Fauzul Husni tidak bisa melupakan pengalaman menjalani isolasi. COVID-19 membuat Fauzul dan istri harus terpisah dengan bayi mereka lebih 20 hari lamanya.

"Terpapar COVID-19 memang menyakitkan. Tapi, lebih sakit berpisah dengan anak. Anak saya baru berusia empat bulan. Karena itu, patuhi protokol kesehatan," kata Fauzul Husni, penyintas COVID-19, di Banda Aceh, Kamis.

Fauzul Husni (30), berprofesi sebagai wartawan. Ia dan istrinya, Siti Jihadun Nufus, 28 dinyatakan positif hasil tes usap, minggu kedua November 2020.

Pasangan muda ini menjalani isolasi mandiri di rumah mereka di kawasan Ajun, Kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar. Selama isolasi, Fauzul dan istri dipantau tim puskesmas setempat.

Fauzul mengaku tidak mengetahui dengan siapa dirinya kontal fisik, sehingga terpapar COVID-19. Infeksi virus corona berawal dari mengurus bayinya yang demam beberapa hari.

"Saat itu, saya kelelahan karena mengurusi anak saya demam. Saya sempat bawa dia rumah sakit. Setelah anak saya, istri saya pun demam dan sempat saya bawa ke dokter dan rumah sakit," kata Fauzul.

Dokter rumah sakit, kata Fauzul, menyarankan istrinya menjalani foto Rontgen di bagian paru. Hasilnya ada bintik putih, namun dokter rumah sakit tidak mau menyimpulkan apakah istri positif COVID-19 atau tidak.

Istrinya belum sembuh, Fauzul pun demam dan sakit kepala yang tidak pernah dirasakannya. Terkadang ia juga muntah, mengeluarkan apa yang dimakannya.

"Badan panas, perut mual, terkadang muntah, mengeluarkan isi perut. Kalau sakit kepala, sakitnya luar biasa, tidak pernah saya rasakan," kata Fauzul menuturkan

Kemudian, Fauzul dan istri mendatangi dokter. Dokter menyarankan Fauzul dan istrinya memeriksa apakah positif COVID-19 atau tidak dengan cara tes usap.

"Saya dan istri tes usap pada 11 November lalu. Hasil tes baru keluar keesokan harinya. Kami berdua dinyatakan positif. Sedang anak, sudah saya titipkan dengan mertua sebelumnya," kata Fauzul.

Sejak dinyatakan positif, mulai Fauzul dan istrinya menjalani hari-hari tersulit dalam hidup mereka. Mereka tidak hanya terpisah dengan anak dan keluarga, tetapi juga mereka tidak bisa berinteraksi dengan rekan-rekan.

Fauzul bersama istri menjalani isolasi mandiri. Tidak ada aktivitas lain selain berjemur, minum vitamin, dan menahan sakit. Aktivitasnya seperti itu mereka jalani lebih dari 20 hari.

"Sakit kena COVID-19 berbeda dengan sakit lainnya. Walau tampak sehat, tetapi badan lemas. Bergerak sedikit, capeknya luar biasa, badan berkeringat. Istri saya sempat kehilangan penciuman," kata Fauzul Husni.

Kini, Fauzul Husni dan istri sudah terbebas dari COVID-19. Pengalaman terpapar COVID-19 memberinya pelajaran penting menaati protokol kesehatan.

"Selama positif COVID-19, kami hanya diberikan vitamin. Artinya, tidak ada obat COVID-19. Obat COVID-19 adalah protokol kesehatan, selalu memakai masker, menjaga jarak, sering mencuci tangan, serta menghindari kerumunan," kata Fauzul Husni.

Oleh karena itu, Fauzul Husni mengingatkan bahwa COVID-19 itu benar-benar ada. Jangan sampai terpapar baru percaya COVID-19 itu ada. Jadi, patuhi protokol kesehatan seperti yang dianjurkan pemerintah.

"Yang paling penting terus jaga kesehatan, konsumsi makanan yang membuat imun kita meningkat. Hindari kelelahan berlebihan yang hanya akan membuat kekebalan tubuh melemah, sehingga mudah terpapar COVID-19," kata Fauzul Husni.

Pewarta: M.Haris Setiady Agus

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020