Blangpidie (ANTARA Aceh) - Petani budidaya udang windu di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Provinsi Aceh, membutuhkan pendampingan penyuluh dari pemerintah dalam mengembangkan usaha tambak agar dapat meningkatkan hasil yang memuaskan.

"Kami sangat memerlukan pendampingan penyuluh dalam mengembangkan budidya udang windu ini," kata Ketua Kelompok Pakat Bersama di Desa Sejahtera, Kecamatan Manggeng, Nyak Ra, di Blangpidie, Minggu.

Menurut Nyak Ra, selain membutuhkan pendampingan penyuluh, para petani tambak yang tergabung dalam kelompoknya juga sangat membutuhkan bantuan sarana dan prasarana perikanan khususnya kebutuhan budidaya dari pemerintah, seperti mesin pompa air dan pakan.

Lanjutnya, pompa air tersebut sangat dibutuhkan oleh anggota kelompoknya, karena pada saat memasuki musim timur datang air tambak menjadi berkurang, karena, tambak udang yang dimiliki selama ini mengandalkan air pasang musim barat.

"Ketika musim barat tiba, air tambak itu penuh dengan air pasang laut, tapi bila musim timur tiba air tambak berkurang. Jadi, butuh mesin pompa air untuk menyuplai air ke tambak, sehingga, air tambak tidak berkurang," katanya.

Kemudian, anggota kelompok tani tambak tersebut, juga sangat membutuhkan bantuan bibit udang windu unggul dari pemerintah, sehingga dapat meningkatkan hasil panen udang yang memuaskan.

Ketua kelompok tersebut mengaku, selama ini pihaknya dalam membudidayakan udang windu ditambak mengalami kesulitan dalam mendapatkan bibit unggul, karena harus didatangkan dari luar daerah.

"Selama ini dalam membudidaya udang windu, kami agak kesulitan untuk mendapatkan bibit unggul. Sejak tahun 2006 lalu, sampai dengan sekarang, bibitnya kami beli ke Kota Lhokseumawe dan Banda Aceh," katanya.

Oleh karena itu, kedepan diharapkan mereka mendapatkan bantuan bibit unggul dari pemerintah, supaya hasil produksi petani tambak udang windu tersebut menjadi meningkat dan lebih baik.

Ia menjelaskan, kelompok budidaya udang windu, di Desa Sejahtera, ini memiliki tambak udang dengan luas sekitar 10 hektare yang dikelola oleh 30 orang masyarakat yang terdaftar dalam Kelompok Pakat Bersama.

Lanjut dia, budidaya udang windu pada tambak seluas 10 hektare tersebut dimulainya sejak tahun 2006 dengan lokasi budidaya di kawasan yang berdekatan dengan pantai.

"Jadi, kalau untuk pemasarannya, selama ini para pembeli datang langsung ke lokasi ini untuk membelinya dengan harga nilai jual antara Rp130 ribu sampai Rp150 ribu per kilogram," katanya.

Kadis Kelauatan dan Perikanan Abdya Muslim Hasan saat ditanya mengaku, para petani tambak dan kolam di kabupatennya, masih memiliki kelemahan dalam melakukan pengembangan budidaya ikan air tawar.

Kelemahan yang dimiliki para petani yang bergelut pada sektor perikanan, terutama pada bidang budidaya ikan air tawar ini disebabkan terbatasnya sumber daya manusia yang dimiliki sehingga mereka sangat membutuhkan pelatihan dan pendampingan penyuluh.

"Memang mereka saat ini sangat membutuhkan pendidikan, pelatihan dan pendampingan yang insentif dari pemerintah, sehingga para petani tambak dan kolam dapat mengelola usahanya secara lebih baik, intensif, produktif dan berkesinambungan," katanya.

Kendatipun demikian, lanjut Muslim, pada tahun 2016 dan seterusnya, kegiatan tersebut menjadi perioritas DKP dalam melakukan pendampingan yang nantinya dilaksanakan dengan cara bekerjasama dengan lembaga-lembaga teknis yang telah terpercaya.

"Insyaallah, tahun depan dan seterusnya, kegiatan itu menjadi perioritas dan dilaksanakan dengan kerjasama dengan lembaga-lembaga teknis dan di tempat yang telah menampakkan hasil yang lebih baik," demikian Muslim Hasan.

Pewarta: Pewarta : Suprian

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2015