Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyebut tidak akan ada lagi penduduk yang masuk kategori miskin di Indonesia bila pengumpulan dana zakat, infak dan sedekah (ZIS) oleh Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) sesuai target.
"Sekarang memang potensi zakat yang bisa diperoleh masih sangat jauh karena baru mencapai 10 persen. Jadi realisasi baru 10 persen dari potensi, berarti masih harus 90 persen lagi, kalau sudah 90 persen saya kira tidak akan ada orang miskin lagi di Indonesia," kata Wapres Ma'ruf Amin di Surakarta, Jawa Tengah pada Senin.
Wapres menyampaikan hal tersebut dalam acara Silaturahim Wapres Ma'ruf Amin dengan pimpinan dan pengurus BAZNAS se-Jawa Tengah yang juga dihadiri Wakil menteri Agama Zainut Tauhid Sa'adi, Ketua Baznas Noor Achmad, Ketua Baznas Jawa Tengah Ahmad Darodji dan anggota Baznas lainnya.
Kemiskinan di Indonesia saat ini diketahui mencapai 9,54 persen dari total penduduk sementara kemudian kemiskinan ekstrem pada 2021 ada 2,14 persen dan Pada Maret 2022 telah turun menjadi 2,04 persen dengan total populasi sekitar 5,59 juta orang.
Sementara pengumpulan ZIS serta dana sosial keagamaan lainnya (DSKL) oleh BAZNAS di tingkat pusat sepanjang 2021 meningkat 33 persen dibanding 2020 yaitu sebesar Rp513,2 miliar. Peningkatan itu termasuk Rp136,99 miliar yang diperoleh dari baznas.go.id. Pada 2021, BAZNAS membukukan rasio penyaluran sebesar 82 persen sementara sisanya sebesar 18 persen akan disalurkan pada Januari 2022.
Pada 2022 BAZNAS punya target pengumpulan 26 triliun dengan target BAZNAS di tingkat pusat sebesar Rp760 miliar.
"Oleh karena itu potensi zakat ini harus terus dilakukan. Saya lihat ada beberapa hal yang memang jadi kendala, salah satunya pemahaman, literasi pemahaman masyarakat yang belum utuh, belum semua memahami," ungkap Wapres.
Wapres mengakui dengan masih rendahnya pemahaman umat Muslim mengenai ZIS, maka kerja Baznas pun harus bekerja cukup keras.
"Walau sebenarnya jelas sekali bahwa zakat bukan saja menyelamatkan umat tapi menyelamatkan juga para pemilik harta itu supaya selamat, sebab di dalam harta itu ada hak orang lain, ada harta zakat yang bukan punya dia sendiri tapi (punya) fakir miskin," tambah Wapres.
Wapres menyebut dalam harta seseorang juga ada bagian milik orang lain yang harus diberikan kepada fakir miskin.
"Ada beberapa hak yang harus dikeluarkan kalau tidak dikeluarkan karena bila tidak maka yang punya harta tidak selamat, jadi melalui ZIS juga menyelamatkan si sohibul umat, jadi dua-duanya selamat, tapi sekarang ini masih dalam rangka melakukan kegiatan yang bersifat edukasi mudah-mudahan ke depan kita berusaha bersama supaya zakat ini jadi sistemnya lebih memaksa kepada orang yang memang harus mengeluarkan zakat," jelas Wapres.
Wapres mengungkapkan berdasarkan informasi yang ia peroleh, total pengeluaran zakat oleh umat muslim di Indonesia sudah mencapai Rp70 triliun.
