Pelaku industri kecil dan menengah (IKM) minyak rambut tradisional di Aceh Besar menyatakan tetap optimis di tengah persaingan minyak rambut modern produksi pabrikan.

"Kami tetap optimis usaha minyak rambut tradisional ini tetap bertahan di tengah maraknya minyak-minyak rambut modern," kata Cut Yeni Novita, pelaku UMKM minyak rambu tradisional, di Aceh Besar, Senin.

Minyak rambut tradisional yang diproduksi Cut Yeni Novita dengan merek Diamon Baru. Usaha tersebut merupakan turunan dari orang tuanya.

Minyak rambut tradisional yang dikenal minyak urang-aring tersebut mulai diproduksi sejak 1970-an. Namun, usaha tersebut sempat vakum saat orang tuanya (ayah) sakit-sakitan.

"Sebelum melanjutkan usaha minyak rambut ini, saya sedang menjalankan usaha kuliner, membuat kue basah. Almarhum ayah meminta saya melanjutkan usaha ini pada 2019," kata Cut Yeni Novita.

Selain permintaan almarhum ayahnya, minyak rambut tradisional tersebut mulai diproduksi kembali karena ada permintaan pasar. Sejumlah toko di Banda Aceh sempat bertanya-tanya kapan minyak rambut diproduksi kembali.

"Dari itu, kami mulai melanjutkan usaha ini. Alhamdulillah, permintaan pasar masih ada, walau tidak seperti dulu. Dulu, pemasaran hampir seluruh Aceh. Kini, pemasaran masih di Banda Aceh dan sekitarnya," kata Cut Yeni Novita.

Cut Yeni Novita mengatakan minyak rambut tradisional yang diproduksinya mencapai 60 lusin per minggu. Dalam satu lusin dijual Rp95 ribu. Per lusin 12 botol dengan kapasitas 200 mililiter.

"Orang tua mengingatkan saya untuk selalu menjaga kualitas. Sebab, merek minyak rambut yang kami produksi sudah dikenal sejak tahun 1970-an," kata Cut Yeni Novita.

Terkait dengan pemasaran, Cut Yeni Novita mengatakan pemasaran masih dilakukan secara konvensional, belum merambah pasar digital. Apalagi masih ada perizinan yang harus diurusnya

"Pemasaran masih dilakukan melalui toko-toko di Banda Aceh dan sekitar. Pemasaran di pasar modern belum bisa kami lakukan karena masih proses pengurusan izin BPOM," kata Cut Yeni Novita.

Menyangkut pandemi COVID-19, Cut Yeni Novita ikut berdampak pada usahanya. Permintaan pasar berkurang drastis. Namun, tidak sempat rugi, tetapi perputaran modal sedikit lebih lama.

"Kendala kami pada alat produksi. Produksi masih menggunakan manual, seperti alat pengaduk. Kami berharap bantuan mesin pengaduk dan alat penunjang produksi lainnya," kata Cut Yeni Novita.
 

Pewarta: Muhammad HSA

Editor : M.Haris Setiady Agus


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021