Kelompok investasi International Finance Corporation (IFC) telah mendorong pendanaan proyek-proyek energi terbarukan lebih dari 10 GigaWatt (GW) di negara-negara berkembang, kata kepala pertambangan global lembaga itu, cukup untuk memberi daya listrik pada 10 juta rumah di AS.

Namrata Thapar mengatakan kepada Reuters dalam wawancara di Reuters Next Conference bahwa portofolio energi IFC sekarang berjumlah sekitar 8 miliar dolar AS.

"Banyak proyek berada di yurisdiksi yang sulit dalam arti mereka mungkin terpencil, jauh dari saluran listrik," kata Thapar.

Selain investasi energi langsung, IFC juga menyediakan pendanaan untuk pertambangan, elemen kunci dalam transisi energi yang tidak dapat terjadi tanpa logam seperti tembaga, aluminium, kobalt, nikel, dan timah.



"Beberapa dari keterlibatan kami termasuk menjadi jangkar untuk infrastruktur bersama yang penting seperti listrik, air dan kereta api ... (proyek pertambangan) dapat bertindak sebagai katalis untuk pembangunan semacam itu di pasar negara berkembang," kata Thapar.

IFC adalah bagian dari Grup Bank Dunia, yang memiliki sejarah panjang dalam berinvestasi di pertambangan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi. Ini adalah salah satu lembaga keuangan pembangunan terbesar di dunia, dengan portofolio investasi 64 miliar dolar AS di pasar negara berkembang.

Pangsa energi terbarukan seperti angin dan matahari dalam bauran energi keseluruhan diperkirakan akan tumbuh lebih cepat di tahun-tahun mendatang karena ini merupakan bagian penting dari rencana untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Investasi energi bersih tahunan di negara emerging markets dan negara berkembang perlu meningkat dari kurang dari 150 miliar dolar AS tahun lalu menjadi lebih dari 1 triliun dolar AS pada tahun 2030 untuk menempatkan dunia di jalur yang tepat untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050, menurut laporan dari Badan Energi Internasional (IEA).
 

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : M.Haris Setiady Agus


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021