Meulaboh (ANTARA Aceh) - Pemerintah Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh mendata terjadi puso pada lahan pertanian tanaman padi masyarakat seluas 1.000 hektare akibat diterjang banjir belum lama ini.

Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Aceh Barat Safrizal, di Meulaboh, Jumat, mengatakan, total area sawah petani yang rusak pada musim gadu mencapai 2.000 hektare, sementara yang mengalami puso mencapai 1.000 hektare.

"Total area sawah yang terkena banjir waktu itu 2.000 hektare tapi yang puso sekitar 1.000 hektare, tidak semua puso karena cepat surut banjir dan terkendali. Data sudah kita laporkan ke provinsi dan kementErian," katanya.

Safrizal menjelaskan, para petani yang mengalami kerugian akibat puso itu hanya diberikan kompensasi berupa menganti benih padi untuk musim tanam selanjutnya, sebab program asuransi lahan pertanian dari pemerintah belum berjalan di daerah itu.

Masyarakat petani di daerah itu belum tergerak untuk mengikuti program asuransi hanya senilai Rp35.000/hektare per musim tanam, sehingga ketika terjadi gagal panen, petani dapat klaim asuransi sesuai syarat yang ditentukan.

Apalagi dalam jumlah setoran asuransi itu, petani sebenarnya hanya menyetor Rp6.000/hektare, sebab pemerintah telah mengalokasikan Rp29.000/hektare sebagai kompensasi terhadap lahan pertanian yang rusak akibat bencana alam.

"Sebenarnya petani hanya menyetor Rp6.000 per hektarnya, nanti kalau terjadi puso maka akan diganti klaim asuransi itu sampai Rp6 juta. Tapi itulah sosialisasinya masih kurang, sehingga penanganan puso saat ini hanya kita layangkan ke kementerian nanti akan diganti benih saja," jelasnya.

Selain itu sebut Safizal, masyarakat petani daerah itu belum tertarik untuk mengikuti program asuransi lahan pertanian meski kompensasinya cukup besar, dalam program ini pemda hanya memfasilitasi dan merekomendasi terhadap semua syarat dibutuhkan.

Kendala yang telah ditemukan dalam proses klaim adalah, terkadang pihak asuransi tidak membayarkan semua lahan pertanian masyarakat yang rusak bila tidak sesuai spesifikasi jaminan mereka, seperti yang terjadi pada beberapa daerah lain di Aceh.

"Ada beberapa daerah sebenarnya itu sudah jalan, kita tidak saling menyalahkan, tapi ada keraguan karena ada daerah telah mencoba tapi tidak bisa diklaim asuransinya, jadi kepercayaan petani dan pemda terhadap ini kurang," imbuhnya.

Masyarakat petani tanaman padi pada pekan ini sudah mulai turun kembali mengarap sawah karena telah melihat cuaca musim penghujan telah datang, sehingga beberapa kawasan sentra pertanian alat mesin bajak sawah telah mulai bekerja.

Safrizal menyampaikan, terhadap realiasi produktivitas pertanian dalam 12 kecamatan daerah itu belum dapat disampaikan secara rill meskipun seluruh kawasan sentra pertanian tanaman padi telah usai melakukan panen musim gadu.

Akan tetapi dia memperkirakan untuk produktivitas dari sample yang diambil produktivitas pada mencapai 6,2 ton/hektare, meskipun demikian Pemda Aceh Barat tetap masih menanti hasil pendataan dari Badan Pusat Statistik (BPS).

"Hasil terakhir saya belum berikan gambaran secara utuh, tapi 6,2 ton per hektare terlewati. Yang kita data bisa, tapi angka dari kita tidak bisa lagi menjadi acuan sehingga kita tunggu dari data dikeluarkan oleh BPS," katanya menambahkan.


Pewarta: Anwar

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2016