Lifter senior Indonesia Eko Yuli Irawan mengatakan ingin membangun sasana angkat besi agar dapat mencetak bibit-bibit andal ketika dia pensiun nanti.
Namun impian itu hingga kini belum bisa terealisasi karena terkendala biaya. Menurut Eko, seandainya ia bisa merebut medali emas di Olimpiade Tokyo maka mimpinya itu kemungkinan dapat terwujud.
“Saya sudah menghitung jika besaran bonus medali emas Rp5 miliar sama dengan yang diberikan pemerintah saat Olimpiade 2016 Rio de Janeiro artinya cukup buat membeli lahan untuk dijadikan tempat latihan buat mencetak atlet angkat besi. Yah, sekarang masih mikir-mikir,” ungkap Eko Yuli dalam siaran pers Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Sabtu.
Namun pria berusia 32 tahun itu harus puas dengan perolehan medali perak di Olimpiade Tokyo. Apabila berkaca pada bonus yang diterima di Rio 2016, Eko bakal diguyur bonus Rp2 miliar dari pemerintah pusat.
Namun jumlah bonus tersebut, lanjut Eko, belum cukup untuk membangun sasana, terlebih harga tanah di Bekasi, kawasan tempat tinggalnya, sudah terbilang mahal.
“Saya akan coba rembukan dulu dengan keluarga karena keluarga juga sudah mengetahui rencana saya ingin punya tempat latihan. Terus terang, saya sih ingin mencetak atlet angkat besi yang berprestasi dari tempat latihan sendiri. Isitilahnya saya juga ingin ada regenerasi dari hasil karya sendiri,” ujarnya.
Setelah meraih perunggu di Olimpiade 2008 dan London, serta perak di Rio 2016 dan Tokyo 2020, pria kelahiran Lampung itu mengaku masih penasaran dengan emas Olimpiade. Ia mengatakan masih ingin bersaing di Olimpiade Paris meski itu diakuinya akan cukup sulit.
“Sekarang belum (mau pensiun) karena cita-cita medali emas belum tercapai. Tapi, kita lihat progres ke depannya. Mungkin jika mempertahankan medali (perak) masih sanggup, tetapi merebut medali emas kita lihat dulu persiapannya seperti apa. Semoga masih bisa bersaing di Olimpiade Paris,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021