Blangpidie (ANTARA Aceh) - Ribuan hektare sawah di dua kecamatan di Kabupate  Aceh Barat Daya terancam gagal tanam padi pada tahun 2015, karena terkendala air, menyusul pembangunan jaringan saluran irigasinya belum memadai.
     
Supriadi, mantri Tani Kecamatan Kuala Batee di Blangpidie, Sabtu menyatakan, luas lahan sawah secara keseluruhan di Kecamatan Kuala Batee 2.000 hektare yang tersebar di 19 desa. Dari jumlah tersebut, 500 hektare sawah tadah hujan.
     
Selama ini, tambahnya, petani yang memiliki sawah tadah hujan, pada saat musim turun sawah hanya mengandalkan irigasi tradisional untuk mengairi sawahnya, tetapi kini irigasi pedesaan itu debit air yang mengalir sudah tidak maksimal lagi.
     
"Sekarang bila kita andalkan irigasi pedesaan untuk mengairi sawah tadah hujan, tidak mencukupi lagi untuk bajak sawah, karena debit air jauh berkurang," katanya.
     
Berkurannya debit air pada irigasi non teknis itu, sambung Supriadi diduga akibat faktor alam, karena air yang selama ini mengalir berasal dari pengunungan.
     
"Kalau menurut saya akibat faktor alam, makanya debit air cukup jauh berkurang," katanya.
     
Dia mengatakan, karena tidak memiliki irigasi yang memadai, maka petani di wilayah ini sampai sekarang belum turun mengolah sawahnya.
     
Padahal, sekarang sudah waktunya petani membajak sawah sebagaimana yang telah dijadwalkan oleh Pemkab Abdya.  "Petani belum bajak sawah karena terhambat air, itu kendala utama," tuturnya.
     
Ia mengharapkan, agar pihak terkait mau mambantu petani melakukan pembangunan penambahan jaringan saluran irigasi sayap kanan.
     
Apalagi, air Sungai Bendung Krueng Susoh itu kini sudah sampai ke Desa Cot Mane. "Sebenarnya tidak jauh lagi saluran itu sampai ke Kuala Batee, sekitar 13 kilometer lagi," katanya.
     
Dia mengakui, keluhan ini sudah pernah disampaikan kepada pemerintah daerah tahun 2008, namun sampai sekarang saluran itu pembangunannya belum juga sampai ke wilayah persawahan.
     
Padahal, jika air irigasi Bendung Krueng Susoh itu dapat diairi sampai ke Kuala Batee, semua lahan sawah yang ada di kawasan setempat dapat terairi semua.
     
Apalagi bendungan irigasi Kuta Tinggi itu memiliki debit air yang besar dan deras, katanya.
     
Oleh karena itu, dia mengharapkan, ke depan pemerintah dapat membantu petani membangun penambahan saluran irigasi sayap kanan itu, agar air bendungan irigasi Kuta Tinggi dapat mengalir ke lahan sawah masyarakat Kuala Batee.
     
Selain mudah mengajak petani bersawah, juga untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas pertanian dalam rangka pencapaian swasembada pangan di nusantara ini.
     
Meurah Idram anggota P3A di Desa Geulangang Gajah, Kecamatan Kuala Batee, mengakui, ada sekitar 40 hektare lahan sawah di desanya masih menggunakan sistem tadah hujan, karena belum memiliki jaringan irigasi teknis, para petani pun malas turun sawah untuk mengikuti program tanam serentak.
     
"Bagaimana kita tanam padi bulan Mei ini. Sementara air untuk membajak sawah saja tidak ada. Pemerintah seharusnya membangun saluran irigasi Krueng Susoh itu sampai ke sini. Baru bisa ditetapkan jadwalnya," ungkapnya.
     
Terbukti, hingga saat ini air bendung itu belum dapat dipasokkan ke sawah-sawah yang berada di sepanjang jalan Kecamatan Jumpa dan Kuala Batee.
     
Akibatnya, kata dia, ribuan hektare lahan sawah di kawasan setempat, terancam gagal tanam tahun 2015 ini, karena terkendala air.
     
Bendungan Sungai Krueng Susoh yang berada di Desa Kuta Tinggi, Kecamatan Blangpidie, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya).

Pewarta: Pewarta : Suprian

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2015