"Tapi dari Rp70 triliun itu yang masuk baru Rp10 triliun jadi sepertujuh dari zakat yang dikeluarkan artinya zakat yang keluar dari muzaki hanya 1/7 ke lembaga, yang lain tidak dari lembaga, artinya ada soal kepercayaan muzaki ke lembaga, ini yang perlu kita pikirkan bagaimana para muzaki ini lebih percaya ke Baznas dari pada membagikan sendiri atau dibagikan melalui lembaga non-Baznas," kata Wapres.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022
"Sekarang memang potensi zakat yang bisa diperoleh masih sangat jauh karena baru mencapai 10 persen. Jadi realisasi baru 10 persen dari potensi, berarti masih harus 90 persen lagi, kalau sudah 90 persen saya kira tidak akan ada orang miskin lagi di Indonesia," kata Wapres Ma'ruf Amin di Surakarta, Jawa Tengah pada Senin.
Wapres menyampaikan hal tersebut dalam acara Silaturahim Wapres Ma'ruf Amin dengan pimpinan dan pengurus BAZNAS se-Jawa Tengah yang juga dihadiri Wakil menteri Agama Zainut Tauhid Sa'adi, Ketua Baznas Noor Achmad, Ketua Baznas Jawa Tengah Ahmad Darodji dan anggota Baznas lainnya.
Kemiskinan di Indonesia saat ini diketahui mencapai 9,54 persen dari total penduduk sementara kemudian kemiskinan ekstrem pada 2021 ada 2,14 persen dan Pada Maret 2022 telah turun menjadi 2,04 persen dengan total populasi sekitar 5,59 juta orang.
Sementara pengumpulan ZIS serta dana sosial keagamaan lainnya (DSKL) oleh BAZNAS di tingkat pusat sepanjang 2021 meningkat 33 persen dibanding 2020 yaitu sebesar Rp513,2 miliar. Peningkatan itu termasuk Rp136,99 miliar yang diperoleh dari baznas.go.id. Pada 2021, BAZNAS membukukan rasio penyaluran sebesar 82 persen sementara sisanya sebesar 18 persen akan disalurkan pada Januari 2022.
Pada 2022 BAZNAS punya target pengumpulan 26 triliun dengan target BAZNAS di tingkat pusat sebesar Rp760 miliar.
"Oleh karena itu potensi zakat ini harus terus dilakukan. Saya lihat ada beberapa hal yang memang jadi kendala, salah satunya pemahaman, literasi pemahaman masyarakat yang belum utuh, belum semua memahami," ungkap Wapres.
Wapres mengakui dengan masih rendahnya pemahaman umat Muslim mengenai ZIS, maka kerja Baznas pun harus bekerja cukup keras.
"Walau sebenarnya jelas sekali bahwa zakat bukan saja menyelamatkan umat tapi menyelamatkan juga para pemilik harta itu supaya selamat, sebab di dalam harta itu ada hak orang lain, ada harta zakat yang bukan punya dia sendiri tapi (punya) fakir miskin," tambah Wapres.
Wapres menyebut dalam harta seseorang juga ada bagian milik orang lain yang harus diberikan kepada fakir miskin.
"Ada beberapa hak yang harus dikeluarkan kalau tidak dikeluarkan karena bila tidak maka yang punya harta tidak selamat, jadi melalui ZIS juga menyelamatkan si sohibul umat, jadi dua-duanya selamat, tapi sekarang ini masih dalam rangka melakukan kegiatan yang bersifat edukasi mudah-mudahan ke depan kita berusaha bersama supaya zakat ini jadi sistemnya lebih memaksa kepada orang yang memang harus mengeluarkan zakat," jelas Wapres.
Wapres mengungkapkan berdasarkan informasi yang ia peroleh, total pengeluaran zakat oleh umat muslim di Indonesia sudah mencapai Rp70 triliun.
"Tapi dari Rp70 triliun itu yang masuk baru Rp10 triliun jadi sepertujuh dari zakat yang dikeluarkan artinya zakat yang keluar dari muzaki hanya 1/7 ke lembaga, yang lain tidak dari lembaga, artinya ada soal kepercayaan muzaki ke lembaga, ini yang perlu kita pikirkan bagaimana para muzaki ini lebih percaya ke Baznas dari pada membagikan sendiri atau dibagikan melalui lembaga non-Baznas," kata Wapres.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022