Banda Aceh (ANTARA Aceh) - Genangan air, plastik bekas yang berserakan, dan lingkungan sekitar tidak bersih menjadi awal sumber penyakit yang bisa mengancam penduduk, salah satunya berkembangnya jentik nyamuk aedes aegypti.

Salah satu langkah yang paling tepat dilakukan dalam mengurangi ancaman dari nyamuk demam berdarah tersebut adalah dengan mewujudkan hidup bersih dan lingkungan sehat.

"Kami mengajak 'keuchik' (kepala desa) di seluruh Kota Banda Aceh untuk menggerakkan masyarakatnya mewujudkan hidup bersih dan lingkungan sehat sehingga terhindar dari penyakit demam berdarah dengue," kata Ketua Komisi D DPRK Banda Aceh Farid Nyak Umar di Banda Aceh.

Ia menegaskan bahwa mencegah lebih baik daripada sudah kejadian luar biasa. Oleh karena itu, pihaknya meminta pemerintah di Ibu Kota Provinsi Aceh itu untuk terus meningkatkan pencengahan terhadap ancaman warga dari penyakit tersebut.

"Kami minta pemerintah kota dapat memaksimalkan pencegahan demam berdarah," katanya.

Setiap tahun, kata dia, DPRK Banda Aceh menganggarkan dana untuk pencegahan demam berdarah. Dengan alokasi anggaran tersebut, diharapkan upaya pencegahan lebih optimal.

Politikus Partai Keadilan Sejahtera tersebut juga mengatakan bahwa program tersebut juga tidak akan berjalan optimal jika masyarakat di Kota Banda Aceh khususnya tidak berperan aktif dalam pencegahan demam berdarah.

Fokus Pencegahan
   
Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh terus melakukan upaya antisipasi ancaman demam berdarah di Ibu Kota Provinsi Aceh tersebut.

"Kami sudah menginstruksikan para staf turun langsung ke lapangan untuk mengantisipasi timbulnya demam berdarah. Langkah antisipatif lebih penting ketimbang terjadinya kasus," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh Media Yulizar.

Media Yulizar mengatakan bahwa ancaman demam berdarah selalu ada. Pencegahan lebih difokuskan pada pemberantasan sarang dan jentik nyamuk sehingga sumber penyakit tidak berkembang.

Dalam meningkatkan kewaspadaan, pihaknya kerap mengingatkan warga untuk aktif memberantas sarang nyamuk di sekitar rumah masing-masing agar terhindar dari penyakit demam berdarah.

"Kata kuncinya ada pada masyarakat, yakni aktif memberantas sarang dan nyamuk di rumahnya masing-masing," katanya.

Dalam pencegahan, pihaknya juga meningkatkan peran serta kader juru pemantau jentik atau jumantik dengan dibantu petugas penyuluh keliling.

Namun, tanpa dukungan masyarakat, apa yang dilakukan petugas penyuluh dan kader jumantik tentu hasilnya tidak akan optimal sebab kader jumantik dan petugas penyuluh juga memiliki keterbatasan.

"Peran serta pemilik bangunan sangat diutamakan dalam membaasmi sarang dan jentik sebab para petugas tidak mampu memeriksa seluruh bangunan dan yang lebih memahami bangunan adalah pemilik itu sendiri," katanya.

Menurut dia, peran serta masyarakat pemilik bangunan yang ada di seluruh Kota Banda Aceh menjadi hal utama dalam mendukung menyukseskan pembetantasan jentik nyamuk tersebut.

Menyangkut dengan fogging atau pengasapan, Media Yulizar mengatakan bahwa tindakan tersebut baru bisa dilakukan setelah ada kasus. Pengasapan dilakukan di radius 100 meter dari rumah yang positif demam berdarah.

"Akan tetapi, fogging atau pengasapan tidak akan menyelesaikan masalah. Nyamuk demam berdarah tetap akan ada kalau sarang dan jentiknya tidak diberantas," kata Media Yulizar.
 
Peran Serta Masyarakat
   
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Aceh Abdul Fatah mengatakan bahwa membasmi sarang nyamuk demam berdarah adalah dengan melakukan gerakan bersama seluruh warga.

"Artinya, menggalakkan gotong royong bersama oleh seluruh komponen masyarakat untuk membersihkan parit, genangan air yang ada di sekitar dan tempat-tempat berkembang biaknya jentik nyamuk," katanya.

Ia juga menyarankan masyarakat untuk terus melakukan beberapa langkah dalam mengatasi ancaman nyamuk demam berdarah, yakni dengan melaksanakan 3M, yakni menguras penampungan air, menutup tempat penampungan air, dan mengubur barang bekas.

Abdul Fatah menyebutkan jumlah DBD Provinsi Aceh pada tahun 2014 tercatat sebanyak 2.210 kasus dengan jumlah korban meninggal dunia delapan orang. Pada tahun 2015 jumlahnya sebanyak 1.507 kasus dengan jumlah korban meninggal dunia enam orang.

"Jika dibandingkan 2014 dengan 2015, jumlahnya terjadi penurunan," katanya.

Kendati terjadi penurunan, pihaknya terus meminta masyarakat untuk tetap waspada dengan cara tetap menjaga kebersihan lingkungan sehingga nyamuk mematikan tersebut tidak bisa berkembang biak di sekitar pemukiman warga.

Ia menyebutkan dari 23 kabupaten kota di Aceh, kasus tertinggi sementara terjadi di kabupaten Aceh Tengah dan Pidie dengan jumlah 211 kasus, selanjutnya Bireuen 189 kasus, Banda Aceh 126 kasus, dan Lhokseumawe 116 kasus.

Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti. Penyakit tersebut paling sering terjadi di negara tropis dan subtropis dengan penduduk yang padat serta keadaan lingkungan yang kurang baik.

Gerakan bersama masyarakat untuk menciptakan lingkungan bersih merupakan kunci utama untuk membasmi si jentik pembawa penyakit demam berdarah dengeu itu.

Pewarta: Pewarta : Muhammad Ifdhal

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2016