Lima tahun silam di Jawa Barat, Fuad Ramadhan menorehkan prestasi terbaik dengan meraih medali emas cabang olahraga atletik nomor lari 400 meter Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016.
Kini, ia kembali lagi ke ajang yang sama, namun berbeda tempat yakni PON XX di Provinsi Papua. Tekadnya di ajang tersebut adalah kembali mempersembahkan medali emas untuk kontingen Aceh.
"Saya bertekad bisa mempertahankan medali emas nomor lari 400 meter di PON Papua," kata Fuad Ramadhan saat ditemui usai latihan di Stadion Harapan Bangsa Banda Aceh, Jumat.
Atlet 25 tahun asal Kabupaten Aceh Timur ini tidak menyangka bisa menjadi pelari dengan torehan prestasi mentereng di tingkat nasional. Apalagi di PON, yang diikuti semua atlet terbaik di seluruh Indonesia.
Fuad Ramadhan mengaku menjadi atlet lari bukan keinginannya waktu kecil. Saat kecil, Fuad Ramadhan lebih suka bermain bola kaki. Namun, dari bola kaki itulah kini dirinya menjadi atlet lari dengan segudang prestasi.
"Waktu SMP saya lebih memilih main bola kaki dengan posisi di sayap. Saya ditempatkan di sayap karena pelatih menilai lari saya kencang," kata Fuad Ramadhan.
Ketika ada pekan olahraga di Kabupaten Aceh Timur pada 2010, Fuad Ramadhan terpilih memperkuat kesebelasan sekolahnya. Namun, tim bola kaki sekolahnya kalah di babak delapan besar.
Setelah gagal di bola kaki, ada guru olahraga memintanya ikut lomba lari pekan olahraga raga tersebut karena larinya dinilai kencang. Fuad Ramadhan pun menerima.
"Guru olahraga meminta saya ikut cabang olahraga atletik karena lari saya katanya kencang. Saat itu saya tidak tahu apa itu atletik. Tapi, dijelaskan lomba lari, saya menerima. Jarak lomba larinya 60 meter. Saya tampil sebagai juara satu," kata Fuad Ramadhan.
Atas prestasi itu, Fuad Ramadhan dibawa ke Banda Aceh mengikuti pekan olahraga tingkat Provinsi Aceh. Namun, ia sempat didiskualifikasi karena dinilai mencuri umur.
Kejadian tersebut sempat membuat Fuad Ramadhan kecewa, sehingga tahun berikutnya saat di kelas satu SMA berpikir dua kali untuk ikut kegiatan serupa di tingkat Kabupaten Aceh Timur.
"Saya sempat berpikir malas ikut pekan olahraga itu lagi karena tahun sebelumnya didiskualifikasi. Namun, setelah ada jaminan pengurus atletik Aceh Timur, akhirnya saya ikut juga," katanya.
Fuad Ramadhan pun ikut pekan olahraga tersebut dan tampil sebagai juara tingkat Kabupaten Aceh Timur. Selanjutnya di tingkat provinsi, ia juga tampil sebagai juara pertama. Serta menjadi juara kedua pekan olahraga yang sama di tingkat nasional.
Setelah tampil sebagai juara dua di ajang O2SN di Palembang, Sumatera Selatan tersebut, Fuad Ramadhan merasa yakin kariernya di atletik nomor lari jarak pendek akan semakin panjang.
Fuad Ramadhan akhirnya bergabung di Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Aceh. Di tempat itu, Fuad Ramadhan mendapat pelatihan menjadi pelari.
Adapun prestasi yang diraih Fuad Ramadhan di antaranya medali emas kejuaraan nasional yunior, medali emas PON 2016 di Provinsi Jawa Barat untuk nomor lari 400 meter.
Sedangkan di tingkat daerah, Fuad Ramadhan mampu membawa pulang empat medali emas atletik Pekan Olahraga Aceh (PORA) 2018 di Jantho, Kabupaten Aceh Besar.
Kini, pegawai kontrak di Dinas Pemuda Olahraga (Dispora) Aceh itu menjadi andalan Tanah Rencong meraih medali emas PON Papua yang berlangsung 2 hingga 15 Oktober.
