Anggota Komisi X DPR Putra Nababan menekankan peran besar orang tua dalam menjaga keberlangsungan pembelajaran tatap muka (PTM).
"Orang tua berperan besar untuk mengendalikan kegiatan-kegiatan di luar kegiatan sekolah sangat diperlukan, terutama kegiatan yang melibatkan anak-anak yang akhirnya sekolah dikalahkan oleh kegiatan keluarga, " ujar Putra dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Ahad.
Pernyataan Putra itu berdasarkan terdapat beberapa sekolah terpaksa ditutup setelah terdapat siswa dan siswinya terpapar COVID-19.
"Karena yang banyak terjadi bukan klaster sekolah, tetapi klaster di luar sekolah yang dibawa ke sekolah," tambah wakil rakyat dapil Jakarta Timur itu.
Dia menjelaskan penularan banyak terjadi pada akhir pekan, yang mana orang tua melibatkan anak-anak dalam kegiatannya.
"Penularan itu berada di luar sekolah, terutama klaster akhir pekan, Jumat Sabtu dan Minggu, dimana anak-anak yang timbul gejalanya Senin sore atau malam usai pulang dari sekolah, " kata dia lagi.
Dengan ditutupnya sekolah-sekolah akibat COVID-19, Putra mengkhawatirkan pengalaman belajar (learning loss) para siswa akan semakin dalam, padahal keinginan para orang tua ialah anak-anak mendapatkan pendidikan terbaik di sekolah.
“Mungkin bukan hanya learning loss di bidang akademik, namun juga lebih penting di sosio emotional learning loss yang berdampak pada mental fatique akibat interaksi dunia maya terus menerus di rumah. Kepekaan nilai kemanusiaan anak-anak kita menurun,” tutur Putra
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mencatat ada 90 sekolah yang ditutup akibat temuan kasus COVID-19. Temuan itu tersebar merata di sembilan wilayah Suku Dinas Pendidikan yang tersebar pada lima kota administrasi DKI Jakarta.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022
"Orang tua berperan besar untuk mengendalikan kegiatan-kegiatan di luar kegiatan sekolah sangat diperlukan, terutama kegiatan yang melibatkan anak-anak yang akhirnya sekolah dikalahkan oleh kegiatan keluarga, " ujar Putra dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Ahad.
Pernyataan Putra itu berdasarkan terdapat beberapa sekolah terpaksa ditutup setelah terdapat siswa dan siswinya terpapar COVID-19.
"Karena yang banyak terjadi bukan klaster sekolah, tetapi klaster di luar sekolah yang dibawa ke sekolah," tambah wakil rakyat dapil Jakarta Timur itu.
Dia menjelaskan penularan banyak terjadi pada akhir pekan, yang mana orang tua melibatkan anak-anak dalam kegiatannya.
"Penularan itu berada di luar sekolah, terutama klaster akhir pekan, Jumat Sabtu dan Minggu, dimana anak-anak yang timbul gejalanya Senin sore atau malam usai pulang dari sekolah, " kata dia lagi.
Dengan ditutupnya sekolah-sekolah akibat COVID-19, Putra mengkhawatirkan pengalaman belajar (learning loss) para siswa akan semakin dalam, padahal keinginan para orang tua ialah anak-anak mendapatkan pendidikan terbaik di sekolah.
“Mungkin bukan hanya learning loss di bidang akademik, namun juga lebih penting di sosio emotional learning loss yang berdampak pada mental fatique akibat interaksi dunia maya terus menerus di rumah. Kepekaan nilai kemanusiaan anak-anak kita menurun,” tutur Putra
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mencatat ada 90 sekolah yang ditutup akibat temuan kasus COVID-19. Temuan itu tersebar merata di sembilan wilayah Suku Dinas Pendidikan yang tersebar pada lima kota administrasi DKI Jakarta.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022