Tiga anggota kelompok Hamas tewas dan lainnya terluka dalam pertumpahan darah pada Minggu (12/12) di kamp Palestina Burj al-Shemali di Lebanon, kata kelompok itu, seraya menyalahkan pasukan pesaingnya, yang setia kepada Otoritas Palestina.

Dua pejabat Hamas mengatakan kepada Reuters sebelumnya bahwa empat orang tewas. Pernyataan yang dikeluarkan oleh Hamas menyebutkan bahwa anggota Pasukan Keamanan Nasional, yang berasal dari Otoritas Palestina, melakukan serangan itu.

Para pejabat Otoritas Palestina mengutuk serangan itu, menolak tuduhan Hamas, dan mendesak semua pihak untuk menunggu hasil penyelidikan.

Otoritas Palestina dan Hamas telah bersaing sengit sejak perang saudara singkat 2007 di Jalur Gaza, yang berakhir dalam kendali Hamas, sementara Otoritas Palestina terus memiliki kendali terbatas atas Tepi Barat yang diduduki Israel.

Beberapa upaya rekonsiliasi sejak itu gagal untuk mengakhiri perselisihan pembagian kekuasaan antara kedua belah pihak.

Penembakan itu terjadi selama pemakaman seorang pendukung Hamas yang tewas dalam ledakan pada Jumat (10/12) malam di kamp di kota pelabuhan Tyre, Lebanon selatan.

"Kami menganggap kepemimpinan Otoritas di Ramallah dan dinas keamanan mereka di Lebanon bertanggung jawab penuh atas kejahatan itu," tulis Hamas dalam pernyataan.

Tentara Lebanon mengatakan satu tersangka dalam penembakan itu telah ditahan oleh Keamanan Nasional Palestina.

Ketika berbicara kepada Reuters di Ramallah melalui telepon dari Beirut, duta besar Palestina untuk Lebanon, Ashraf Dabour, menolak tuduhan Hamas.

"Ini adalah tindakan yang ditolak dan dikutuk ... Komite investigasi akan mengungkap siapa yang berdiri di belakangnya," kata Dabour. "Kami telah melakukan kontak dengan para pemimpin Hamas dan meminta mereka menunggu hasil investigasi."

Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (11/12) bahwa ledakan pada Jumat malam itu disebabkan oleh gangguan listrik di gudang yang berisi tabung oksigen dan gas untuk pasien COVID-19, serta detergen dan desinfektan.

Sejumlah faksi bersenjata Palestina, termasuk Hamas dan gerakan Fatah, memegang kendali efektif atas sekitar selusin kamp Palestina di negara itu, yang tidak boleh dimasuki oleh pihak berwenang Lebanon.

Sumber: Reuters

Pewarta: Mulyo Sunyoto

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021