Saat ini, Fuad Ramadhan masih fokus mematangkan pelatihan yang dipandu Firman Fachruddin sebelum keberangkatan ke Provinsi Papua awal Oktober mendatang.
"Kami terus mematangkan persiapan Fuad Ramadhan. Selain Fuad Ramadhan, Aceh juga mengirimkan atlet lari nomor 100 meter atas nama Burhan Wardani," kata pelatih atletik Aceh, Firman Fachruddin.
Fase pelatihan Fuad Ramadhan saat ini sudah memasuki tahap kompetisi. Artinya, pelari berusia 25 tahun itu sudah siap berlomba di Provinsi Papua nanti.
Firman Fachruddin berharap Fuad Ramadhan menjalani kejuaraan tanpa beban dan pikiran lepas seperti yang dilakukan saat meraih medali emas PON XIX di Provinsi Jawa Barat.
"Yang penting bagaimana Fuad Ramadhan berlari lepas tanpa beban. Larilah senyaman mungkin," kata Firman Fachruddin yang juga melatih Fuad Ramadhan pada PON XIX di Provinsi Papua.
Pengurus Provinsi Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) Aceh mengharapkan Fuad Ramadhan menyumbangkan medali emas PON XX. Raihan medali emas tersebut sesuai dengan target yang dibebankan KONI Aceh.
"Target KONI Aceh ini sesuai dengan prestasi atlet. Waktu prestasi Fuad Ramadhan masih di posisi teratas. Kami berharap dia mampu menjaga performanya," kata Ketua Pengurus Provinsi PASI Aceh Bachtiar Hasan.
Bagi Bachtiar Hasan semua atlet lari nomor 400 meter merupakan pesaing utama Fuad Ramadhan di PON XX. Namun yang terberat adalah atlet dari Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Kendati catatan waktu Fuad Ramadhan masih tertinggi, namun faktor nonteknis seperti mental berlomba ikut mempengaruhi pencapaian prestasi.
"Kami berharap Fuad Ramadhan bisa menjaga mental berlomba di PON Papua, sehingga target yang diamanahkan bisa terpenuhi," kata Bachtiar Hasan.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021
Kini, ia kembali lagi ke ajang yang sama, namun berbeda tempat yakni PON XX di Provinsi Papua. Tekadnya di ajang tersebut adalah kembali mempersembahkan medali emas untuk kontingen Aceh.
"Saya bertekad bisa mempertahankan medali emas nomor lari 400 meter di PON Papua," kata Fuad Ramadhan saat ditemui usai latihan di Stadion Harapan Bangsa Banda Aceh, Jumat.
Atlet 25 tahun asal Kabupaten Aceh Timur ini tidak menyangka bisa menjadi pelari dengan torehan prestasi mentereng di tingkat nasional. Apalagi di PON, yang diikuti semua atlet terbaik di seluruh Indonesia.
Fuad Ramadhan mengaku menjadi atlet lari bukan keinginannya waktu kecil. Saat kecil, Fuad Ramadhan lebih suka bermain bola kaki. Namun, dari bola kaki itulah kini dirinya menjadi atlet lari dengan segudang prestasi.
"Waktu SMP saya lebih memilih main bola kaki dengan posisi di sayap. Saya ditempatkan di sayap karena pelatih menilai lari saya kencang," kata Fuad Ramadhan.
Ketika ada pekan olahraga di Kabupaten Aceh Timur pada 2010, Fuad Ramadhan terpilih memperkuat kesebelasan sekolahnya. Namun, tim bola kaki sekolahnya kalah di babak delapan besar.
Setelah gagal di bola kaki, ada guru olahraga memintanya ikut lomba lari pekan olahraga raga tersebut karena larinya dinilai kencang. Fuad Ramadhan pun menerima.
"Guru olahraga meminta saya ikut cabang olahraga atletik karena lari saya katanya kencang. Saat itu saya tidak tahu apa itu atletik. Tapi, dijelaskan lomba lari, saya menerima. Jarak lomba larinya 60 meter. Saya tampil sebagai juara satu," kata Fuad Ramadhan.
