Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Abraham Wirotomo menegaskan pemerintah siap menghadapi gelombang ketiga COVID-19 varian Omicron sejak sebelum terjadinya transmisi lokal dan lonjakan kasus.

Abraham mengatakan saat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan Omicron sebagai Variant of Concern pada 26 November 2021, pemerintah telah sigap dan cepat memperketat karantina untuk pelaku perjalanan luar negeri di antaranya dengan memperpanjang masa karantina menjadi 14 hari.

"Berkat keberhasilan karantina tersebut kita bisa belajar karakteristik Omicron dengan lebih baik dari negara lain sehingga kita lebih tahu apa yang harus disiapkan," kata Abraham, dalam siaran pers di Jakarta, Jumat.



Menurutnya, Indonesia termasuk negara yang belakangan terkena Omicron, yakni negara ke-80.

"Banyak negara maju yang kemasukan Omicron terlebih dahulu daripada Indonesia," terang Abraham.

Dia mengakui ancaman gelombang ketiga COVID-19 varian Omicron adalah nyata. Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mengendalikan lonjakan kasus mulai dari menyiapkan testing, tracing, bed, tempat isolasi, oksigen, obat, telemedicine, dan vaksin.



"Per minggu lalu, testing mencapai 351.442 per hari, tracing 10,87 rasio kontak erat, dan kesiapan bed dinaikkan dari 82.168 menjadi 150.000 tempat tidur. Untuk Isolasi terpusat ada 76.636 unit," papar Abraham.

Terkait kesiapan vaksin dan obat-obatan, Abraham merinci ada 318 juta lebih vaksin dan hampir 80 juta obat-obatan yang sudah disiapkan untuk menghadapi gelombang Omicron.

"Obat-obatan itu, Favipiravir sekitar 25 juta lebih, Remdesivir hampir 1 juta injeksi, Molnupiravir 200 ribu kapsul, dan multivitamin sekitar 52 ribu sekian," jelasnya.



Abraham menekankan perlunya kesadaran masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan, mengurangi mobilitas, dan suntik vaksin.

"Vaksin terbukti mengurangi keparahan bila terkena Omicron. Jadi jangan ragu divaksin," ujar Abraham.

Tidak kalah pentingnya, kata dia, masyarakat agar tidak panik berlebihan dan memprioritaskan rumah sakit bagi yang mengalami gejala berat, kritis, lansia, dan komorbid.

"Saya ingatkan sekali lagi, karakteristik Omicron berbeda dari Delta. Memang tingkat penularannya lebih tinggi. Tapi keparahan lebih ringan," kata dia.

 

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga

Editor : M.Haris Setiady Agus


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022