Berawal dari hobi dan kecintaannya terhadap kopi, pemuda ini sukses merintis dan mengembangkan usaha minuman mengandung kafeina itu. Portugis Coffee namanya, kopi bubuk kemasan dirintis pemuda Lamno, Aceh Jaya.
Kata Portugis mungkin langsung terlintas di benak kalau pemiliknya orang berambut pirang. Tapi ternyata bukan, namun ada maksud dan makna di balik nama Portugis Coffee.
Portugis Coffee dirintis Muhammad Haris, pria kelahiran Ujong Muloh, 3 Januari 1994. Lelaki 27 tahun ini mulai tertarik dalam dunia kopi masa kuliah.
Sarjana lulusan Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh ini, kini sudah mulai memproduksi kopi robusta. Pemasaran kopinya sudah merambah keluar Aceh.
“Saya merintis usaha ini karena di Lamno punya kopi sendiri. Kopinya beda dengan jenis kopi gayo. Jenis kopi di Lamno adalah robusta. Dari situ saya berpikir apa salahnya mengembangkan kopi robusta,” kata Muhammad Haris yang dihubungi dari Calang, Sabtu.
Soal nama Portugis Coffee, anak pasangan almarhum M Amin Agani (Nyak Min) dan Zuraidah tersebut mengatakan nama tersebut terinspirasi dengan sejarah bangsa Portugis di Tanah Aceh.
"Kalau jika kita sebut Portugis, orang Aceh sudah tahu bahwasanya tertuju ke Lamno, Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya. Dulu, di Lamno terkenal dengan orang Portugis," kata Muhammad Haris.
Muhammad Haris menambahkan jika mencari kata Portugis di internet, berarti sebutan untuk penduduk negara Portugal atau orang-orang di Benua Eropa.
"Nama Portugis Coffee ini bisa memperkuat brand bahwasanya kopi ini dulu yang diminati oleh orang-orang Portugis, sehingga menjadi daya tarik para penikmat kopi," ujar Muhammad Haris.
Muhammad Haris merintis usaha Portugis Coffee sejak 2019. Saat itu, belum ada usaha kopi kemasan, baik bubuk maupun siap minum yang diproduksi di Kabupaten Aceh Jaya.
Di tahun pertamanya, kopi bubuk kemasan Portugis Coffee dipasarkan di seputaran Kabupaten Aceh Jaya. Perlahan, Portugis Coffee mampu menembus pasar ke luar kabupaten pemekaran Aceh Barat tersebut.
Namun, usaha kopi anak muda Lamno ini sempat terimbas pandemi COVID-19, sehingga pemasarannya anjlok. Namun, itu tidak membuat Muhammad Haris patah semangat.
"Saya terus berusaha hingga mampu bertahan meski pun di tengah pandemi COVID-19. Kini, perlahan usaha olahan kopi tersebut mulai bangkit," kata Muhammad Haris.
Muhammad Hasil mendapatkan bahan baku biji kopi robusta dari petani di Lamno, Kecamatan Jaya, Aceh Jaya. Biji kopi yang diolahnya merupakan pilihan.
Kemudian, biji tersebut disangrai atau istilah asingnya roasting secara mandiri. Dari hasil sangrai tersebut, Muhammad Haris memproduksi berbagai model produk kopi olahan.
Dalam berbisnis dengan petani, Muhammad Haris menerapkan konsep sociopreneur yakni wira usaha sosial. Dengan sistem tersebut, usaha yang dikembangkannya ikut berdampak kepada petani.
"Saya juga membagi ilmu kepada petani seperti cara memetik buah kopi yang baik termasuk perawatannya, sehingga kualitas buah tetap terjaga. Konsep ini sama-sama menguntungkan," kata sarjana teknologi hasil pertanian itu.
Kini, Portugis Coffee mampu menembus pasar Pulau Jawa, Kalimantan, dan bahkan Ambon di Provinsi Maluku. Produk Portugis Coffee di antaranya kopi bubuk beragam ukuran, kopi robusta siap minum, kopi gula aren, dan kopi sanger.