Atas prestasi itu, Fuad Ramadhan dibawa ke Banda Aceh mengikuti pekan olahraga tingkat Provinsi Aceh. Namun, ia sempat didiskualifikasi karena dinilai mencuri umur.
Kejadian tersebut sempat membuat Fuad Ramadhan kecewa, sehingga tahun berikutnya saat di kelas satu SMA berpikir dua kali untuk ikut kegiatan serupa di tingkat Kabupaten Aceh Timur.
"Saya sempat berpikir malas ikut pekan olahraga itu lagi karena tahun sebelumnya didiskualifikasi. Namun, setelah ada jaminan pengurus atletik Aceh Timur, akhirnya saya ikut juga," katanya.
Fuad Ramadhan pun ikut pekan olahraga tersebut dan tampil sebagai juara tingkat Kabupaten Aceh Timur. Selanjutnya di tingkat provinsi, ia juga tampil sebagai juara pertama. Serta menjadi juara kedua pekan olahraga yang sama di tingkat nasional.
Setelah tampil sebagai juara dua di ajang O2SN di Palembang, Sumatera Selatan tersebut, Fuad Ramadhan merasa yakin kariernya di atletik nomor lari jarak pendek akan semakin panjang.
Fuad Ramadhan akhirnya bergabung di Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Aceh. Di tempat itu, Fuad Ramadhan mendapat pelatihan menjadi pelari.
Adapun prestasi yang diraih Fuad Ramadhan di antaranya medali emas kejuaraan nasional yunior, medali emas PON 2016 di Provinsi Jawa Barat untuk nomor lari 400 meter.
Sedangkan di tingkat daerah, Fuad Ramadhan mampu membawa pulang empat medali emas atletik Pekan Olahraga Aceh (PORA) 2018 di Jantho, Kabupaten Aceh Besar.
Kini, pegawai kontrak di Dinas Pemuda Olahraga (Dispora) Aceh itu menjadi andalan Tanah Rencong meraih medali emas PON Papua yang berlangsung 2 hingga 15 Oktober.
Saat ini, Fuad Ramadhan masih fokus mematangkan pelatihan yang dipandu Firman Fachruddin sebelum keberangkatan ke Provinsi Papua awal Oktober mendatang.
"Kami terus mematangkan persiapan Fuad Ramadhan. Selain Fuad Ramadhan, Aceh juga mengirimkan atlet lari nomor 100 meter atas nama Burhan Wardani," kata pelatih atletik Aceh, Firman Fachruddin.
Fase pelatihan Fuad Ramadhan saat ini sudah memasuki tahap kompetisi. Artinya, pelari berusia 25 tahun itu sudah siap berlomba di Provinsi Papua nanti.
Firman Fachruddin berharap Fuad Ramadhan menjalani kejuaraan tanpa beban dan pikiran lepas seperti yang dilakukan saat meraih medali emas PON XIX di Provinsi Jawa Barat.
"Yang penting bagaimana Fuad Ramadhan berlari lepas tanpa beban. Larilah senyaman mungkin," kata Firman Fachruddin yang juga melatih Fuad Ramadhan pada PON XIX di Provinsi Papua.
Pengurus Provinsi Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) Aceh mengharapkan Fuad Ramadhan menyumbangkan medali emas PON XX. Raihan medali emas tersebut sesuai dengan target yang dibebankan KONI Aceh.
"Target KONI Aceh ini sesuai dengan prestasi atlet. Waktu prestasi Fuad Ramadhan masih di posisi teratas. Kami berharap dia mampu menjaga performanya," kata Ketua Pengurus Provinsi PASI Aceh Bachtiar Hasan.
Bagi Bachtiar Hasan semua atlet lari nomor 400 meter merupakan pesaing utama Fuad Ramadhan di PON XX. Namun yang terberat adalah atlet dari Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Kendati catatan waktu Fuad Ramadhan masih tertinggi, namun faktor nonteknis seperti mental berlomba ikut mempengaruhi pencapaian prestasi.
"Kami berharap Fuad Ramadhan bisa menjaga mental berlomba di PON Papua, sehingga target yang diamanahkan bisa terpenuhi," kata Bachtiar Hasan.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021