Warga pesisir Desa Gelung, Kecamatan Seruway, Kabupaten Aceh Tamiang menyewa alat berat beko untuk memperbaiki badan tanggul sungai yang jebol diterjang banjir beberapa waktu lalu.
Datok Penghulu (Kepala Desa) Gelung Zul Azwarsyah dihubungi dari Karang Baru, Kamis, mengatakan perbaikan tanggul sudah dilakukan dua hari lalu setelah debit sungai Aceh Tamiang surut.
"Alhamdulillah baru saja selesai diperbaiki dengan alat berat beko bantuan swadaya masyarakat," kata Zul Azwarsyah.
Diketahui sebelumnya Desa Gelung terendam banjir akibat luapan sungai dari tanggul jebol selebar lima meter. Pascabanjir surut warga berinisiatif menyewa alat berat merehabilitasi tanggul yang rusak.
"Kami sewa beko sendiri. Biayanya lumayan-lah karena bukan beko pemda," kata datok Zul yang enggan memberi tahu biaya sewa alat berat.
Warga Gelung rela mengeluarkan biaya sewa alat berat tidak menunggu bantuan dari pemerintah daerah. Pasalnya tanggul jebol tidak hanya terjadi di Desa Gelung tapi di sejumlah titik.
"Mungkin beko pemda lagi sibuk karena banyak tempat lain (tanggul jebol) yang harus diperbaiki," tuturnya.
Menurut Zul Azwarsyah selain menutup tanggul jebol, pihaknya juga meningkatkan badan tanggul rawan jebol di area tersebut . Tanah untuk menimbun tanggul diambil dari sekitar bantaran sungai.
"Perbaikan tanggul jebol lebih kurang lima meter. Tapi panjang tanggul yang ditinggikan sekitar 100 meter," tukas Zul Azwarsyah.
Sementara itu kondisi tanggul sungai jebol di Desa Marlempang, Kecamatan Bendahara hingga kini belum diperbaiki baik secara swadaya masyarakat maupun bantuan dari pemerintah daerah.
Adi Syahputra (28) warga sekitar menyatakan kerusakan tanggul di Marlempang makin parah sehingga mustahil diperbaiki secara gotong royong. Dampak banjir luapan sungai dari tanggul jebol Marlempang tersebut, ungkap Adi berimbas hingga ke belasan desa pesisir Bendahara.
"Tanggul yang jebol di Marlempang sudah sepanjang 50 meter. Kalau arus sungai naik tiga desa terdekat sudah menjadi langganan banjir, tapi kalau banjir besar seperti bulan lalu berimbas ke 12 desa," ungkap Adi Syahputra.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022
Datok Penghulu (Kepala Desa) Gelung Zul Azwarsyah dihubungi dari Karang Baru, Kamis, mengatakan perbaikan tanggul sudah dilakukan dua hari lalu setelah debit sungai Aceh Tamiang surut.
"Alhamdulillah baru saja selesai diperbaiki dengan alat berat beko bantuan swadaya masyarakat," kata Zul Azwarsyah.
Diketahui sebelumnya Desa Gelung terendam banjir akibat luapan sungai dari tanggul jebol selebar lima meter. Pascabanjir surut warga berinisiatif menyewa alat berat merehabilitasi tanggul yang rusak.
"Kami sewa beko sendiri. Biayanya lumayan-lah karena bukan beko pemda," kata datok Zul yang enggan memberi tahu biaya sewa alat berat.
Warga Gelung rela mengeluarkan biaya sewa alat berat tidak menunggu bantuan dari pemerintah daerah. Pasalnya tanggul jebol tidak hanya terjadi di Desa Gelung tapi di sejumlah titik.
"Mungkin beko pemda lagi sibuk karena banyak tempat lain (tanggul jebol) yang harus diperbaiki," tuturnya.
Menurut Zul Azwarsyah selain menutup tanggul jebol, pihaknya juga meningkatkan badan tanggul rawan jebol di area tersebut . Tanah untuk menimbun tanggul diambil dari sekitar bantaran sungai.
"Perbaikan tanggul jebol lebih kurang lima meter. Tapi panjang tanggul yang ditinggikan sekitar 100 meter," tukas Zul Azwarsyah.
Sementara itu kondisi tanggul sungai jebol di Desa Marlempang, Kecamatan Bendahara hingga kini belum diperbaiki baik secara swadaya masyarakat maupun bantuan dari pemerintah daerah.
Adi Syahputra (28) warga sekitar menyatakan kerusakan tanggul di Marlempang makin parah sehingga mustahil diperbaiki secara gotong royong. Dampak banjir luapan sungai dari tanggul jebol Marlempang tersebut, ungkap Adi berimbas hingga ke belasan desa pesisir Bendahara.
"Tanggul yang jebol di Marlempang sudah sepanjang 50 meter. Kalau arus sungai naik tiga desa terdekat sudah menjadi langganan banjir, tapi kalau banjir besar seperti bulan lalu berimbas ke 12 desa," ungkap Adi Syahputra.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022