Sejumlah petani sawit di Kabupaten Aceh Tamiang memutuskan tak memanen tandan buah segar (TBS) sawit, karena harganya masih di bawah Rp1000/kg.

"Harga sawit di daerah kami Rp800 per kilogram, percuma saja kalau dipanen banyak keluar ongkos daripada penghasilan," kata Mohammad Nasir di Karang Baru, Aceh Tamiang, Minggu.

Baca juga: Harga kelapa sawit Rp700/kg, Apkasindo minta Pemkab Nagan Raya tindak tegas PMKS nakal

M Nasir merupakan penduduk wilayah pesisir Aceh Tamiang. Saat ini ia sengaja membiarkan kebun sawit-nya begitu saja hingga semak. Nanti ketika harga TBS normal baru dia akan bersihkan. Alasan Nasir tidak selera panen sawit lantaran harga TBS di bawah Rp1.000/kg dianggap tidak sebanding dengan biaya operasional dan produksi.

"Bayangkan saja upah panen sekarang sudah Rp300 per kilogram. Belum lagi kena potongan di agen dan biaya operasional lainnya. Kalau bicara hari ini lebih banyak penghasilan buruh pemanen daripada pemilik sawit," ujarnya.

Baca juga: Harga sawit di Aceh Utara anjlok jadi Rp600 per kilogram

"Kalau harga murah kayak gini jangankan kita; pencuri saja tidak mau ambil sawit kita," sambung M Nasir.

Petani sawit lainnya di Desa Balai, Kecamatan Bendahara Adi Syaputra menyatakan harga TBS di kampungnya makin anjlok lagi dari Rp700 menjadi Rp670/kg.

Penurunan harga sawit Rp670 perak ini terjadi sejak Jumat (8/7) atau sebelum Idul Adha 1443 H.

Baca juga: Anjloknya harga dan penderitaan petani kelapa sawit di Aceh Tamniang

"Di sini Rp670 harga TBS per kilo bang, bahkan ada isu mau turun lagi katanya. Dalam satu minggu ini sudah tiga kali harga TBS naik turun," ucap Adi.

Sebagai petani swadaya Adi mengaku pasrah dengan fluktuasi-nya harga TBS ini. Dia pun akan menyiasati melakukan perawatan kebun alakadarnya.

"Harga sawit murah gimana mau beli pupuk. Saat ini fokus perekonomian keluarga dulu, karena biar gimana pun dapur harus tetap berasap," tutur petani milenial tulang punggung keluarga ini.

Kondisi serupa dialami Heri Ansyahri, patani sawit di Desa Paya Baru, Kecamatan Manyak Payed mengaku sudah satu bulan ogah panen sawit karena harga murah. Yang bikin dia tidak semangat lagi di pedalaman Manyak Payed TBS hanya dihargai Rp500/kg karena sudah melalui tangan agen ke agen. Biasanya setiap rotasi dua minggu sekali dia rutin mengutip hasil kebun. Kini ia memilih cari job sampingan lain daripada ke kebun.

"Pohon sawit saya tidak begitu luas, kalau saya habiskan waktu seharian di ladang (kebun) keluarga di rumah terancam tidak makan," katanya.

Heri rela melihat buah sawit kering di pohon tidak di panen. Kefrustasian petani ini dilakukan sejak harga TBS turun bertahap hingga dilevel Rp800/kg dari sebelumnya pernah melambung Rp3.500/kg di tingkat petani.

"Ini sudah minggu kelima saya tidak panen. Kalau harga tidak naik ya, biar saja sawitnya kering di pohon," ujar ayah dua orang anak ini.

Kepala Bidang Perkebunan Distanbunnak Aceh Tamiang Edwar Fadli Yukti mengatakan hasil rapat penetapan harga TBS dari Provinsi Aceh per Kamis tanggal 14 Juli 2022 untuk wilayah Timur, pabrik kelapa sawit (PKS) terima TBS sawit Rp1.390/kg. Harga ini akan berlaku dari tanggal ditetapkan sampai dengan minggu ketiga bulan Juli 2022 berdasarkan perhitungan CPO dan PK.

"Ini rujukan harga TBS petani kemitraan yang ditetapkan Disbun Provinsi sebesar Rp1.390 per kilogram. Harga ini akan berubah setiap minggu sesuai penetapan baru. Kalau untuk petani swadaya tidak ada patokan biasanya mengikuti harga pasar," kata Edwar.

Pewarta: Dede Harison

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022