Pemerintah (Pemprov) Aceh mengharapkan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) wilayah Aceh mampu meningkatkan kualitas dokter di Aceh guna memberikan pelayanan kesehatan yang baik untuk masyarakat Aceh.
“Kita ketahui bersama, sektor kesehatan merupakan salah satu program prioritas Pemerintah Aceh sejak 15 tahun belakangan ini,” kata Asisten I Setda Aceh M Jafar, di Banda Aceh, Minggu.
Jafar mengatakan, kesehatan merupakan komponen penting dalam pembangunan, apalagi gangguan kesehatan yang tinggi dalam masyarakat Aceh akan mempengaruhi frekuensi pembangunan.
“Pengalaman menghadapi pandemi COVID-19 menjadi bukti betapa pentingnya isu kesehatan sebagai basis pembangunan bangsa. Selama COVID-19 masih menjadi pandemi, maka sektor lain pasti akan terusik. Bagaimana anjloknya ekonomi Indonesia saat pandemi menerjang tahun lalu,” ujarnya.
Jafar menyampaikan, untuk memperkuat sektor kesehatan di Aceh, pemerintah tidak bisa bekerja sendirian. Dukungan dari organisasi kesehatan sangatlah dibutuhkan, terutama dari IDI yang merupakan wadah bagi organisasi profesi para dokter di Indonesia yang bersifat nasional dan independen.
Jafar menyebutkan, program Aceh Seujahtra (sejahtera) yang digagas Pemerintah Aceh mengandung tiga elemen penting, yaitu pemerataan dan peningkatan kualitas layanan kesehatan, serta memberikan layanan kesehatan yang adil kepada semua masyarakat.
"Karena itu, dalam hal ini komitmen para dokter sangat dibutuhkan untuk merawat dengan cara menyehatkan dan memberdayakan,” kata Jafar.
Sementara itu, Ketua IDI Aceh dr Safrizal Rahman mengatakan, pandemi COVID-19 menjadi tantangan berat bagi dokter di Indonesia, tak terkecuali di provinsi Aceh dalam memberikan pelayanan kesehatan. Meski demikian, perlu diapresiasi kontribusi dokter yang tiada henti menjadi garda terdepan.
Kata Safrizal, IDI Aceh memiliki dua tantangan berat, pertama di internal, di mana organisasi ini perlu terus melakukan pengembangan dan mengikuti tren teknologi masa kini. Sehingga dapat survive dalam segala kondisi.
“Kedua, bagaimana peran IDI yang diharapkan pemerintah dan seluruh masyarakat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,” kata Safrizal.
Safrizal menambahkan, saat ini IDI Aceh memiliki tugas berat terkait percepatan vaksinasi. Apalagi capaian vaksinasi di Aceh hari ini masih relatif rendah dibandingkan daerah lainnya di Indonesia.
"Oleh sebab itu, kita berharap seluruh pengurus IDI Aceh dapat bekerja keras meyakinkan masyarakat agar capaian vaksinasi meningkat," demikian Safrizal.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021
“Kita ketahui bersama, sektor kesehatan merupakan salah satu program prioritas Pemerintah Aceh sejak 15 tahun belakangan ini,” kata Asisten I Setda Aceh M Jafar, di Banda Aceh, Minggu.
Jafar mengatakan, kesehatan merupakan komponen penting dalam pembangunan, apalagi gangguan kesehatan yang tinggi dalam masyarakat Aceh akan mempengaruhi frekuensi pembangunan.
“Pengalaman menghadapi pandemi COVID-19 menjadi bukti betapa pentingnya isu kesehatan sebagai basis pembangunan bangsa. Selama COVID-19 masih menjadi pandemi, maka sektor lain pasti akan terusik. Bagaimana anjloknya ekonomi Indonesia saat pandemi menerjang tahun lalu,” ujarnya.
Jafar menyampaikan, untuk memperkuat sektor kesehatan di Aceh, pemerintah tidak bisa bekerja sendirian. Dukungan dari organisasi kesehatan sangatlah dibutuhkan, terutama dari IDI yang merupakan wadah bagi organisasi profesi para dokter di Indonesia yang bersifat nasional dan independen.
Jafar menyebutkan, program Aceh Seujahtra (sejahtera) yang digagas Pemerintah Aceh mengandung tiga elemen penting, yaitu pemerataan dan peningkatan kualitas layanan kesehatan, serta memberikan layanan kesehatan yang adil kepada semua masyarakat.
"Karena itu, dalam hal ini komitmen para dokter sangat dibutuhkan untuk merawat dengan cara menyehatkan dan memberdayakan,” kata Jafar.
Sementara itu, Ketua IDI Aceh dr Safrizal Rahman mengatakan, pandemi COVID-19 menjadi tantangan berat bagi dokter di Indonesia, tak terkecuali di provinsi Aceh dalam memberikan pelayanan kesehatan. Meski demikian, perlu diapresiasi kontribusi dokter yang tiada henti menjadi garda terdepan.
Kata Safrizal, IDI Aceh memiliki dua tantangan berat, pertama di internal, di mana organisasi ini perlu terus melakukan pengembangan dan mengikuti tren teknologi masa kini. Sehingga dapat survive dalam segala kondisi.
“Kedua, bagaimana peran IDI yang diharapkan pemerintah dan seluruh masyarakat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,” kata Safrizal.
Safrizal menambahkan, saat ini IDI Aceh memiliki tugas berat terkait percepatan vaksinasi. Apalagi capaian vaksinasi di Aceh hari ini masih relatif rendah dibandingkan daerah lainnya di Indonesia.
"Oleh sebab itu, kita berharap seluruh pengurus IDI Aceh dapat bekerja keras meyakinkan masyarakat agar capaian vaksinasi meningkat," demikian Safrizal.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021