Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Aceh menyatakan sebanyak 946 kali aktivitas gempa bumi di Aceh dengan berbagai magnitudo dan kedalaman sepanjang 2020, yang di antaranya 36 kali aktivitas tersebut dirasakan masyarakat.

“Paling banyak aktivitas gempa bumi itu ada dua, di klaster Kota Sabang, kemudian terbesar kedua baru di klaster Simeulue,” kata Kepala BMKG Stasiun Geofisika Aceh Besar Djati Cipto Kuncoro saat dihubungi dari Banda Aceh, Rabu.

Dia menjelaskan selama Januari terpantau 48 kali aktivitas gempa bumi, yang empat di antaranya dirasakan warga. Kemudian pada Februari 20 kali, Maret 41 kali dan sekali dirasakan,  April 72 dan tiga kali dirasakan, selanjutnya pada Mei 35 kali dan hanya sekali yang dirasakan.

Lanjut Djati, pada Juni tercatat 79 kali gempa bumi, diantaranya 10 kali dirasakan, Juli 70 kali dan empat kali dirasakan, Agustus 62 kali dan dua kali dirasakan, pada September 213 kali namun hanya sekali dirasakan, Oktober 148 kali dan empat dirasakan, November 78 kali yakni dua kali dirasakan serta pada Desember 80 kali dan yang dirasakan hanya empat kali.

Ratusan kali aktivitas gempa bumi itu dengan kedalaman paling banyak dibawah 60 kilometer, dan kekuatan magnitudo 1 hingga 6, yang di antaranya gempa bumi mikro, gempa bumi kecil, gempa bumi sendang, hingga gempa bumi merusak, kata Djati.

“Ada 19 kali aktivitas gempa bumi merusak dengan magnutido 5-6. Gempa bumi merusak ini yang dirasakan (guncangan) oleh masyarakat,” katanya lagi.

Djati menjelaskan selama 2020 aktivitas gempa bumi paling banyak terdeteksi di wilayah klaster Kota Sabang dan Simeulue, yang memang menunjukkan peningkatan, sehingga warga dan pemerintah diminta untuk terus siaga dan meningkatkan kewaspadaan.

Selain itu, lanjut dia, peningkatan juga terlihat di kawasan Kabupaten Gayo Lues pada September dan Oktober, yang tercatat sekitar 200 kali aktivitas gempa bumi. Namun mayoritas aktivitas gempa bumi pada periode tersebut tidak dirasakan masyarakat.

“Ini kedepan akan menjadi perhatian, dalam artian misalkan ada gempa besar di situ maka sudah ada historinya bahwa di tahun 2020, di bulan September dan Oktober ada peningkatan aktivitas gempa bumi yang kekutannya antara 1-5 magnitudo,” katanya.

Ia menambahkan Aceh merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki frekuensi tinggi dalam kejadian gempa bumi. Sumber keaktifan gempa bumi berdasarkan pertemuan dua lempeng tektonik yang terjadi secara kovergen, dimana lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia saling bertumbuhkan.

“Di daratan, aktivitas tektonik di Aceh disebabkan aktivitas zona patahan Sumatera, setidaknya terdapat empat segmen patahan di Aceh, di antaranya segmen patahan Aceh, segmen patahan Seulimum, segmen patahan Tripa, patahan Panteraja, patahan Samalanga, patahan Lhoksuemawe, patahan Nisam, patahan Lokop dan segmen patahan Batee,” ujarnya.

Pewarta: Khalis Surry

Editor : Azhari


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021