Kalangan pengemudi ojek daring atau online di Lhokseumawe, Aceh, mengaku pendapatan mereka menurun 30 hingga 40 persen sebagai dampak pandemi COVID-19.
Ahmad Fauzi (33), pengemudi ojek online di Lhokseumawe, Kamis, mengatakan penurunan tersebut juga dipengaruhi adanya penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
"Sebelum pandemi COVID-19, saya bisa mengantongi pendapatan rata-rata Rp100 ribu per hari. Namun, sejak pandemi dan penerapan PPKM, paling banyak dapat hanya Rp70 ribu per hari," kata Ahmad Fauzi.
Ahmad Fauzi mengatakan dirinya bergabung dengan komunitas ojek online di Lhokseumawe sejak tiga tahun lalu. Dirinya mengandalkan layanan antar jemput barang.
"Kami tidak mengambil penumpang, hanya layanan barang saja. Biasanya, kalau malam masih banyak pelanggan, tapi sekarang kegiatan malam sudah dibatasi, sehingga memengaruhi pendapatan kami," kata Ahmad Fauzi.
Ahmad Fauzi menceritakan dibandingkan sebelum pandemi COVID-19, pelanggan harian terbilang cukup ramai. Kondisi ini berbanding terbalik dengan kondisi saat ini.
"Pendapatan harian sangat jauh menurun, tapi mau bagaimana pun harus tetap dijalani dan berharap pandemi ini segera berakhir, agar ekonomi masyarakat kembali normal," kata Ahmad Fauzi.
Senada juga dikemukakan Safaruddin, pengemudi ojek daring lainnya. Safaruddin mengaku pendapatannya menurun sejak pandemi COVID-19 dunia, termasuk Lhokseumawe.
"Sebelum pandemi, pendapatan dalam sehari bisa mencapai Rp150 ribu. Namun sekarang paling tinggi hanya Rp100. Bahkan sering juga Rp50 per harinya," kata Safaruddin.
Menurut Safaruddin, dirinya sering mendapatkan pesanan pelanggan pada malam hari. Namun, sejak penerapan PPKM, pesanan pelanggan jauh menurun.
"Sekarang, kami hanya mengandalkan pesanan di siang hari. Kalau malam hari, banyak kedai tutup lebih cepat dari biasanya karena adanya PPKM," kata Safaruddin.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021
Ahmad Fauzi (33), pengemudi ojek online di Lhokseumawe, Kamis, mengatakan penurunan tersebut juga dipengaruhi adanya penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
"Sebelum pandemi COVID-19, saya bisa mengantongi pendapatan rata-rata Rp100 ribu per hari. Namun, sejak pandemi dan penerapan PPKM, paling banyak dapat hanya Rp70 ribu per hari," kata Ahmad Fauzi.
Ahmad Fauzi mengatakan dirinya bergabung dengan komunitas ojek online di Lhokseumawe sejak tiga tahun lalu. Dirinya mengandalkan layanan antar jemput barang.
"Kami tidak mengambil penumpang, hanya layanan barang saja. Biasanya, kalau malam masih banyak pelanggan, tapi sekarang kegiatan malam sudah dibatasi, sehingga memengaruhi pendapatan kami," kata Ahmad Fauzi.
Ahmad Fauzi menceritakan dibandingkan sebelum pandemi COVID-19, pelanggan harian terbilang cukup ramai. Kondisi ini berbanding terbalik dengan kondisi saat ini.
"Pendapatan harian sangat jauh menurun, tapi mau bagaimana pun harus tetap dijalani dan berharap pandemi ini segera berakhir, agar ekonomi masyarakat kembali normal," kata Ahmad Fauzi.
Senada juga dikemukakan Safaruddin, pengemudi ojek daring lainnya. Safaruddin mengaku pendapatannya menurun sejak pandemi COVID-19 dunia, termasuk Lhokseumawe.
"Sebelum pandemi, pendapatan dalam sehari bisa mencapai Rp150 ribu. Namun sekarang paling tinggi hanya Rp100. Bahkan sering juga Rp50 per harinya," kata Safaruddin.
Menurut Safaruddin, dirinya sering mendapatkan pesanan pelanggan pada malam hari. Namun, sejak penerapan PPKM, pesanan pelanggan jauh menurun.
"Sekarang, kami hanya mengandalkan pesanan di siang hari. Kalau malam hari, banyak kedai tutup lebih cepat dari biasanya karena adanya PPKM," kata Safaruddin.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021