Kelompok tani di Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar, mengembangkan tanaman nilam di lahan seluas delapan hektare guna memulihkan perekonomian masyarakat yang terdampak pandemi COVID-19.
Ketua Kelompok Tani Geunara Subhani Mukhtar di Aceh Besar, Senin, mengatakan pengembangan tanaman nilam tersebut sudah dilakukan sejak dua tahun terakhir.
"Pengembangan tanaman nilam ini sudah berjalan dua tahun. Namun, kami terkendala modal usaha dalam pengembangannya," kata Subhani Mukhtar.
Subhani mengatakan luas lahan untuk pengembangan nilam tersebut sebenarnya lebih dari delapan hektare. Namun, karena terkendala modal maka yang baru bisa hanya delapan hektare.
Apalagi, kata Subhani, saat ini harga nilam di pasaran Rp500 ribu per kilogram. Harga tersebut hanya cukup untuk menutupi biaya operasional dan sedikit keuntungan untuk anggota.
"Biaya pengembangan nilam per hektare mencapai Rp42 juta. Dalam satu hektare, bisa menghasilkan sekitar 100 kilogram nilam. Kami berharap ada bantuan modal usaha agar tanaman nilam ini bisa dikembangkan di Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar," kata Subhani.
Subhani mengatakan nilam di Kecamatan Lhoong memiliki potensi untuk dikembangkan. Sebab, kadar pacthouli alkoholnya termasuk tinggi, mencapai 33,3 persen.
Angkat tersebut, kata Subhani, merupakan yang kedua tertinggi di Aceh. Yang tertinggi nilam di Kabupaten Aceh Selatan, mencapai 35 persen. Sedangkan di daerah lainnya di bawah 30 persen.
"Selain modal usaha, yang kami butuhkan tempat penyulingan. Saat ini, yang ada baru dua rumah penyulingan, masing-masing empat ketel. Satu ketel bisa menyuling 30 kilogram nilam, dengan waktu selama enam jam," kata Subhani.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022
Ketua Kelompok Tani Geunara Subhani Mukhtar di Aceh Besar, Senin, mengatakan pengembangan tanaman nilam tersebut sudah dilakukan sejak dua tahun terakhir.
"Pengembangan tanaman nilam ini sudah berjalan dua tahun. Namun, kami terkendala modal usaha dalam pengembangannya," kata Subhani Mukhtar.
Subhani mengatakan luas lahan untuk pengembangan nilam tersebut sebenarnya lebih dari delapan hektare. Namun, karena terkendala modal maka yang baru bisa hanya delapan hektare.
Apalagi, kata Subhani, saat ini harga nilam di pasaran Rp500 ribu per kilogram. Harga tersebut hanya cukup untuk menutupi biaya operasional dan sedikit keuntungan untuk anggota.
"Biaya pengembangan nilam per hektare mencapai Rp42 juta. Dalam satu hektare, bisa menghasilkan sekitar 100 kilogram nilam. Kami berharap ada bantuan modal usaha agar tanaman nilam ini bisa dikembangkan di Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar," kata Subhani.
Subhani mengatakan nilam di Kecamatan Lhoong memiliki potensi untuk dikembangkan. Sebab, kadar pacthouli alkoholnya termasuk tinggi, mencapai 33,3 persen.
Angkat tersebut, kata Subhani, merupakan yang kedua tertinggi di Aceh. Yang tertinggi nilam di Kabupaten Aceh Selatan, mencapai 35 persen. Sedangkan di daerah lainnya di bawah 30 persen.
"Selain modal usaha, yang kami butuhkan tempat penyulingan. Saat ini, yang ada baru dua rumah penyulingan, masing-masing empat ketel. Satu ketel bisa menyuling 30 kilogram nilam, dengan waktu selama enam jam," kata Subhani.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022