pelebaran dan pengerasan jalan sepanjang 4.200 meter, pembuatan empat unit gorong-gorong, serta membangun satu unit jembatan permanen sepanjang 10 meter.

Prajurit Kodim 0106 Aceh Tengah melakukan pelebaran jalan desa dalam TMMD ke-109. ANTARA/Kodim Aceh Tengah.


Brigjen TNI Legowo WR Jatmiko dalam kapasitasnya sebagai Ketua Tim Pengawas dan Evaluasi (Wasev) TMMD Reguler ke-109 dari Mabes TNI, sengaja datang jauh-jauh dari Jakarta untuk memastikan pelaksanaan TMMD di kedua desa berjalan baik semestinya.

Perwira tinggi TNI ini datang bersama rombongan guna dapat mengukur langsung kinerja kegiatan di lapangan untuk memastikannya benar-benar berjalan maksimal dan efesien.

"Saya mewakili Kepala Staf TNI Angkatan Darat datang ke sini untuk melihat langsung pelaksanaan TMMD di desa ini," kata Brigjen Legowo menyapa warga di lokasi TMMD, pada Kamis (8/10/2020).

"Atas nama Kasad, kami mengucapkan terimakasih kepada pemerintah daerah serta seluruh komponen masyarakat, atas semangat gotong royongnya dalam mendukung kelancaran kegiatan TMMD ini," ujarnya.
 
Brigjen TNI legowo WR Jatmiko dan Dandim Aceh Tengah Letkol Inf Teddy Sofyan menyerahkan bingkisan kepada warga di lokasi TMMD ke-109. ANTARA/Kurnia Muhadi (ANTARA/Kurnia Muhadi)

Kampung Wih Ilang dan Pantan Musara, selama ini memang kurang tersentuh pembangunan. Lokasi kedua desa ini terpencil, memerlukan jarak tempuh sejauh 32 kilometer, atau sekira satu jam lebih perjalanan kendaraan dari pusat kota Takengon, Ibu Kota Kabupaten Aceh Tengah. Sedangkan kondisi jalan di kedua desa masih sangat memprihatinkan.

Jika musim penghujan tiba, jalan desa akan berubah menjadi kubangan lumpur, atau penuh debu di saat kemarau. Itu adalah mimpi buruk yang harus dilalui setiap harinya oleh warga di kedua desa.

"Sudah lama jalan desa kami begini. Paling sulitnya itu, kalau lagi musim hujan. Kami di sini kan hampir semua petani, jadi kalau melangsir hasil panen itu gak bisa, kalau sudah musim hujan," kata Basri (37), bercerita tentang kondisi jalan di desanya.

Basri menuturkan kondisi jalan desa seperti itu telah dirasakan warga selama bertahun-tahun. Dampaknya kata dia, sangat menghambat pertumbuhan ekonomi warga desa.

Menurutnya hasil bumi dari jerih payah para petani sering kali sulit dibawa keluar desa. Kendaraan pengangkut seperti truk pantang memasuki kedua desa ini, apalagi di musim penghujan, taruhannya adalah kendaraan bisa nyangkut di jalan berlumpur.

Apalagi untuk menuju Kampung Wih Ilang. Memilih menggunakan sepeda motor saja, sudah sulit. Tak ada lagi jembatan yang bisa dilalui untuk dapat menuju ke desa ini. 

Jembatan darurat yang dulunya pernah ada, lapuk dimakan usia. Itu pun hanyalah jembatan sangat sederhana, ala kadarnya. Warga memanfaatkan batangan balok kayu dan menaruhnya di atas aliran sungai untuk disebut sebagai jembatan.
 
Prajurit Satgas TMMD ke-109 dalam proses pembangunan jembatan desa. ANTARA/Dok. Kodim Aceh Tengah (ANTARA/Dok. Kodim Aceh Tengah)

Pada kiprahnya, jembatan itu pun telah menelan banyak korban. Karena jika tak berhati-hati saat melintasinya, maka resiko kendaraan tergelincir dan jatuh ke sungai pastilah terjadi. Atau jika diguyur hujan, kayu jembatan menjadi licin, menyebabkan kendaraan sering terpeleset.

Maka setelah jembatan legendaris itu tutup usia, satu-satunya cara warga desa mengakses jalan adalah dengan terjun langsung ke aliran sungai dan memilih area dangkal untuk dapat diterobos oleh sepeda motor.

