Persoalan konflik mamalia berbadan besar (gajah) dengan manusia seakan tidak pernah berhenti, kasus ini tidak pernah surut bahkan setiap tahunnya ada tidak terkecuali tahun 2020 ini.

Tidak ada yang bisa kita salahkan dalam konflik ini, petani butuh hidup untuk ekonomi keluarga, sementara gajah juga butuh hidup untuk mempertahankan keturunannya, sehingga semua hanya perlu menjaga sesama makhluk hidup.

Seperti yang disampaikan oleh Kepala BKSDA Agus Arianto konflik gajah dengan manusia merupakan tanggung jawab kita bersama termasuk pemerintah daerah, karena tida ada yang bisa disalahkan di dalam persoalan tersebut dan juga tidak ada solusi tunggal.

“Kasus konflik tersebut tidak ada solusi tunggal namun yang diperlukan adalah strategi-strategi dalam penanganannya,” kata Kepala BKSDA Agus Arianto, Jum,at.

Sejumlah penanganan yang dirancang bersama pemerintah kata Agus sudah dilakukan pihaknya, salah satunya penempatan CRU-CRU di sejumlah tempat yang memang lokasi-lokasi tersebut tingkat intensitas konfliknya tinggi.

“Ada tujuh  CRU yang kita tempatkan di Provinsi Aceh salah satunya di Sampoiniet Kabupaten Aceh Jaya,tujuan dilakukan untuk penanganan konflik di Aceh Jaya dan sekitarnya,” kata Agus Arianto.

Agus menuturkan penganan ini dengan membuat strategi-strategi khusus juga terus dilakukan pihaknya termasuk pemasangan GPS Collar pada gajah untuk mendeteksi lebih dini pergerakan kelompok gajah tersebut, sehingga bisa melihat pergerakan gajah dan lebih cepat dalam penanganan.

 “Dengan GPS Collar ada informasi dini pergerakan gajah tersebut,sehingga kita bisa lebih mudah dalam penanganannya,” kata Agus.

Ia menambahkan pihaknya juga berencana melakukan penguatan kawasan habitat alami dikawasan Kabupaten Aceh Jaya, ada juga kawasan KPH dengan memperkuat agar gajah tetap stay di dalam kawasan tersebut itu semua bekerjasama dengan pihak CRU Aceh dan KPH 1.

Agus juga menuturkan kalau peran pemerintah dalam penanganan ini juga sangat besar sehingga konflik antara manusia dan gajah bisa teratasi dengan saling menjaga untuk hidup. Penyesuaian jenis tanaman yang di budidayakan oleh para petani menjadi salah satu factor yang besar untuk mengundang para gajah.

“Seperti sawit, pinang dan sejenis yang disukai oleh gajah menjadi daya tarik dari pada gajah tersebut, sehingga harus adanya penyesuaian budidaya dari pada para petani dengan tidak menanam di lintasan yang dilalui oleh para gajah tersebut,” kata Agus.

Itu semua jelas agus akan mampu dilakukan dengan peran semua pihak, tidak hanya tugas dari pada BKSDA, namun itu semua lini punya peran penting seperti halnya penataan ruang dan pemilihan jenis tanaman itukan ditentukan oleh instansi terkait,oleh sebab itu pihaknya mencoba diskusikan dengan para pemerintah daerah termasuk dengan para NGO bagaimana cara penanganan jangka panjang. 

Dari data LKBN Antara sendiri sudah beberapa kali menayangkan berita konflik antara gajah dan manusia, sehingga sulit menyalahkan satu dengan yang lainnya, yang masih menjadi dilema adalah pemburuan gading dengan membunuh sejumlah gajah yang ada oleh para punya kepentingan pribadi semata. Mungkinkah ini dibiarkan begitu saja?atau manusia dan gajah akan berkonflik selamanya… 

Pewarta: Arif Hidayat

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020