Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Aceh Sabri Basyah menyatakan mutu tandan buah segar (TBS) kelapa sawit sangat mempengaruhi tingkat nilai pemotongan sortasi (sampah sawit).
"Pemotongan sortasi sawit itu tidak dipengaruhi oleh jarak transportasi (angkut). Tetapi itu lebih kepada masalah mutu TBS nya," kata Sabri Basyah, di Banda Aceh, Rabu.
Baca juga: Program peremajaan sawit di Aceh jangan gunakan bibit asal-asalan
Sebelumnya, Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Aceh menyatakan tingkat pemotongan sortasi TBS sawit di beberapa daerah di Aceh sempat meningkat hingga 6 sampai 10 persen dari satu ton TBS, yakni di Kabupaten Aceh Jaya dan Nagan Raya .
Pemotongan sortasi itu dinilai tidak wajar, karena berbeda jauh dari ketentuan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pedoman Penetapan Harga Pembelian Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Produksi Pekebun, di mana hanya satu sampai tiga persen.
Baca juga: Apkasindo: Harga TBS di Aceh paling rendah di Sumatera
Sabri menyampaikan, bahwa mengenai pemotongan sortasi itu juga ada kesepakatan antara petani atau pengumpul dengan pihak pabrik setelah melihat sawitnya.
"Kalau itu menyangkut mutu, kadang banyak sampahnya, dan ada pabrik yang mungkin menetapkan langsung jumlah pemotongan persennya," ujarnya.
Sabri menyampaikan, pihak pabrik juga melihat janjang dari TBS itu, kalau janjangnya panjang maka dalam proses akan terus menghisap minyak, besar kemungkinan hal itu menjadi penyebab tingkat pemotongan sedikit tinggi.
Baca juga: GAPKI: Pergub harga TBS sawit diperlukan sebagai referensi petani
"Petani kadang-kadang panennya itu tidak begitu baik, janjangnya panjang, kemudian buahnya tidak bersih," kata Sabri.
Sabri menambahkan, untuk pemotongan sortasi normal itu bisanya hanya berkisar antara 2,5 persen sampai 3 persen per satu ton. Namun, itu kembali lagi pada tingkat mutu dari TBS tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021
"Pemotongan sortasi sawit itu tidak dipengaruhi oleh jarak transportasi (angkut). Tetapi itu lebih kepada masalah mutu TBS nya," kata Sabri Basyah, di Banda Aceh, Rabu.
Baca juga: Program peremajaan sawit di Aceh jangan gunakan bibit asal-asalan
Sebelumnya, Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Aceh menyatakan tingkat pemotongan sortasi TBS sawit di beberapa daerah di Aceh sempat meningkat hingga 6 sampai 10 persen dari satu ton TBS, yakni di Kabupaten Aceh Jaya dan Nagan Raya .
Pemotongan sortasi itu dinilai tidak wajar, karena berbeda jauh dari ketentuan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pedoman Penetapan Harga Pembelian Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Produksi Pekebun, di mana hanya satu sampai tiga persen.
Baca juga: Apkasindo: Harga TBS di Aceh paling rendah di Sumatera
Sabri menyampaikan, bahwa mengenai pemotongan sortasi itu juga ada kesepakatan antara petani atau pengumpul dengan pihak pabrik setelah melihat sawitnya.
"Kalau itu menyangkut mutu, kadang banyak sampahnya, dan ada pabrik yang mungkin menetapkan langsung jumlah pemotongan persennya," ujarnya.
Sabri menyampaikan, pihak pabrik juga melihat janjang dari TBS itu, kalau janjangnya panjang maka dalam proses akan terus menghisap minyak, besar kemungkinan hal itu menjadi penyebab tingkat pemotongan sedikit tinggi.
Baca juga: GAPKI: Pergub harga TBS sawit diperlukan sebagai referensi petani
"Petani kadang-kadang panennya itu tidak begitu baik, janjangnya panjang, kemudian buahnya tidak bersih," kata Sabri.
Sabri menambahkan, untuk pemotongan sortasi normal itu bisanya hanya berkisar antara 2,5 persen sampai 3 persen per satu ton. Namun, itu kembali lagi pada tingkat mutu dari TBS tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021