Produk usaha mikro kecil menengah (UMKM) berupa udang krispi binaan PLN UP3 Lhokseumawe, Provinsi Aceh, dengan merek dagang Ibu Yanti mampu menembus pasar di negara-negara Asia Tenggara.
"Usaha udang krispi ini mulai dirintis sejak 2009 . Berawal saat saya mengikuti pelatihan pengolahan hasil perikanan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh," kata Yanti (49), perintis produk Buk Yanti di Lhokseumawe, Kamis.
Makanan berbahan dasar udang yang diproduksi di Desa Tempok Teungoh, Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe, itu menjadi populer di kalangan konsumen luar Kota Lhokseumawe dan beberapa wilayah di Indonesia.
"Pasarannya bahkan hingga negara di Asia Tenggara seperti Singapura dan Malaysia," kata Yanti, yang juga pegawai honorer tata usaha SMP Negeri 3 Lhokseumawe itu.
Bermodalkan hasil pelatihan tersebut, kata Yanti, dirinya mencoba membuka usaha udang krispi dan usaha tersebut terus berkembang setiap tahunnya hingga meraup omzet berkisar Rp4 juta hingga Rp5 juta per bulan.
"Untuk harga produk, saya banderol dengan harga Rp45 ribu per botol. Selain udang, produk krispi ini juga berbahan ikan teri dengan campuran rempah-rempah," kata Yanti.
Menurut Yanti, usaha krispi tersebut memiliki peluang besar untuk maju karena menjadi makanan instan bagi ibu-ibu yang tidak sempat masak karena kesibukannya dalam bekerja.
Dalam memasarkan produk, selain melayani secara konvesional, Yanti juga merambah ke ranah digital dengan memanfaatkan media sosial, sehingga mampu menembus pasar di negara-negara Asia Tenggara.
Yanti mengaku bersyukur usahanya membuahkan hasil dan semakin maju sejak bergabung dalam anggota UMKM binaan PLN UP3 Lhokseumawe. Sebagai UMKM binaan, usahanya mendapat bantuan dana memproduksi produk.
"Saya juga sering ikut pameran yang digelar Bank Indonesia untuk mempromosikan produk. Dengan keikutsertaan dalam berbagai pameran, saya harapkan dapat memperluas akses pasar UMKM hingga ke pasar internasional," kata Yanti.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022
"Usaha udang krispi ini mulai dirintis sejak 2009 . Berawal saat saya mengikuti pelatihan pengolahan hasil perikanan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh," kata Yanti (49), perintis produk Buk Yanti di Lhokseumawe, Kamis.
Makanan berbahan dasar udang yang diproduksi di Desa Tempok Teungoh, Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe, itu menjadi populer di kalangan konsumen luar Kota Lhokseumawe dan beberapa wilayah di Indonesia.
"Pasarannya bahkan hingga negara di Asia Tenggara seperti Singapura dan Malaysia," kata Yanti, yang juga pegawai honorer tata usaha SMP Negeri 3 Lhokseumawe itu.
Bermodalkan hasil pelatihan tersebut, kata Yanti, dirinya mencoba membuka usaha udang krispi dan usaha tersebut terus berkembang setiap tahunnya hingga meraup omzet berkisar Rp4 juta hingga Rp5 juta per bulan.
"Untuk harga produk, saya banderol dengan harga Rp45 ribu per botol. Selain udang, produk krispi ini juga berbahan ikan teri dengan campuran rempah-rempah," kata Yanti.
Menurut Yanti, usaha krispi tersebut memiliki peluang besar untuk maju karena menjadi makanan instan bagi ibu-ibu yang tidak sempat masak karena kesibukannya dalam bekerja.
Dalam memasarkan produk, selain melayani secara konvesional, Yanti juga merambah ke ranah digital dengan memanfaatkan media sosial, sehingga mampu menembus pasar di negara-negara Asia Tenggara.
Yanti mengaku bersyukur usahanya membuahkan hasil dan semakin maju sejak bergabung dalam anggota UMKM binaan PLN UP3 Lhokseumawe. Sebagai UMKM binaan, usahanya mendapat bantuan dana memproduksi produk.
"Saya juga sering ikut pameran yang digelar Bank Indonesia untuk mempromosikan produk. Dengan keikutsertaan dalam berbagai pameran, saya harapkan dapat memperluas akses pasar UMKM hingga ke pasar internasional," kata Yanti.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022