"Kami terus berupaya mengembangkan kopi robusta ini agar tidak kalah dengan kopi gayo," kata pemilik usaha beralamat Desa Pante Ketapang, Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021
Kata Portugis mungkin langsung terlintas di benak kalau pemiliknya orang berambut pirang. Tapi ternyata bukan, namun ada maksud dan makna di balik nama Portugis Coffee.
Portugis Coffee dirintis Muhammad Haris, pria kelahiran Ujong Muloh, 3 Januari 1994. Lelaki 27 tahun ini mulai tertarik dalam dunia kopi masa kuliah.
Sarjana lulusan Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh ini, kini sudah mulai memproduksi kopi robusta. Pemasaran kopinya sudah merambah keluar Aceh.
“Saya merintis usaha ini karena di Lamno punya kopi sendiri. Kopinya beda dengan jenis kopi gayo. Jenis kopi di Lamno adalah robusta. Dari situ saya berpikir apa salahnya mengembangkan kopi robusta,” kata Muhammad Haris yang dihubungi dari Calang, Sabtu.
Soal nama Portugis Coffee, anak pasangan almarhum M Amin Agani (Nyak Min) dan Zuraidah tersebut mengatakan nama tersebut terinspirasi dengan sejarah bangsa Portugis di Tanah Aceh.
"Kalau jika kita sebut Portugis, orang Aceh sudah tahu bahwasanya tertuju ke Lamno, Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya. Dulu, di Lamno terkenal dengan orang Portugis," kata Muhammad Haris.
Muhammad Haris menambahkan jika mencari kata Portugis di internet, berarti sebutan untuk penduduk negara Portugal atau orang-orang di Benua Eropa.
"Nama Portugis Coffee ini bisa memperkuat brand bahwasanya kopi ini dulu yang diminati oleh orang-orang Portugis, sehingga menjadi daya tarik para penikmat kopi," ujar Muhammad Haris.
Muhammad Haris merintis usaha Portugis Coffee sejak 2019. Saat itu, belum ada usaha kopi kemasan, baik bubuk maupun siap minum yang diproduksi di Kabupaten Aceh Jaya.
Di tahun pertamanya, kopi bubuk kemasan Portugis Coffee dipasarkan di seputaran Kabupaten Aceh Jaya. Perlahan, Portugis Coffee mampu menembus pasar ke luar kabupaten pemekaran Aceh Barat tersebut.
Namun, usaha kopi anak muda Lamno ini sempat terimbas pandemi COVID-19, sehingga pemasarannya anjlok. Namun, itu tidak membuat Muhammad Haris patah semangat.
"Saya terus berusaha hingga mampu bertahan meski pun di tengah pandemi COVID-19. Kini, perlahan usaha olahan kopi tersebut mulai bangkit," kata Muhammad Haris.
Muhammad Hasil mendapatkan bahan baku biji kopi robusta dari petani di Lamno, Kecamatan Jaya, Aceh Jaya. Biji kopi yang diolahnya merupakan pilihan.
Kemudian, biji tersebut disangrai atau istilah asingnya roasting secara mandiri. Dari hasil sangrai tersebut, Muhammad Haris memproduksi berbagai model produk kopi olahan.
Dalam berbisnis dengan petani, Muhammad Haris menerapkan konsep sociopreneur yakni wira usaha sosial. Dengan sistem tersebut, usaha yang dikembangkannya ikut berdampak kepada petani.
"Saya juga membagi ilmu kepada petani seperti cara memetik buah kopi yang baik termasuk perawatannya, sehingga kualitas buah tetap terjaga. Konsep ini sama-sama menguntungkan," kata sarjana teknologi hasil pertanian itu.
Kini, Portugis Coffee mampu menembus pasar Pulau Jawa, Kalimantan, dan bahkan Ambon di Provinsi Maluku. Produk Portugis Coffee di antaranya kopi bubuk beragam ukuran, kopi robusta siap minum, kopi gula aren, dan kopi sanger.
"Kami terus berupaya mengembangkan kopi robusta ini agar tidak kalah dengan kopi gayo," kata pemilik usaha beralamat Desa Pante Ketapang, Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021