Blangpidie (ANTARA Aceh) - Petani di sejumlah wilayah di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Provinsi Aceh, kesulitan mencari buruh untuk memanen, sehingga banyak tanaman padi yang belum bisa dipanen.

"Banyak padi petani sekarang belum dipanen, karena sulit untuk mencari pekerja saat ini, padahal, ongkos panen sekarang cukup mahal," kata Hasan, petani di Desa Tangan-Tangan Cut, Kecamatan Setia di Blangpidie, Selasa.

Menurut Hasan, sulitnya mencari pekerja saat ini disebabkan, panen raya padi tahun ini terjadi bersamaan dengan pembangunan proyek pemerintah yang ada di desa ditambah lagi dengan musim panen secara serentak.

"Buruh lebih memilih bekerja pada proyek desa dari pada turun sawah memanen padi. Sementara warga dari luar kecamatan tidak ada yang datang untuk menawarkan diri bekerja memanen padi. Tidak seperti tahun lalu," katanya.

Pada tahun lalu, lanjutnya, ketika panen raya padi tiba, banyak warga luar desa dan kecamatan sengaja datang untuk menawarkan diri meminta bekerja memanen padi, karena ingin mendapatkan imbalan.

"Pada tahun lalu, cukup ramai buruh datang dengan ongkos memanen padi sekitar Rp1,5 juta per hektare. Tetapi, pada musim panen tahun ini upahnya naik menjadi Rp2,4 juta per hektare ditambah makan siang dan rokok," katanya.

Meskipun tingginya ongkos, kata dia, masyarakat tetap enggan untuk menjadi buruh tani dan kebanyakan mereka lebih memilih untuk berkerja di proyek desa yang kini sedang dalam proses pelaksanaan pekerjaan.

"Sedangkan sebagian petani lain sibuk memanenkan padi milik sendiri. Apalagi panen raya ini serentak ditambah lagi dengan musim hujan, tentu mereka lebih memfokuskan pada miliknya sendiri dari pada makan gaji pada orang lain," katanya.

Hal senada juga disampaikan oleh M Amin, tokoh masyakarat Kecamatan Tangan-Tangan. Menurut dia, bukan buruh memanen saja yang sulit dicari, akan tetapi termasuk dengan buruh pekerja pada mesin perontok padi juga susah didapatkan.

"Terkadang petani sudah menunggu sampai satu Minggu, mesin perontok tidak datang juga, hal tersebut karena minimnya warga yang mau bekerja pada bidang ini, padahal mesin perontok padi cukup banyak di desa," katanya.

Menurut dia, minimnya buruh tani bukan disebabkan faktor proyek desa, hanya saja waktu musim panen padi tahun ini bertepatan dengan musim hujan dan menyebabkan, sebagian sawah tergenang dengan air hujan.

Selain air hujan, katanya, masih banyak lahan sawah milik petani di pedesaan seperti payau dengan kedalaman lumpur rata-rata hampir selutut orang dewasa, sehingga mesin potong padi, Rice Combine Harvester milik pemerintah pada musim hujan tidak dapat difungsikan pada semua lahan sawah.

"Masih banyak lahan sawah di daerah kita ini belum bisa masuk Rice Combine untuk potong padi, karena masih banyak yang tergenang air bagaikan payau memiliki lumpur yang dalam," katanya.

Kendatipun demikian, kata dia, semua ini terjadi akibat dari ulah petani sendiri yang tidak mau mematuhi jadwal tanam serentak yang telah ditentukan oleh pemerintah bersama-sama dengan ketua kelompok tani.

"Sebelumnya, pemerintah sudah menetapkan jadwal tanam padi pada serentak pada bulan Mei 2015, dengan masa panen akhir Juli 2015. Sementara, sebagian petani tidak mengikuti, malah mereka tanam padi bulan Juni, tentu panennya musim hujan," katanya.

Diharapkan, ke depan para petani di Kabupaten Abdya mau mengikuti dan mentaati peraturan ataupun jadwal turun sawah yang ditetapkan oleh pemerintah, sehingga musim panen raya padi sawah tidak lagi bertepatan pada saat musim hujan.

Pewarta: Pewarta : Suprian

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2015