"Ya langsung aja turun ke sungai kendaraannya. Tapi kalau hujan gak bisa juga, karena air sungai jadi besar," tutur Basri.

"Jadi itulah kendala kami. Kalau sudah musim hujan, ongkos ngelangsir hasil panen pun jadi mahal, bisa sampai Rp50.000,- untuk satu karung cabai, kentang, atau kopi. Karena memang sulit, ban kendaraan harus dipasang rantai agar tidak licin dan lengket di lumpur," ujarnya.

Tapi kini Basri bisa sedikit bernapas lega. Mimpi buruknya itu telah dihapus oleh pelaksanaan TMMD ke-109 di desanya. Dia merasakan bakti TNI yang begitu luar biasa untuk mewujudkan asa warga desa.
Pembuatan jembatan desa di lokasi TMMD ke-109 hampir rampung. ANTARA/Kurnia Muhadi 


Reje (Kepala desa) Kampung Wih Ilang, Suharmansyah, juga menaruh harapan besar agar perekonomian warga di desanya bangkit seiring dengan membaiknya akses jalan desa setelah pelaksanaan TMMD.

Menurutnya, Wih Ilang merupakan desa tua di Kecamatan Pegasing, Aceh Tengah. Namun untuk pembangunan kata dia, dirasakan masih sangat minim sejak desa itu berdiri di tahun 1960-an.

"Sekarang penduduk desa kami ada 350 KK, hampir semua petani. Kalau pertanian di sini ada kopi, kentang, cabai, pokat. Harapan kami sebenarnya agar jalan desa kami bisa diaspal, karena sudah sejak tahun 60-an belum pernah ada sejengkal pun aspal di desa kami," tutur Suharmansyah.

Harapan yang sama juga diutarakan oleh Reje Kampung Pantan Musara, Dwi Sahputro. Kepala desa ini bahkan langsung menyampaikannya di hadapan Brigjen TNI Legewo WR Jatmiko saat acara temu ramah dengan warga di desa itu.

Kebetulan saat itu juga hadir Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar di sana. Brigjen Legowo memberi harapan kepada warga bahwa dari hasil pembicaraannya dengan Bupati Shabela, jalan di desa itu nantinya akan diaspal sesuai permintaan warga, namun prosesnya bertahap.

Tapi setidaknya warga di kedua desa kini sudah memiliki akses jalan dan jembatan yang layak untuk dilalui sehari-hari. Mereka pun sangat bersyukur akan hal itu. 

Apalagi kehadiran para prajurit TNI di kedua desa ini dirasakan oleh warga memberi kesan dan makna tersendiri bagi mereka.

"Kami banyak belajar tentang kebersamaan, kekompakkan, dan kedisiplinan, dari bapak-bapak Anggota TNI ini," kata warga Pantan Musara, Rahmat.

Pemuda ini mengaku sangat akrab dengan para prajurit yang bertugas selama berlangsungnya TMMD di desanya dalam sebulan penuh sejak 22 September 2020 sampai 21 Oktober 2020.

"Kalau selesai bekerja, sorenya kami main voli bersama. Kami sangat senang dan merasa nyaman," tutur Rahmat.

Warga lainnya, Sadinah, juga mengungkapkan perasaan senangnya karena pernah dibantu oleh dua prajurit TNI saat dirinya sedang memanen kopi di kebun miliknya. 

Dengan kegigihan kedua prajurit, perempuan tani ini bisa lebih cepat menyelesaikan pekerjaannya memanen kopi.

"Gak nyangka mereka mau bantu saya metik kopi," ujar Sadinah tersenyum.
 

 Prajurit TNI membantu warga memanen kopi Arabica Gayo di lokasi TMMD ke-109. ANTARA/Dok. Kodim Aceh Tengah



Tak hanya sampai di situ, kesan humanis para serdadu perang ini juga menyentuh anak-anak di desa itu.

Para prajurit dengan lihai menyebarkan kegembiraan di wajah anak-anak desa dengan mengajaknya bermain bersama sembari menyulap pelepah pisang menjadi senjata mainan.

Prajurit TNI bermain bersama anak-anak desa dan membuatkan senjata mainan dari pelepah pisang. ANTARA/Dok. Kodim Aceh Tengah


Setiap harinya berbaur dengan masyarakat desa, ada saja kesan dan kenangan yang terukir indah dalam kebersamaan ini.

Para prajurit seolah menunjukkan jati dirinya bahwa mereka adalah anak kandung rakyat. Itu sesuai pesan Panglima Besar TNI Jenderal Sudirman yang kemudian melahirkan petuah bijak Bersama Rakyat TNI Kuat.

