Kepala Dinas Pendidikan Aceh Rachmat Fitri menyatakan belum semua sekolah di provinsi itu mulai membuka kembali aktivitas belajar mengajar secara tatap muka, meskipun Aceh telah keluar dari status zona merah penyebaran COVID-19.

"Belajar tatap muka sudah ada, sesuai zona. Tapi belum secara normal seperti kemarin yang ramai-ramai, pakai seragam. Kita tetap mematuhi protokol kesehatan yang menjadi kewajiban dan ikhtiar kita bersama," kata Rachmat di Banda Aceh, Selasa.

Baca juga: 870 warga tak pakai masker terjaring razia prokes di Aceh Timur

Dia menjelaskan, sekolah yang mulai tatap muka tersebut tentu lebih dulu mendapatkan rekomendasi dari tim gugus tugas COVID-19 kabupaten/kota, baik untuk sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA).

Lanjut dia, pihaknya juga memberi kewenangan kepada kepala sekolah dan kepala cabang di kabupaten/kota untuk menghentikan atau melanjutkan kembali aktivitas belajar secara tatap muka apabila terdapat kasus COVID-19.

Baca juga: Kepala Basarnas cek peralatan SAR Aceh

"Itu kita berikan kewenangan kepada satuan pendidikan dan kepala cabang, untuk terus berkoodinasi dengan Satgas COVID-19 kabupaten/kota, kan mereka yang lebih tahu kondisi di daerah, kita disini hanya memantau," katanya.

Menurut Rachmat, sistem pembelajaran di tengah COVID-19 masih merujuk kepada keputusan bersama empat menteri yakni Menteri Agama (Menag), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Menteri Dalam Negeri (Mendagri) dan Menteri Kesehatan (Menkes).

Baca juga: 30 Mayam perhiasan emas digasak perampok disiang bolong di Meulaboh, begini kronologisnya

"Memang rujukan-rujukan itu ada zona-zona, mulai zona hijau dan seterusnya gitu. Tetapi yang paling penting bagaimana proses pembelajaran tetap berlangsung dalam kondisi apapun gitu," katanya.

Ia menyebutkan meskipun sudah ada sekolah yang mulai belajar tatap muka, namun pihaknya tidak hanya menerapkan pola pembelajaran tatap muka. Hal itu mengingat hasil survei partisipasi anak yang mereka dapati paling tinggi 60 persen m, sehingga membutuhkan pola-pola pembelajaran lainnya.

"Misalnya pola pendampingan, pola mempertemukan anak dengan guru mata pelajarannya, pola kunjungan ke titik kumpul yang kita sepakati bersama siswa-siswi di desa, tidak lagi di rumah, ada delapan atau 10 anak nanti kita sepakati dimana titik kumpulnya, karena itu paling efektif untuk proses," katanya.

Yang namanya belajar jangan dilihat dari buka atau tidaknya sekolah. Misalnya sekolah bukan di zona hijau di dalam sekolah tetap proses pembelajaran berlangsung, jadi pola itu kita banyakan di sekolah. Konon lagi (kasus COVID-19) kita sudah mulai melandai," katanya.

Data Dinas Kesehatan Aceh hingga Senin (16/11) kemarin, secara akumulatif kasus COVID-19 di Aceh telah mencapai 7.932 orang, diantaranya 1.321 orang masih dalam perawatan atau isolasi mandiri, 6.313 orang telah sembuh dan 298 orang meninggal dunia.

Pewarta: Khalis Surry

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020