Wakil Ketua II DPRK Nagan Raya Provinsi Aceh Hajjah Puji Hartini mengunjungi makam pahlawan nasional asal Aceh Pocut Meurah Intan atau dikenal sapaan Mbah Tjut di Tegal Sari Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah.
Ziarah tersebut ia lakukan bersama sang suami Muhammad Isa dan beberapa warga dari Aceh.
"Ziarah ke makam pahlawan ini sekaligus untuk menanamkan jiwa nasionalisme dan kepahlawanan kepada generasi muda di Aceh," kata Puji Hartini dalam keterangan tertulis diterima ANTARA di Meulaboh, Jumat.
Menurutnya, ziarah yang ia lakukan tersebut juga bertujuan untuk mengenalkan kepada generasi musa di Aceh, bahwa di Blora Jawa Tengah juga terdapat makam pahlawan asal Aceh yakni Pocut Meurah Intan.
Puji Hartini menuturkan Pocut Meurah Intan merupakan seorang Srikandi pejuang dari Aceh yang diasingkan ke Blora dan meninggal dunia di daerah tersebut.
"Pocut Meurah Intan adalah pahlawan wanita yang menentang Belanda layaknya Cut Nyak Dhien maupun Cut Nyak Meutia," kata Puji Hartini menambahkan.
Melalui kegiatan ini, ia juga berharap masyarakat Aceh agar terus dapat menanamkan jiwa nasionalisme dan mencintai para pahlawan, untuk merawat dan mempertahankan kemerdeekaan seperti yang sudah dirasakan saat sekarang ini, tutupnya.
Seperti diketahui, Pocut Meurah Intan atau disapa 'Mbah Tjut' merupakan salah satu pahlawan asal Aceh yang dimakamkan di Tegalsari Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah.
Dalam sebuah riwayat menyebutkan bahwa dia lahir pada tahun 1833 di Bireuen, sebuah wilayah sagi XXII Mukim di bawah kekuasaan Kesultanan Aceh.
Pocut Meurah merupakan nama panggilan khusus bagi perempuan keturunan keluarga Sultan Aceh dan termasuk tokoh kesultanan Aceh yang paling antiterhadap Belanda.
Pocut Meurah Intan memilih bercerai dengan suaminya, Tuanku Abdul Majid yang menyerah kepada Belanda. Dengan menyerahnya suami, maka Pocut Meurah Intan melanjutkan perjuangan dengan mengajak anak-anaknya ikut berjuang melawan penjajah.
Tiga putra buah pernikahan dengan Tuanku Abdul Majid, yaitu Tuanku Muhammad Batee, Tuanku Budiman dan Tuanku Nurdin. Ketiga anaknya dengan gagah berani turut berjuang melakukan perlawanan terhadap Belanda.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021
Ziarah tersebut ia lakukan bersama sang suami Muhammad Isa dan beberapa warga dari Aceh.
"Ziarah ke makam pahlawan ini sekaligus untuk menanamkan jiwa nasionalisme dan kepahlawanan kepada generasi muda di Aceh," kata Puji Hartini dalam keterangan tertulis diterima ANTARA di Meulaboh, Jumat.
Menurutnya, ziarah yang ia lakukan tersebut juga bertujuan untuk mengenalkan kepada generasi musa di Aceh, bahwa di Blora Jawa Tengah juga terdapat makam pahlawan asal Aceh yakni Pocut Meurah Intan.
Puji Hartini menuturkan Pocut Meurah Intan merupakan seorang Srikandi pejuang dari Aceh yang diasingkan ke Blora dan meninggal dunia di daerah tersebut.
"Pocut Meurah Intan adalah pahlawan wanita yang menentang Belanda layaknya Cut Nyak Dhien maupun Cut Nyak Meutia," kata Puji Hartini menambahkan.
Melalui kegiatan ini, ia juga berharap masyarakat Aceh agar terus dapat menanamkan jiwa nasionalisme dan mencintai para pahlawan, untuk merawat dan mempertahankan kemerdeekaan seperti yang sudah dirasakan saat sekarang ini, tutupnya.
Seperti diketahui, Pocut Meurah Intan atau disapa 'Mbah Tjut' merupakan salah satu pahlawan asal Aceh yang dimakamkan di Tegalsari Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah.
Dalam sebuah riwayat menyebutkan bahwa dia lahir pada tahun 1833 di Bireuen, sebuah wilayah sagi XXII Mukim di bawah kekuasaan Kesultanan Aceh.
Pocut Meurah merupakan nama panggilan khusus bagi perempuan keturunan keluarga Sultan Aceh dan termasuk tokoh kesultanan Aceh yang paling antiterhadap Belanda.
Pocut Meurah Intan memilih bercerai dengan suaminya, Tuanku Abdul Majid yang menyerah kepada Belanda. Dengan menyerahnya suami, maka Pocut Meurah Intan melanjutkan perjuangan dengan mengajak anak-anaknya ikut berjuang melawan penjajah.
Tiga putra buah pernikahan dengan Tuanku Abdul Majid, yaitu Tuanku Muhammad Batee, Tuanku Budiman dan Tuanku Nurdin. Ketiga anaknya dengan gagah berani turut berjuang melakukan perlawanan terhadap Belanda.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021