Atau lihat saja kalimat penuh makna dari sang Jenderal Besar yang mengatakan bahwa "Tak ada yang lebih kuat dari kelembutan, tak ada yang lebih lembut dari kekuatan yang tenang".

Hal ini pula yang tergambar dalam pelaksanaan TMMD Reguler ke-109 di Kampung Wih Ilang dan Kampung Pantan Musara di Kabupaten Aceh Tengah.

Para prajurit TNI menyatu padu dengan masyarakat di sana. Banyak kebersamaan penuh makna yang tercipta, mulai dari bekerja bersama membangun desa, hingga berbaur dengan warga untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman.
 
Prajurit TNI bermain bersama anak-anak desa dan membuatkan senjata mainan dari pelepah pisang. ANTARA/Dok. Kodim Aceh Tengah


Banyak hal positif lainnya yang juga dilakukan para penerus Jenderal Besar Sudirman ini di kedua desa. Mulai dari mengajar di sekolah, menjadi guru ngaji, instruktur senam, jadi teman bermain warga, hingga meramaikan masjid bersama warga, demi tunaikan kewajiban kepada Sang Pencipta.

"Saya bangga kepada bapak-bapak TNI ini yang tidak lupa dengan kewajibannya, mereka selalu sholat berjamaah bersama kami di masjid," kata Susanto, warga setempat.

"Mereka juga terus memberikan pemahaman kepada kami tentang pencegahan COVID-19. Selalu mengingatkan kami untuk mematuhi protokol kesehatan," ujarnya.

Dandim 0106 Aceh Tengah Letkol Inf Teddy Sofyan selaku Dansatgas TMMD ke-109 di kedua desa ini menyampaikan bahwa selama pelaksanaan TMMD, para prajurit memang tidak hanya melaksanakan kegiatan fisik berupa pembangunan jalan dan jembatan, tapi juga melaksanakan kegiatan non fisik berupa sosialisasi dan penyuluhan tentang berbagai hal kepada warga desa.

"Ada sosialisasi wawasan kebangsaan, sosialisasi tentang bahaya narkoba, bahaya terorisme dan faham radikal, serta penyuluhan kesehatan, penyuluhan hukum, dan pertanian," sebut Letkol Teddy Sofyan.
Penyuluhan kesehatan kepada warga di lokasi TMMD ke-109. ANTARA/Dok. Kodim Aceh Tengah


Menurutnya apa yang diprogramkan dalam pelaksanaan TMMD di kedua desa ini merupakan permintaan dan keinginan dari masyarakat desa itu sendiri.

Karena itu Teddy berharap bakti TNI kali ini bisa memberikan banyak manfaat bagi warga di kedua desa, hingga mampu mendorong terwujudnya pertumbuhan ekonomi warga di sektor pertanian.

"Memang sudah ditungu-tunggu. Masyarakat inginnya dibuatkan jembatan penghubung antar kampung, sehingga mereka lebih mudah, tidak lagi melewati sungai, atau melewati jembatan yang rusak. Sehingga hasil bumi bisa dibawa," tutur Teddy.

"Ya kita harapkan ke depannya ekonomi masyarakat semakin baik, hasil bumi bisa dibawa tanpa kendala. Karena jalan yang kita bangun itu lebarnya 6 meter, walaupun yang dipengerasan itu selebar 4 meter, tapi sudah bisa dilalui truk," ujarnya.

Jalan desa kian mulus setelah dilakukan pelebaran dan pengerasan dalam kegiatan TMMD ke-109. ANTARA/Kurnia Muhadi



Itulah sekilas cerita dari kedua desa, Kampung Wih Ilang dan Kampung Pantan Musara. 

Kini tak ada lagi jalan berlumpur dan berlubang. Tak ada lagi jembatan menyeramkan. 

Hasil pertanian sudah dapat dibawa ke luar desa tanpa kendala. Jalan mulus kian mengantarkan kedua desa ke gerbang kemakmuran dan kejayaan di sektor pertanian. 

Segelas kopi Arabica Gayo pun kini jadi semakin nikmat rasanya menemani suasana pagi hari warga desa. 

Ada bahasa tak terhingga dalam kata dan ucapan warga, atas pengabdian dan bakti penuh para prajurit bangsa. 

Semua jadi senang. TNI datang, desa gemilang.

Pewarta: Kurnia Muhadi

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020