Bupati Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) Akmal Ibrahim memberikan beberapa wejangan kepada petani setempat dalam upaya meningkatkan hasil panen gabah mereka serta bisa terjual dengan harga yang mahal.

Tips tersebut disampaikan Akmal di sela-sela acara peresmian pengelolaan kilang padi modern atau rice milling unit (RMU) milik Pemkab di Desa Suak Labu, Kecamatan Tangan-Tangan, Abdya, Kamis.

Menurut Akmal pasca panen padi masa tanam gadu 2021, harga gabah milik petani terjual dengan harga rendah, sehingga hal itu selalu menjadi masalah di tengah-tengah masyarakat petani dari setiap tahun.

Pada puncak panen gadu 2021, harga gabah petani Abdya ditampung pedagang berkisar Rp4.200 per kilogram, atau mengalami penurunan senilai Rp800 per kilogram jika dibandingkan harga pada pekan lalu mencapai Rp5.000 per kilogram

Menurut orang nomor satu di Abdya itu, ada beberapa cara harus diterapkan petani agar gabah hasil panen mereka bisa bisa terjual dengan harga mahal meskipun tengah panen raya padi.

“Pemerintah tidak dibolehkan membeli gabah milik petani. Karena, secara peraturan yang boleh membeli gabah petani itu adalah Bulog dengan harga yang telah ditentukan sesuai HPP," katanya.

Akmal merasa prihatin terhadap harga nilai jual gabah yang terus menurun, sehingga pernah berniat ingin menggunakan setengah anggaran APBK untuk membeli gabah petani.

“Jika saya diberi kewewenang untuk menaikkan harga gabah, tentu saya akan duduk dengan anggota DPRK dan saya akan beli gabah petani dengan APBK, namun sayang hal itu tidak bisa saya laksankan karena berbenturan dengan peraturan negara,” katanya.

Meskipun demikian, kata Akmal, dirinya memiliki beberapa cara agar harga gabah petani bisa terjual dengan nilai yang lebih tinggi saat musim panen, yakni para petani harus menanam benih unggul yang kualitasnya baik.

“Kalau kualitas benihnya baik, rasa berasnya tentu enak, sehingga gabah yang dijual harganya juga tinggi.  Tetapi saat ini yang terjadi di petani kita, kualitas benih rendah, rasanya tidak enak, lalu kita berharap agar hasil gabah bisa terjual mahal, tentu tidak mungkin,” ujarnya.

Kemudian, lanjut dia, supaya harga gabah hasil panen bisa terjual dengan harga mahal, masyarakat petani di desa-desa juga harus menerapkan pola tanam tiga kali panen dalam setahun.

Ia mencontohkan seperti di negara Vitnam dan Thailand, yang pola tanam padi diterapkan mencapai 3-4 kali per tahun, sehingga setiap measuki musim panen padi gabah diekspor ke Indonesia.

“Coba jika kita mampu menerapkan pola tanam tiga kali setahun, tentu hasil panenya menjadi lebih banyak meskipun harga gabah di pasaran murah,” ujarnya.

Saat peresmian kilang padi tersebut, turut hadir Wakil Bupati Abdya Muslizar MT, bersama Forkopimkab, para Kepala Satuan Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK), serta perangkat kecamatan dan perangkat desa setempat.

Pewarta: Suprian

Editor : Khalis Surry


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021